Aku nggak tau apa alasan mereka berdua tersedak secara bersamaan. Emang, tersedak ada alasannya? Aduh, Nad!
"Kenapa Mah? Pa?"
"Nggakpapa. Yaudah, kamu langsung ganti baju, terus makan.."
"Aku udah makan kok tadi, sama Om Jul, diajak ngopi juga di BIP.."
Ku lihat mamah menundukkan kepalanya dan melanjutkan makan. Aku segera pergi ke kamarku.
***
Setelah mandi, aku langsung membuka notebook Mamah. Pesan dari Julian. Aku penasaran dengan isi email itu. Maaf ya Mah, bukan maksud nggak sopan..
From: Julianjcs99@yahoo.co.id
Subject: dianastfn@yahoo.comDi,
Maaf aku ganggu kamu lagi setelah sekian tahun lamanya kita nggak ketemu,
Hari ini, aku di Indonesia..
Sebenarnya aku ingin ngajak kamu, dan Koko juga, untuk ketemu. Ada banyak yang ingin aku bicarakan pada kalian..Tapi sepertinya nggak mungkin, karena pernikahan antara kamu dan Koko, begitu juga aku dan istriku, sudah menghalangi diriku, untuk tidak lagi ada dalam kehidupan baru kamu dengan Koko..
Jadi, anakku..
Anakku terkena penyakit yang sama dengan ibunya,
Aku nggak tau Di harus gimana, semua pengobatan udah aku coba,
Sejak setahun lalu divonis, aku sudah kehilangan semangat hidupku..Dan kejutannya lagi, anak itu begitu kuat Diana, aku nggak kuasa untuk nahan semuanya. Dia memilih sekolah di Bandung daripada Swedia..
Dan kemarin, aku mendapat kabar bahwa anakku drop lagi, dan hal itu yang membuat aku harus kembali ke Indonesia..
Sempatkan membaca pesanku ini Diana, sudah cukup aku kehilangan kamu dan istriku, tidak dengan Kevin, anakku..
Aku membaca isi pesan dari Julian, mantan mamah dengan mulut terbuka. Aku terperangah. Apakah ini, suatu kebetulan? Atau memang takdir? Atau apa? Jadi, Julian mantan mamah ada Julian ayahnya Kevin? Om Julian yang ganteng itu? Apa mungkin ini alasan Mamah sangat kaget saat pertama kali melihat Kevin? Ya Tuhan. Kepalaku rasanya nyut-nyutan sekali. Jadi, hidup Kevin juga.. Ya Tuhan, Kevin!!!!!
Aku harus bertemu dengan Om Julian. Harus. Dan, aku juga tidak bisa merahasiakan ini dari Mamah dan Papa.
***
"Mah, Pa, aku boleh ngomong?" ujarku setelah itu. Aku pergi ke kamar mereka.
"Ngomong aja.."
Aku memeluk papa, kemudian mamah.
"Jadi, om Julian yang tadi nganter aku itu.."
Aku terdiam.
"Kenapa?" tanya Mamah lembut.
"Jadi, Mah, Pa, Ayah Kevin itu.. Julian, Julian mantan pacar mamah dulu saat kuliah.."
Papa tersenyum memelukku. Mamah juga.
"Kita udah tau sayang.."
"Loh, kok?"
"Awalnya mamah kamu cerita tentang Kevin, yang katanya mirip banget dengan Julian, dan pindahan dari Swedia. Apa itu nggak cukup jelas?"
"Apalagi, saat kamu bilang, kalau ayah Kevin namanya Julian, dugaan kami benar kan." lanjut Mamah.
"Mah, Pa, Kevin.. Kevin sakit.."
***
"Ada apa Nadia, kok ngajak Om ketemu?"
"Om, aku mau tanya.."
"Tanya apa?"
"Om, kenal Diana? Diana Stefani?"
Om Julian diam. Mengangguk ragu.
"Saya putrinya, Om."
***