30//Berlari Sejauh Mungkin

70 2 0
                                    

Hari ini udah aku siapin beberapa part, mungkin bakal di update tiap beberapa jam. Karena harus di cek dulu ada kata-kata yang typo atau engga. Maklumlah yang namanya typo gak bisa di hindari. Entah jari aku yang kegedean atau keyboard nya yang terlalu kecil . Selamat membaca !

***

Saat pulang sekolah, Rana yang sedang berjalan di lapangan hendak menuju gerbang, ia di hadang oleh Rian yang meminta nya untuk pulang bersama.

"Rana, gue anter lo pulang ya"

Rana hanya diam mematung. Dengan raut wajah yang sangat bingung

"Rana, kok lo diem ayo naik" kata Rian memecahkan lamunan Rana

"Oh iya" spontan Rana menyetujui

Saat Rana hendak naik ke atas motor, tiba-tiba saja Rani memanggil Rian.

"Rian!"

Spontan Rian dan Rana menoleh ke arah Rani yang kian mendekat ke arah Rana dan Rian.

"Lo mau pulang Ri?" Tanya Rani pada Rian

"Iya. Bareng Rana juga" jawab Rian

"Hmm.. Ri, sorry ya kaya nya gue mending pulang naik angkot aja deh. Soalnya gue mau ke toko buku dulu" jelas Rana yang secara tiba-tiba

"Biar gue temenin ya"

"Gak usah. Mending lo anterin Rani aja."

"Tapi kan gue mau sama lo"

"Udah lah Ri, kalo Rana gak mau gak usah di paksa." Sahut Rani

"G-gue cabut duluan ya" ujar Rana langsung pergi meninggalkan Rian dan Rani.

'Maafin gue Ri, gue gak tahu harus gimana lagi. Maafin gue udah bikin lo kecewa. Maaf, yang bisa gue lakuin cuma lari ngejauh dari lo'  batin Rana yang terus berkata serta air matanya terjatuh begitu saja.

***

"Rana, ayo sayang minum obat dulu" kata ayah dari luar sembari mengetuk pintu kamar Rana yang tertutup rapat.

Karena Rana tak menjawab, ayah pun membuka pintu kamar Rana.

"Rana, ayo di minum dulu obat nya." Pinta ayah dengan sangat lembut.

Rana yang terlihat sangat pucat, lesu dan lemah berani angkat bicara mengajukan pertanyaan pada ayah nya.

"Yah, Rana sebenarnya sakit apa sih?"

"Kamu nanya apa sih ngaco deh, udah mending di minum dulu obat nya"

"Ayah, jawab Rana. Kenapa Rana harus minum obat terus?"

"Biar kamu sehat sayang"

"Tapi kapan Rana berhenti minum obat? Rana cape ayah" kesal rana menjadi-jadi sehingga ia melempar obat itu hingga berserakan di lantai

"Rana, apa yang kamu lakuin?! Ayo minum sekarang obat nya" paksa ayah yang sempat membentak Rana

"Ayah jawab Rana"

Ayah hanya diam membisu tak bisa mengatakan apa-apa.

"Apa Rana punya penyakit yang ayah sembunyiin dari Rana?"

"Apa sakit Rana parah?"

"Sayang, kamu gak boleh tanya itu lagi. Ayah gak mau kehilangan kamu." Ujar ayah lemah sembari menitihkan air mata.

"Ayah kenapa nangis?"

"Ayah gak boleh nangis" sambung Rana sembari mengusap air mata yang membasahi pipi ayah nya.

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang