Malam PAB PMR

2.2K 59 0
                                    

Aku tersedak udara saat kak Reyhan minta aku buat balikin flashdisknya Koko. Dan lebih kagetnya lagi, ternyata mereka saudaraan.

"Kenapa Di? Atau jangan-jangan kamu belum tau Koko yang mana?" tanya kak Reyhan sambil ketawa kecil.

Aku hanya nyengir. Bingung balas apa. Bisa gak sehari aja nama Koko nggak disebut? Bosan tau nggak.

"Yaudah nggak usah daripada ngerepotin, nanti aja aku kasih sendiri.."

"Gakpapa kok kak, nanti aku aja yang kasihin.." aku malah jadi sungkan sendiri.

"Udah santai aja, lagipula ntar juga baliknya aku mau nebeng dia kok."

"Emang motor kakak kemana?"

"Biasa, agak rewel, jadi tadi pagi aku dianter ayah. Hehe.."

Aku ber-oh ria. Aku melihat jam. Ternyata bentar lagi udah mau pulang. Aku basa-basi ke kak Reyhan dan langsung pamitan untuk balik ke kelas. Dan setelah itu bersiap untuk malam PAB PMR nanti.

***

Sekitar jam setengah tujuh malam, David sudah jemput aku. Iya, karena kalau keluar malam sendirian nggak boleh sama bunda. David masih saudaraku, jadi bunda sah-sah aja ijinin aku ikut acara nginap sekolah gini. Kan ada David. Setelah pamitan sama Bunda aku langsung ke sekolah sama David. Di jalan, kami banyakan diam. Langit cerah, soalnya si mendung sudah dihabisin tadi seharian. Asik deh.

Setelah sampai sekolah, David langsung rangkul pundakku buat ngajak bareng ke lokasi kumpul panitia. Biasalah dia, kalau dirumah atau lagi sama keluarga besar gitu, kami musuh bebuyutan. Kalau disekolah kita suka jaga image sebagai saudara yang akur. Asal kalian tau, David adalah anak terakhir dari Ua' ku alias tanteku. Jadi ninin kami sama. Ninin itu nenek. Maklum, kami anak Bandung asli. Katanya, semua teman disekolahan iri lihat kami yang akur banget. Keren ya akting David, aku sih artis baru jadi nurut aja sama skenarionya.

Setelah breaving sebentar kamipun dibagi pos jaga. Aku bertiga, aku, Galih dan Susan. Acaranya itu, tugasku nanti cuma nakutin aja kok, jadi adik-adik kelas calon anggota PMR disuruh keliling sekolahan gitu. Biasalah, senior selalu berkuasa eta mah..

Bukan maksud balas dendam sih, tapi keliling sekolahan itu seperti sudah budaya setiap malam PAB ataupun LDK. Jadi nggak kaget, dulu saat kelas sepuluh aku juga begini.

Aku lihat si Koko di bawah lagi ngobrol sama Alfi. Aku samperin si Alfi aja.

"Sukses ya Fi, duh udah senior ya kita.." ujarku ke Alfi.

"Eh Diana.."

Koko.

Aku hanya senyum.

"Eh, udah pada makan belum? Jatahnya kamu Di, sama kang David diambil dulu sanah.." ujar Alfi sambil nunjuk box nasi di dalem ruang PMR.

"Iya Fi, ntar deh. Habis makan tadi dijalan sama David."

"Oh iya, Ko, kamu di pos mana?" Alfi tanya Koko.

"Belum dapet tadi telat breaving ngambil baju ganti."

"Pos kamu berapa orang, Di?"

"Tiga Fi."

"Yaudah Ko, gabung sama Diana ya."

"Heh?"

***

Acara mulai pukul 02.00 dini hari nanti. Sedangkan ini masih pukul 12.00. Aku tidur rebahan dideket lapangan. Jadi tempat ini nanti juga harus dikelilingin sama para adik kelas calon anggota PMR. Posisinya, Galih, Aku, Koko, dan Susan. Si Galih malah tidur. Si Susan asik nge-cek hapenya.

"Langit cerah ya Ko.." ujarku ke si Koko.

"Iya, bagus."

"Ko, mau tanya boleh?"

"Apa, Di?"

"Pas, kamu nemuin tag name ku, kok bisa tau, kalau aku yang namanya Diana?"

Koko terkekeh. Lucu. Hah? Apasih?

"Aku tanya-tanya, sebenernya aku udah tau sih kelasmu dimana pas itu."

"Kenapa gak kamu titipin aja ke teman kelasku, kan bisa disampaiin ke aku?"

"Aku penasaran, sama kamu. Makanya aku cari sendiri."

Pipiku merona. Untung saat itu gelap. Jadi gak ada yang sadar. Aku deg-degan sekali rasanya. Penasaran, sama aku? Hahaha.

"Kayak di difilm-film gini ya Di, tiduran beratapkan langit? Hahaha." lanjut Koko sebelum aku sempat balas pernyataannya.

Tiba-tiba aja ringtone handphone ku berbunyi. Senjata makan tuan! Tadi, aku sempat download suara kuntilanak untuk nakutin adik kelas. Eh, bunyi sendiri, aku yang kaget sendiri. Aku teriak dan skeptis meluk Koko.

Dan aku baru sadar..

***

Dulu Kita Masih SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang