Ko, aku kasih kamu kesempatan kedua!
Pagi-pagi sekali aku pergi ke hotel tempat Koko menginap selama di Jakarta. Aku berharap dia masih ada disana.
Sesampainya dihotel, aku langsung tanya pada resepsionis disana.
"Mbak, mas Koko masih disini?" tanyaku pada mbak-mbak yang pernah ketemu aku saat aku ketemu Koko beberapa hari yang lalu.
"Wah, mas Koko udah cek out dari tadi malem mbak, mau balik ke Singapur katanya.."
Aku kembali kecewa. Terlambat.
Kalian boleh, bilang aku, plin-plan atau cewek nggak tau diri. Silahkan, itu hak kalian. Asal kalian tau, aku nerima Koko lagi bukan hanya dengan sekali pikir. Tapi berkali-kali pertimbangan yang sangat panjang. Bahkan dari sebelum Julian berangkat ke Swedia.
Tapi bagaimana bisa, aku kehilangan dua orang sekaligus dalam waktu kurang lebih 24 jam saja.
Ko, andai kamu tau..
***
Aku memilih untuk pulang ke Bandung. Aku menemui Reta di butik ibunya. Melihat Reta, aku langsung berhambur memeluk dia.
"Loh, kenapa, Di?"
"Aku udah telat Ta, Koko udah pergi.. Koko nggak tau kalau selama ini aku belum bisa lupain dia.. Koko nggak tau kalau dari jaman SMA sampai sekarang dia itu obsesi aku Ta! Aku nggak mau Koko pergi lagi.."
"Bener, nggak mau aku pergi lagi?"
Aku menoleh kebelakang.
"Koko?"
Koko berjalan menghampiriku. Aku terpaku.
Koko memelukku.
"Aku nggak akan pergi lagi Diana, aku janji.."
***
Tiga bulan setelah itu, Koko melamarku, lagi. Dia memutuskan untuk menetap di Bandung, dan sekarang aku sedang berada di masjid raya Bandung, usai melangsungkan akad nikahku. Dengan Koko.
Kadang, aku nggak sampai habis pikir, kenapa bisa pada akhirnya aku dengan Koko? Kenapa, semua yang tersusun rapi bisa berantakan hanya karena suatu obsesi?
Semua memang rahasia Tuhan. Tidak ada yang pernah tau.
Memang, sejak SMA, sejak pertama kali aku melihat Koko. Aku sudah meyakinkan diriku padanya. Tapi, selalu saja ada arang diantara kopi kami. Sekali lagi, kalau aku diperbolehkan mengutip kata-kata Julian:
"Bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini.."
Mungkin jaman SMA memang jaman yang tolol. Dimana jaman itu kita bisa merasakan jatuh cinta mati-matian. Dan sakit hati mati-matian. Dan bahayanya lagi, cinta itu bisa berubah jadi obsesi yang begitu kronis. Seperti obsesiku pada Koko.
Mengenai Julian, kami masih sering berkomunikasi via email. Dan kudengar, bulan depan dia akan menikah dengan gadis Swedia. Aku bahagia mendengarnya.
Dulu, saat masih bersama Julian, kami sering mengibaratkan masa lalu seperti kotak pandora. Tidak semua orang suka isinya. Tapi, Jul, aku sudah berani membuka kotak pandora ku. Dan aku merasa isinya adalah memang yang terbaik untukku.
Julian, dari kamu aku belajar banyak. Aku belajar bagaimana cara kita mencintai seseorang dengan hakikat yang benar.
Love you, Jul..
'Till we meet again?***
"Ko, kenapa waktu SMA kamu nggak nembak aku?"
"Nanti putus ditengah jalan.. Mending aku langsung nikahin aja, biar kamu bisa jadi milikku selamanya.."
END