Papaku dan Ayah Kevin

994 36 0
                                    

Hah? Apa? Aku pacaran sama Kevin? Hahaha. Nggak mungkin bangetlah.

"Apaan sih Mah, suudzan aja. Nggaklah. Temenan aja.." jawabku datar.

"Habis, keliatannya dekat banget.."

"Emang kalau dekat tandanya pacaran? Dulu mamah sama papa juga deket doang nggak pacaran-pacaran hahahahaha.."

Tawaku meledak. Mamah cemberut. Ku peluk beliau dari belakang.

"Mah, maaf yaa, Nadia cuma bercanda.."

Mamah berbalik dan memelukku.

"Kalau kamu suka sama Kevin, nggakpapa kok.." kata Mamah. Loh?

Aku melepaskan pelukan mamah. Belum sempat aku berbicara. Tiba-tiba..

"Assalamualaikum.."

"PAPA!!"

Yeay. Papa pulang. Senangnya. Setelah sekian lama, betapa kangennya aku sama Papa.

"Lagi bahas apasih seru banget?" tanya Papa sambil aku cium tangannya. Begitu juga Mamah.

"Ini Pa, Mamah tuh, masa nuduh aku naksir sama Kevin? Padahal sih enggakkkk.."

Papa ketawa melihatku bercerita. Kalian tau, aku bangga sekali punya Papa Koko, iya, kalian tau kan gimana Papa itu? Selain keren, Papa juga sangat sayang kepadaku. Aku jadi ingat sosok ayah Kevin yang sering dia ceritakan itu.

***

Besoknya Kevin belum juga berangkat sekolah, katanya kemarin sudah baikan? Aku jadi kepikiran. Pengen sekali aku jenguk dia. Cuman, aku nggak tau dimana rumahnya. Yaudah, hari itu, aku cuman diperpustakaan saja. Nah, hobbi membacaku ini mungkin turunan dari Mamah.

"Wissss ganteng banget.."

"Iyalah, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.."

Saat aku turun tangga, aku melihat ada ramai-ramai didepan kantor guru. Awalnya sih aku nggak peduli. Tapi aku kepo juga. Akhirnya aku ikut ngintip ke kantor guru. Hahaha.

"Siapa sih itu, Fel?" tanyaku ke Fella.

"Bokapnya Kevin, Nad.."

Hah? Aku menembus kerumunan orang-orang yang sedang lihatin ayah Kevin. Oh iya, karena Kevin itu cakep (banget), dia termasuk cowok yang punya banyak fans disekolah. Hampir semua cewek suka sama dia, kecuali aku. Hahaha.

Ayah Kevin,
Mirip banget sumpah. Tapi ini versi keren. Bukan maksudku Kevin nggak keren, ibaratnya Kevin itu batu yang belum diasah. Nah, kalau sudah diasah, ya kayak ayahnya gini. Haha apasih aku ini? Kalau dikira-kira usia ayahnya seusia papaku.

Tapi, untuk apa ayah Kevin ke sekolah? Bukannya ayah dia si Swedia? Pasti kedatangan beliau ada sangkut pautnya dengan Kevin. Yaiyalah.

Semua temanku berhamburan kembali. Tetapi aku masih menunggu di depan kantor guru. Nggak berapa lama ayah Kevin keluar.

"Om! Om!" panggilku. Bukan nggak sopan. Soalnya posisinya udah ketinggalan. Tadi aku melamun jadi nggak konsen.

Ayah Kevin menoleh kepadaku.

Kok, aku deg-degan? Haha. Rasanya kayak lagi sama Kevin.

Ayah Kevin membuka kacamata hitam yang beliau kenakan.

"Ya?"

"Om, saya temannya Kevin.. Kevin sakit apasih om?"

Ayah Kevin terdiam. Dia justru melihatku dari atas kebawah. Matanya berhenti ke badge tagname seragamku.

"Kamu, yang namanya Nadia?"

Loh?

"Om kenal saya?"

"Kevin pernah cerita ke saya tentang kamu, nak.."

Ayah Kevin mengulurkan tangannya padaku.

"Nama saya, Julian.."

Hah? Om Julian?

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang