Prolog

337 21 1
                                    

API. Itulah yang paling di benci oleh Rana dan Rani. Terasa seperti trauma yang sangat dalam.

Saat hari mulai siang, tampak matahari yang mulai naik dan cuaca terasa bertambah panas. Rana dan Rani si bocah kembar berumur 4 tahun yang cantik dan menggemaskan tampak merengek pada ibu nya yang sedang sibuk memilih pakaian untuk Rana dan Rani di sebuah Mall.

"Ibu, ayo beli mainan" rengek Rani sambil menarik2 ujung baju ibunya

"Sebentar, ibu lagi milih baju buat acara ulang tahun kalian nanti"

"Rana laper ibu, ayo kita makan dulu" kata Rana.

"Iya sayang, sebentar lagi ya"

Tampak terlihat dari raut muka si kembar itu yang sangat bosan. Tak lama setelah itu, si kembar bersama ibunya keluar dari tempat dimana tak ada mainan sama sekali yang dilihat nya hanya pakaian, pakaian dan pakaian. Mungkin ini hal yang yang sangat ditunggu-tunggu oleh bocah kembar itu, karena menurut mereka disana adalah tempat yang paling membosankan di mall.

Usai makan, mereka membeli banyak mainan yang mereka sukai. Walaupun tak semua mainan mereka beli karena ibu sering melarang mereka untuk membeli nya.

Ibu meminta Rana dan Rani untuk memakai pakaian yang akan mereka pakai nanti sore pada acara ulang tahun, sesekali mereka tolak tapi ibu tetap memaksa akhirnya mereka pun mau mencoba nya.

"Kalian cantik banget. Udah dong jangan cemberut gitu. Nanti ibu beliin mainan yang lebih banyak lagi"

Raut muka mereka yang semula di tekuk seketika berubah menjadi sumringah sangat senang

"Yang banyak ya bu" kata Rana

"Iya, yang banyak"

"Oiya ada yang kurang" sambung ibu sambil mengambil sesuatu di dalam tas yang ibu bawa

Sebuah kalung. Ya, ibu mengeluarkan dua kalung yang tampak indah dan berkilau. Ibu menekuk lutut nya dan mensejajarkan tingginya dengan Rana dan Rani.

"Coba deh kalian liat kalung ini, kalung gambar bulan buat Rana dan kalung bintang buat Rani"

"Kenapa bulan dan bintang bu?" Tanya Rani

"Bulan itu Rana dan bintang itu Rani. Kalian adalah penerang dalam kegelapan di kehidupan ibu yang ada nya disaat yang bersamaan"

Si kembar itu menyimak ibu nya berbicara. Dan tiba-tiba mulut Rana pun mengucapkan sesuatu.

"Ibu, aku menyayangi mu" sebuah kalimat yang di keluarkan dari mulut Rana

Sentak ibu pun langsung meneteskan air mata mendengar perkataan Rana. Bukan menangis karena bersedih melainkan menangis karena bahagia. Ibu pun memeluk Rana dan Rani dengan penuh kehangatan.

Tak lama kemudian, terdengar alarm mall yang bertandakan ada bahaya. Semua orang di dalam mall itu sangat panik. Begitu pula dengan ibu, Rana dan Rani. Semua orang berhamburan berlarian kesana-kemari mencari tempat yang aman dan jalan keluar.

Ibu pun memeluk erat Rana dan Rani sambil mencari jalan keluar. Saat hendak keluar tanpa disadari, Rani terseret oleh orang-orang yang panik dalam mall sehingga terlepas dari pelukan ibunya. Rana terus memanggil nama ibunya namun tak terdengar oleh ibunya.

Ibu dan Rana pun berhasil keluar. Terlihat api yang menyembur layak nya naga di mall tersebut. Namun entah tak tahu bagaimana Rani.

"Rani" kata ibu dengan nada terkejut menyadari kalau Rani tak disisi nya.

Tanpa pikir panjang, ibu pun nekad langsung kembali ke mall yang sebagian sudah hangus di lahap si jago merah.

Ibu berusaha masuk ke dalam mall dan mencari Rani yang pikirnya masih terjebak di dalam.

Sangat lama Rana menunggu ibu nya, tapi ibu tak kunjung datang sampai ayah nya tiba di tempat dimana mereka berada.

"Na, ibu sama Rani mana?" Tanya ayah panik

"Ibu di dalem mau nyari Rani. Tapi sampe sekarang ibu ga keluar keluar" jelas Rana

Ayah pun semakin panik. Ia langsung berlari mendekati mall yang semakin hangus terbakar. Ketika ayah hendak masuk ke dalam, polisi menahan nya. Dan melarang nya untuk masuk ke dalam karena keadaan semakin parah dan begitu berbahaya.

Sangat lama api mereda, Rana dan ayah nya masih menunggu kabar dari tim SAR, mereka masih mencemasi ibu dan Rani yang belum juga kembali.

Tak lama kemudian, tim SAR mengevakuasi korban kebakaran. Semua keluarga korban sudah membawa korban kebakaran pulang untuk dimakam kan. Ngiungan ambulan dan mobil polisi terdengar sangat bising. Ditambah potretan kamera digital yang berusaha mengambil gambar dimana-mana. Tempat semakin ramai dengan orang-orang yang penasaran untuk melihat tempat kejadian.

Kepanikan ayah semakin menjadi-jadi. Tersisa satu jenazah yang belum juga di temukan keluarga nya. Ayah pun penasaran dengan jenazah tersebut. Sampai ayah memberanikan diri untuk membuka kain yang menutupi tubuh jenazah itu.

Saat di buka, tampak wanita terbujur kaku yang tak terlihat jelas bentuk muka nya karena terbakar dan sebagian organ tubuh nya pun hangus. Samar-samar terlihat ia memakai baju berwarna merah yang dilumuri darah dan masih menempel di kaki nya wedges berwarna hitam pekat.

Teringat oleh Rana. Semua ciri-ciri yang terlihat tampak seperti ibunya. Ketika itu ibu memakai baju yang berwarna merah dan pasmina berwarna putih bergaris-garis hitam yang menutupi kepalanya dan beralas kaki wedges berwarna hitam pekat.

"Ibu.." ucap Rana spontan dengan badan gemetar dan raut muka yang begitu pucat karena pertama kali nya ia melihat seseorang yang terbakar dalam peristiwa mengerikan

Ayah pun menatap Rana dengan sangat terkejut.

"Rana, ibu masih ada" ayah meyakinkan Rana

Ayah pun meminta data otopsi. Saat melihat data tersebut, sentak tubuh ayah langsung melemas dan muka yang pucat nya bukan main. Terbukti jenazah tersebut adalah ibu.

"Ngga, ngga mungkin. Ibu masih hidup" ucap ayah tak menyangka dan sangat shock.

"Siapa dia ayah?" Tanya Rana dengar suara cempreng anak-anak yang kebingungan

Ayah pun langsung menatap Rana dengan mata yang berkaca-kaca namun berusaha terlihat tegar. Untuk pertama kali nya Rana melihat ayah nya bersedih yang terasa amat dalam

Ayah menekuk lutut nya mensejajarkan tinggi nya dengan Rana "Na, itu ibu. Ibu udah tenang di surga sana." jelas ayah yang tiba-tiba terjatuh air matanya

Dengan wajah polos yang natural itu terlihat bendungan air mata. Melihat ayah nya bersedih, Rana ingin ikut menangis. Diusaplah linangan air mata ayah nya yang tiba-tiba terjatuh dengan tangan mungil Rana "Ayah jangan sedih ya. Nanti ibu nangis di surga"

Sentak ayah nya langsung memeluk Rana dengan pelukan hangat sehingga menenggelamkan wajah cantik Rana yang kini memerah.

***

Tik . Tik . Tik

Tetesan air dari atas awan yang keabu-abuan seakan-akan langit ikut bersedih menyaksikan tempat peristirahatan terakhir ibu di dalam bumi yang di pijak saat ini. Di tancapkan batu nisan dengan tulisan Aggun. Ya, ibu Rana bernama Anggun.

Dengan memakai pakaian yang serba hitam. Rana menyaksikan secara langsung tempat peristirahatan ibu nya itu dengan pelukan neneknya yang selalu menguatkan Rana. Namun tak nampak Rani disana. Saat tanah itu sudah menutupi raga ibu yang hanya sendiri di dalam nya, ditaburkan oleh Rana dan neneknya bunga di atasnya. Saat selesai pemakaman, ayah nya masih terdiam menatap batu nisan itu dan secara tiba-tiba kaki ayah melemas terasa seperti tak sanggup berdiri. Ayah terus memeluk dengan erat batu nisan itu. Air mata ayah terjatuh bersama air hujan yang semakin deras.

***


Hai readers apa kabar?

Masih jadi pembaca setia? Semoga ya hehe

Ini cerita kedua aku, hmm semoga sih banyak yang suka ya.

Jangan lupa kakak yang baik hati dan tidak sombong klik vote and ketik comment nya

Bye bye..

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang