Sesampainya dikos aku nangis gak berhenti-henti. Aku cerita semuanya ke Reta. Tapi aku belum berani cerita ke Julian.
"Udahlah, diemin aja. Lagipula lusa dia udah balik. Gak usah kamu pikirin terus." kata Reta nenangin aku.
Aku masih aja sesenggukan. Bukan karena sedih atau gimana, tapi gimana bisa, ada orang sekejam itu dan bilang bahwa kedatangan dia itu adalah waktu yang tepat?
"Udah lah Di, mending istirahat deh, kan besok mau ke Bandung.. Kasih kejutan buat Julian.."
Mendengar nama Julian, aku jadi merasa bersalah sama dia. Beberapa hari ini aku nggak menghubungi dia. Aku bilang aku lagi sibuk. Padahal, aku nggak mau sangkutin dia ke dalam mood ku yang pasti akan berantakan karena datangnya Koko.
Ya betul, besok aku akan ke Bandung. Ke rumah orang tuaku pastinya. Ada undangan nikahan. Kalian masih ingat kak Reyhan? Ketua OSIS ku saat SMA dulu itu? Iya, besok dia nikah. Jadi, aku dan Reta adalah salah satu anak OSIS yang masih sering kontekan sama dia. Dan dapat kabar serta undangan kalau dia bakal nikah, ya kami seneng banget. Lagipula, aku sudah kangen Bandung. Kangen rumah. Kangen Julian juga. Dan rencananya, aku bakal ngajak Julian juga ke kondangan.
***
Pagi-pagi sekali aku berangkat ke Bandung dengan starlet-nya Reta. Itung-itung hemat nggak keluar biaya. Pagi itu agak macet sedikit. Aku ijin kantor selama tiga hari dengan alasan acara keluarga yang nggak bisa ditunda. Untung aja, pihak kantor bolehin, walaupun untuk ijin sebenarnya susah sekali.
Di sepanjang jalan aku telfonan dengan bundaku. Dan juga, Julian tak henti-hentinya ngirim sms, "Hon, udah sampai mana?". Jul senang banget denger bahwa aku akan pulang ke Bandung.
Sesampainya dirumah, aku langsung cerita-cerita sama Bunda. Dan Reta juga, dia milih nginap dirumahku, karena orang tuanya sedang pergi, katanya. Gak berapa lama, Julian datang. Aku menyambutnya dengan pelukan hangat yang dibarengin dengan deheman bunda. Kami segera melepaskan pelukan dan ketawa malu.
"Ini mah, namanya yang muda yang bercinta, yaudah yuh nak Reta, bantuin Bunda bikin makan untuk kalian.."
Kami semua ketawa.
Aku dan Julian duduk di balkon depan. Tanganku bergelayut manja pada lengannya.
"Kurusan kamu, yang." kata Julian mengawali.
"Ah, ini, aku habis ikut program fitness gitu, udah keliatan ya?" kilahku. Padahal sudah sejak kemarin aku sama sekali nggak nafsu makan.
"Kamu kenapa sih?" kata Jul, seperti bisa membaca fikiranku.
"Kenapa apa? Aku nggakpapa sayang.."
Julian menatap mataku. Teduh sekali. Mata yang membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama. Mata yang hampir aku kecewakan karena, seorang Koko. Ya Tuhan.
"Kamu jangan bohong."
Aku tidak betah untuk tidak jujur pada Julian. Tapi, aku juga tidak kuasa untuk berkata yang sebenarnya ke Julian. Harus, aku bilang: "Jul, aku kemarin habis ketemu cinta pertama ku di SMA, dan dia ngajak aku kawin.." Itu nggak lucu sama sekali. Aku hanya tersenyum. Ku dekatkan wajahku ke wajahnya. Seperti mengerti, Julian mendekatkan wajahnya ke wajahku. Ku cium bibirnya dengan rasa bersalah. Semakin dalam, semakin sakit dihatiku karena sudah tidak berani jujur pada Julian. Dan Julian juga begitu, ciumannya merambat pada pipiku dan membuatku geli. Kami tertawa.
Tawa kami terhenti saat bunda memanggil untuk makan siang.
***
"Jadi, nanti malem bisa kan temenin aku ke kondangan?" kataku pada Jul seusai makan.
"Apasih, yang nggak bisa, buat kamu.."
***