28//Kejutan

41 3 0
                                    

Tiga hari sudah Rana di rawat, benar-benar tak betah dirasanya. Obat, suntikan, makanan yang tak berasa. Itulah yang selalu Rana dapatkan tanpa menolak di rumah sakit.

Sedangkan Rian harus bersekolah tanpa ada penyemangat nya yang selalu menjadi alasan Rian untuk masuk sekolah setiap hari.

Tampak bu Flora membawa lembar hasil tes minggu kemarin di kelas Rian.

"Shafira" kata bu Flora sembari memberikan kertas hasil tes.

"Rian" lanjut bu Flora.

Sekarang giliran Rian. Benar-benar tak ada wajah gugup sedikit pun yang tampak. Ia sangat optimis pada hasil tes nya pasti mendapatkan nilai tiga. Saat Rian mulai melangkah mendekati bu Flora untuk mengambil kertas hasil tes tersebut, tak terlewatkan sedikit pun tatapan aneh dari bu Flora. Saat Rian mengambil kertas tersebut, sentak matanya terbelalak melotot melihat nilai yang ia dapatkan.

"Enam?" Desis Rian tampak terkejut

"Bu, ini ngga salah kan?" Tanya Rian yang matanya mengarah pada bu Flora.

"Sedikit ada perubahan. Tapi ingat tingkatkan lagi ya."

Rian hanya tersenyum bahagia. Karena ini adalah pertama kalinya ia mendapatkan nilai enam semenjak ia masuk sekolah ini.

Seperti biasa. Saat pulang sekolah, Rian pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Rana yang masih dalam proses penyembuhan.

Saat Rian masuk ke dalam ruangan dengan tangan yang di selipkan ke belakang punggung nya. Rana hanya menatap nya, namun Rian membalas nya dengan senyuman penuh kejutan.

Tiba-tiba saja Rian menjulurkan tangan nya di hadapan Rana dengan membawa seikat bunga mawar merah.

"Mawar?" Gumam Rana sembari meraih bunga tersebut

"Gue yang metik sendiri dari kebun nya. Hebat kan gue? Dan gue pilih bunga yang spesial banget. Mawar merah." Jelas Rian

"Lo pinter banget bohong ya, ini bunga dapet beli kan? Tuh liat ada label nya" kata Rana

"Yaaaahh, ketauan" desis Rian

"Tapi lo suka kan? Gue tau lo suka mawar merah" jelas Rian sangat percaya diri

"Gue suka mawar putih"

"Hm? Ok. Jangan sedih, gue masih punya kejutan lain kok."

Rian pun mengeluarkan sebuah kertas dari dalam tas nya, kemudian menunjukkan nya pada Rana.

"Ta-da" ucap Rian dengan raut wajah yang penuh kebanggaan

"Enam?" Kata Rana terkejut

"Gue hebat kan? Bisa dapet enam." Ujar Rian sangat bangga

"Nilai lo masih jelek Ri, kkm di sekolah kita kan delapan"

Sentak raut wajah Rian yang semula sumringah penuh kebanggaan berubah menjadi murung sedikit kesal.

"Respon lo salah Ran, seharusnya elo muji gue. Lo tau ngga gue ngerjain murni hasil gue sendiri." Bisik Rian pada Rana

"Kalo elo bisa gantiin posisi gue, gue bakal kasih lo hadiah."

"Apaan hadiah nya?"

"Buku kumpulan rumus matematika"

"Kok rumus-rumus sih?"

"Iya. Biar lo gak susah nyariin gue cuma buat nanya rumus"

"Lo mau bikin gue stres? Mending lo kasih gue hadiah motor kek"

"Jadi lo suka gue atau motor?" Tanya Rana tampak cemburu

"Lo nanya apa sih, jelas-jelas gue pasti pilih motor lah."

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang