36//Pengorbanan

56 3 0
                                    

Setiap saat sebisa mungkin Rana berusaha untuk terus mengunjungi Rani yang keadaan nya masih sama.

Di waktu yang tersisa, Rana habiskan di rumah sakit. Rana menjalani berbagai pengobatan yang menyakitkan dan membuat Rana begitu lelah. Pernyakit Rana pun bertambah parah. Kondisi Rana bertambah buruk, saat Rana tak bisa mengujungi Rani lagi, Rana hanya bisa berbaring di atas kasur. Kini Rana begitu sangat lemah. Dengan bantuan alat medis dan takdir Rana bisa bertahan hidup. Ayah pun tak pernah meninggalkan Rana. Ayah selalu ada disisi Rana. Tangisan ayah yang biasa tak ingin ayah tampak kan pada siapa-siapa seolah-olah tak terkendali lagi.

"Ayah.. gak boleh nangis lagi ya. R..r..rana sayang ayah. Ayah, ka..ka..kalo Rana udah sadar, ja..jangan buat Rani salah paham lagi ya."

"Ayah, udah ikhlas Rana. Kamu bisa pergi kalo kamu mau. Ayah gak mau kamu ngerasa sakit terus kaya gini. Dan izinin ayh buat nangis."
Karena terlalu sedih, ayah tak bisa mengatakan apa-apa lagi. Ayah terus menangis melihat keadaan Rana kini sangat buruk. Belum sempat ayah menjawab, kondisi Rana kembali kritis. Dengan sigap dokter langsung memeriksa Rana. Berusaha sebisa mungkin agat Rana bisa tetap bertahan. Saat itu Rian masih dalam perjalanan menuju rumah sakit. Sebelum nya Rian sudah merasa tak enak, seperti akan ada hal buruk yang terjadi. Benar saja keadaan Rana yang semakin memburuk.

Rian pun tiba di saat detik-detik terakhir nya. Rian langsung berlari mendekati Rana. Bunga yang sempat ia genggam terjatuh begitu saja saat Rian melihat keadaan Rana.

"Rian..." kata Rana sangat lirih dan lemah.

Kata itu pula yang menjadi kata terakhir yang Rana ucapkan pada Rian. Sedikit demi sedikit badan nya mulai dingin. Detak jantung nya berhenti tergambar dari elektrokardiograf menunjukkan gambar garis panjang yang mendatar. Nafas nya terhenti. Dan Rana sudah pergi untuk selamanya. Tangisan itu terpecah tak bisa di kendalikan. Tak pernah di duga, Rana begitu pergi terlalu cepat. Mereka begitu sedih saat menyaksikan kepergian Rana yang kekal. Rian pun merasa dirinya sangat terpukul, benar saja karena untuk pertama kalinya Rana membuka mata. Rian yang pertama kali Rana lihat. Dan begitu pula saat Rana menutup matanya, Rian adalah orang terakhir yang Rana lihat.

"Kenapa elo ingkarin janji elo Ran, kenapa elo tega pergi tinggalin gue buat selamanya. Lo jahat Rana" batin Rian menangis
Kini tugas Rana di dunia sudah selesai. Semuanya telah menjadi sebuah kenangan. Terasa terlalu cepat Tuhan mengambil nya. Kesedihan itu tak bisa di sembunyikan lagi bahkan langit pun seolah-olah ikut menangis denhan kepergian Rana. Dan rumah sakit ini menjadi saksi bisu kepergian Rana.

Disamping belum lama Rana pergi, Rani pun sudah melewati masa-masa kritis nya. kondisi Rani kini mulai membaik dan semakin baik. Rani kini sudah tersadar. Dan sudah bisa kembali pulang ke rumah.

"Dari tadi ko aku ngga liat Rana ya? Rana kemana yah?" Tanya Rani sembari menengok kesana-kemari mencari Rana.

Dengan wajah penuh kesedihan, ayah mengatakan segalanya yang terjadi. Rani pun langsung pergi ke makam tempat peristirahatan terakhir Rana. Di pikiran nya terngiang-iang ucapan ayah memberitahukan keberadaan Rana sekarang. "Rana udah tenang di sisi-Nya. Rana udah pergi ninggin kita semua buat selama-lamanya. Walaupun begitu, Rana akan tetap ada di diri kamu Rani. Di hatimu. Waktu Rana liat kondisi kamu yang ga sadar karena kamu butuh donor hati. Dan saat Rana pergi, hati itu Rana kasih buat kamu. Biar kamu bisa tetap hidup." Dengan penuh rasa bersalah, Rani berlari menuju makam Rana sembari membawa kertas yang Rana titipkan pada ayah untuk nya. Saat Rani berada di depan makam Rana, yang terukir nama Adriana Shakilla pada batu nisan, Rani pun langsung melemas terjatuh di samping kuburan tersebut dengan tangisan penuh penyesalan.

"Rana, elo kenapa ngelakuin ini sama gue? Gue udah jahat sama elo. Kenapa elo gak biarin gue mati aja"

"Maafin gue Rana, gue udah salah nilai elo. Gue emang egois. Gue cuma pikirin perasaan gue tanpa mikirin perasaan elo. Maafin gue.." tangis Rani pilu semakin menjadi-jadi.

Dihari itu, Rani tersadar ternyata Rani salah menilai Rana. Rani memang benar-benar kejam. Rani tak menyangka Rana begitu sayang padanya bahkan Rana rela mengoban kan hatinya unntuk Rani. Tapi apa yang Rani lakukan? Ia selalu menyakiti Rana. Membuat Rana tersiksa, bahkan tak peduli dengan apa yang akan Rana rasakan. Kini Rani hanya bisa menangis merasa sangat bersalah.

***

Sekolah yang biasa Ramai terasa hidup, kini tampak sepi dan mati. Itulah yang dirasakan Rian saat merasa sangat sunyi tanpa Rana. Tak ada yang membuat Rian semangat untuk pergi ke sekolah. Tak ada yang membuat nya tersenyum, bahkan tak ada lagi yang membuat nya marah terlihat seperti childish karena cemburu. Terasa begitu aneh, namun ini lah kenyataan yang harus Rian jalani. Saat Rian berjalan hendak menuju kelas, di pandang nya pohon yang masih berdiri kokoh yang memberikan keteduhan di bawah nya. Rian teringat akan Rana. Dimana Rian meminta Rana untuk membantunya mengerjakan tugas. Terdengar dari telinga nya, terbayang di pikiran nya, saat Rana dan Rian bersenda gurau disana. Tawa bahagia, senyuman yang tulus tertuang disana. Rian terjebak dalam nostalgia. Tiba-tiba saja bibir nya tertarik membentuk sebuah senyuman. Namun, saat teringat bahwa Rana sudah pergi jauh meninggalkan nya, hati Rian begitu sakit. Rasanya tak ingin merasakan jatuh cinta. Merasakan sayang pada seseorang dan selalu ingin melindungi nya.

Saat sepulang sekolah, Rani berada di loteng sekolah. Di buka nya kertas yang di berikan oleh ayah kemarin.

Rani, maafin aku udah buat kamu marah, buat kamu kecewa dan buat kamu merasa gak ada yang sayang sama kamu. Maafin aku, udah ngerusak boneka kesayangan kamu, udah bikin ayah lebih peduli sama aku, dan aku biarin Rian tetep sayang sama aku. Kamu inget kejadian dimana terakhir kali kita ngerayain ulang tahun bersama? Kamu salah paham. Sebenernya, waktu kamu lepas dari pelukan ibu, Ibu taruhin nyawa nya buat nyelametin kamu di dalam. Tapi ibu gak balik lagi. Dan waktu aku sama ayah ketemu ibu, ibu udah hangus. Maaf, aku baru ceritain ini sama kamu. Maaf, udah ambil kebahagiaan kamu. Bukan maksud aku ambil kebahagiaan kamu, tapi ini sudah menjadi takdir kita yang ga bisa aku ubah dan aku lawan. Dan sekarang aku mau kembaliin kebahagiaan kamu. Biarin bagian dari diriku ada bersama mu dan tetap hidup di dalam tubuh mu. Aku harap, kamu bisa bahagia tanpa aku.

Kaki Rani seketika melemas. Rani hanya bisa menangis pilu tanpa bisa meminta maaf pada Rana. Karena kenyataan ini terlambat untuk ia ketahui. Rasa bersalah Rani tak bisa di pungkiri. Begitu banyak yang Rani lakukan pada Rana dengan niat yang tidak baik tapi Rana membalas nya dengan kasih sayang yang tiada batasnya. Rani membenci Rana, tapi Rana menyayangi Rani.

"Gak ada gunanya elo nangis sekeras mungkin." Ujar Rian yang berdiri di belakang Rani

Sentak Rani langsung berhenti menangis dan mengusap air matanya itu sembari memutar balukkan badan nya.

"Rian? Elo ngapain disini?"

"Disini tempat gue renungin apa yang gue alami."

"Walaupun lo nangis sekeras mungkin, itu gak akan ngerubah semuanya. Jadi hapus air mata elo dan jangan nangis lagi" sambung Rian

"Terus gue harus gimana lagi? Gue emang bodoh. Gue ngaku gue emang salah. Dan gue mohon sama elo maafin gue Ri" pinta Rani menangis pilu

"Lo gak perlu minta maaf sama gue. Yang lo perlu lakuin yaitu berubah. Ubah diri elo, ubah sikap elo, dan ubah motivasi yang ada di hati lo."

Rani pun menghapus air matanya dan menatap Rian penuh harap.

"Gue mau berubah. Gue gak mau nodain hati ini sama kebencian" Ujar Rani

Sentak Rian pun menatap Rani dengan penuh keyakinan.

"Lo emang harus berubah" jawab Rian

"Gue mau elo jadi saksi perubahan gue. Dan gue mohon sama elo, bantu gue buat berubah"

Sentak Rian teringat akan masalalu nya. Hal yang pernah terjadi di tempat ini juga, tempat yang Rian pijak sekarang. Saat Rian memutuskan untuk berubah, dan meminta Rana untuk menjadi saksi perubahan nya.

"Gue pasti bakal bantu elo." Jawab Rian

Memang benar, dunia itu pasti berputar. Dulu, Rian yang ingin berubah meminta Rana untuk menjadi saksi dan membatunya untuk berubah ke jalan yang benar. Dan sekarang giliran Rian. Dia lah yang menjadi saksi dan membantu Rani untuk berubah.

***

Minta saran dong, buat evaluasi kedepan nya. Boleh di kritik, atau kasih saran, aku sih berharap banget. Karena emang masih belajar, masih banyak kekurangan sana-sini. Yukk di comment yaaa, kalo bisa sih vote nya juga, ga maksa juga sih hehehe. Terimakasih :)

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang