33//Tak Terduga

47 3 0
                                    

Dengan penuh keyakinan, Rana melangkah ke arah kelas Rian. Di pikiran Rana hanya ada penyesalan atas perbuatan nya. Langkah itu pun terhenti saat Rana bertemu Riki, Dafi dan Dimas tepat di depan kelas mereka yang tak lain kelas Rian juga.

"Hmm.. sorry, gue mau nanya. Kalian tau Rian lagi dimana engga?" Tanya Rana dengan gugup pada Riki, Dafi dan Dimas

"Rian ya? Hmm.. tadi sih gue liat" gumam Riki

"Lo liat Rian? Dimana?"

"Di kantin belakang. Tapi kaya nya dia udah pergi deh"

"Pergi kemana ya? Gue lagi ada perlu nih sama Rian" desah Rana dengan bingung

"Oh iya gue tau" ujar Dimas yang mengejutkan semua orang

"Sialan lo! Ngagetin aja!" Kesal Dafi karena terkejut

"Dimana?" Tanya Rana dengan raut muka sangat serius

"Di belakang sekolah"

Saat itu pula Rana langsung berlari menuju belakang sekolah tanpa meninggalkan satu kata pun pada Riki, Dafi, dan Dimas.

"Eh, Rana belum bilang makasih kan sama kita?" Ujar Dafi sembari menatap Rana yang sedang berlari

"Oh iya" sela Riki

"Rana! Elo belum bilang makasih sama kita" teriak Dimas pada Rana yang masih terus berlari

"Oh iya, thanks ya!" Balas Rana tanpa menoleh ke arah mereka dan masih terus berlari sembari melambaikan tangan nya

Rana terus berlari sembari membawa cake tersebut yang terbungkus cantik dalam kotak yang di hiasi pita. Namun langkahan kaki Rana terhenti begitu saja, seketika badannya kaku, matanya terpaku pada satu arah, bibir nya gemetar memucat, mata indah nya berair, dan air mata itu akan terjatuh dengan sekali kedipan, tangan nya melemas sehingga cake yang ia bawa hancur terjatuh di tanah. Di pandang nya dari kejauhan Rian dan Rani yang sedang berpelukan. Terlihat jelas di matanya, Rani menangis dalam dekapan hangat Rian. Dan Rana hanya bisa melakukan satu hal yang sama yaitu diam membisu tak bisa mengatakan apa-apa. Hanya air mata yang bisa melukiskan segalanya. Betapa hancur nya hati Rana seolah-olah terbakar menjadi abu. Entah, Rana harus percaya atau tidak kalau orang yang di hadapan nya sudah benar-benar berubah. Dengan pasrah, Rana memutar balikkan badan nya. Dan dengan sangat rapuh Rana kembali melangkah menjauh.

***

Saat jam pelajaran di mulai, seperti biasanya kegiatan belajar mengajar berlangsung. Rana mencoba untuk terus fokus pada pelajaran tanpa memikirkan hal lain yang tengah ia alami. Karena prinsip Rana adalah fokus sesuai bidang nya. Lain hal lain pikiran. Seperti itulah Rana. Namun entah mengapa tiba-tiba saja penglihatan nya kabur sejenak. Tak peduli dengan hal ini karena Rana menganggap nya hal yang sepele dan bisa di rasakan siapa pun. Usai penglihatan nya yang kabur, tiba-tiba saja tangan nya kaku tak bisa di gerakkan. Pulpen yang semula ia genggam terjatuh.

"Kenapa ini? Apa ini gejala dari penyakitku? Gak, aku harus kuat. Aku gak boleh lemah kaya gini" gumam Rana dalam hati

Semua itu bisa Rana lewati sampai bel pulang di bunyikan, dan keadaan Rana kini sudah pulih seperti biasanya.

Saat Rana keluar kelas, entah apa yang sedang ia cari. Rana menoleh ke arah kiri kanan nya, benar saja Rana mencari Rian yang biasanya menunggu Rana di depan kelas. Sentak, Rana tersadar kalau Rian tidak akan datang padanya. Di hari itu pula, terasa ada yang hilang.

Rana pun kembali berjalan menuju gerbang utama, tak seperti biasanya, tak ada tanda-tanda Rian mengejarnya seperti yang biasanya ia lakukan. Di lanjutkan nya perjalanan menuju halte yang tidak jauh dari sekolah. Benar saja Rana terkejut saat melihat Rian sedang nongkrong bersama teman-teman nya di dekat halte. Tak sesuai perkiraan nya, ternyata Rian tidak melirik nya sama sekali. Ia hanya bergurau bersama teman-teman nya. Apa dia tak melihat keberadaan ku? Batin Rana selalu berkata seperti itu.

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang