Ngopi

1K 37 0
                                    

Jadi kata Kevin, alasannya adalah dia harus seperti ayahnya. Kata Kevin, ayahnya juga orang Bandung. Kevin selalu antusias kalau sedang bercerita tentang ayahnya. Bagi Kevin, ayahnya adalah sosok yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Lagipula, tempat dia tinggali adalah rumah kakek-neneknya yang sudah lama kosong sejak keduanya meninggal dunia. Dia punya aunty yang tinggal di Australia.

"Ayahku itu, keren. Nggak pernah marahin aku, tapi selalu misterius.." kata Kevin suatu hari saat kami sedang ngopi.

Iya, kami sering sekali ngopi bareng, kadang ramai-ramai sama teman sekelas. Kadang juga hanya berdua. Gara-gara Kevin aku juga doyan ngopi, dia aneh, sukanya kopi arang, padahal nggak enak. Lebih enak cappuccino.

"Misterius gimana Vin?"

"Yaa, ayah cuma diem aja. Kemudian ngelus kepalaku. Dan sebesar apapun kesalahan yang aku perbuat, sepertinya ayah nggak akan marah.."

"Enak banget ye, bapak lu, berarti lu disono bandel dong?"

"Ya nggaklah Nad.."

Kevin mengaduk kopi arangnya.

"Justru kalau ayah nggak pernah marah ke aku, tandanya ayah percaya sama apa aja yang aku lakukan, maka dari itu sebisa mungkin aku nggak bikin ayah kecewa.."

Aku mengerjap kagum.

"Top banget lu ah, pasti mamah gue suka banget kalo punya anak kayak lu, gak kayak gue, bangor banget lah.." kataku.

"Kamu itu orangnya tulus ya Nad, kalau ngomong.." katanya sambil ketawa.

"Mau kerumahku nggak Vin? Tapi cuma ada mamahku sih, soalnya papa lagi di Batam.."

"Yaudah boleh yuuk.."

***

"Assalamualaikum.." kataku saat didepan pintu rumah. Kami, aku dan Kevin, melepas sepatu sebelum masuk. Aku nggak mau ambil resiko mamah ngamuk-ngamuk karena lantainya kotor.

"Waalaikumsa.."

Mamah terdiam melihat siapa yang datang bersamaku. Seperti terperanjat. Aku belum pernah melihat mama sekaget ini.

"Oh iya, mah, ini Kevin.." kataku.

"Kevin, tante.."

"Saya Diana, mamahnya Nadia.."


***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang