"Udah telat, gak ngerjain tugas, bawa buku cuma satu. Mau jadi apa kamu ini?!" Kesal bu Ratna
"Saya trauma bu. Giliran bawa buku seabrek di sekolah malah free di tambah lagi pulpen yang tadi nya ngumpul di tepak ilang semua di telan bumi" curhatan Rian tanpa diminta.
Rian terlihat santai menghadapi nya. Tak ada takutnya sama sekali. Muka pucat? Badan gemetar? Tidak sama sekali. Mungkin dia terlihat pucat kalo lagi sakit doang.
'Belum juga jam sembilan udah dapet marahan guru aja'. Batin Rana melihat Rian di dalam kantor karena ketika itu Rana disuruh mengambil buku di kantor.
"Mau kamu itu apa sih?"
"Ibu jangan marah-marah gitu. Kasian bayi dalem perut ibu kalo kesel sama saya entar mirip loh sama saya bu" jawab nya bener-bener ringan
"Kamu ini! Ibu serius!"
"Saya duarius bu"
"Riaaaann!!!"
"Ibu hukum kamu gak boleh ikut pelajaran ibu!"
Hukuman dari bu Ratna adalah berkah bagi Rian karena dia tidak usah repot-repot mencari akal untuk bisa bolos pelajaran.
Rian pergi ke kantin belakang yang memang markas nya para anak-anak brandal yang penjualnya sudah bersahabat degan mereka.
Rian mengeluarkan sebungkus rokok dan mengambil sebatang rokok kemudian menyulutkan api dari korek gas di pucuk rokok. Ia mulai mengisap rokok tersebut.
Tiba-tiba terdengar suara dari belakang Rian.
"Setan nya sekolah ini emang bener-bener gak bisa di musnahin"
Rian cepat-cepat menoleh ke belakang. Dengan tatapan sinis ia menatap cowok itu berdiri bersama kelima temannya.
"Gue males debat sama lo. Mau lo apa?"
"Gue risih liat lo disini. Gue mau lo pergi dari sekolah ini"
"Ini sekolah gue. Lo gak punya hak buat ngusir gue"
"Lo cuma ngotorin sekolah ini aja."
"Apa masud lo" Rian menatapnya sengit
"Anak haram" celetuk Andra benar-benar ringan
Rian terpancing emosi nya. Rian mengepal tangan nya benar-benar kencang. Kepalan tangan itu mendarat di rahang pipi Andra. Andra dengan teman-teman nya menyerang Rian. Mereka saling bergulat. Namun apa daya Rian melawan enam orang. Rian terus memberontak. Dari kejauhan Rana melihat kejadian itu. Muka pucat bukan main, seluruh tubuh nya gemetar, matanya tak berkedip sama sekali.
RANA!!! Teriakan Salsa mulai mendekat
Semua gelap
Ketika Rana tersadar dari pingsan nya itu didapatinya Rian yang tidur di kasur yang bersebelahan dengan Rana. Muka Rian lebam dan tangan nya di baluti oleh perban. Rana langsung terbangun dari kasur nya dan mendekati Rian.
"Lo nggak papa?" Tanya nya cemas
"Lo kok khawatir gitu? Gue sih kebal sama yang beginian."
"Tapi muka lo----"
"Udah yang penting elo bisa sadar kalo abis liat adu tinju secara live"
Rana diam dan terdapat pipi yang memerah.
"Gue seneng deh liat lo khawatir gini sama gue. Mending tiap hari gue berantem kali ya biar lo cemasin gue"
"Apaan sih lo" sentak Rana sambil memukul tangan Rian dan tepat di tangan yang terluka
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...