23//Rain

32 3 0
                                    

Jangan lupa vote and comment nya ya readers yang baik hati..

***

Di hari yang senja, Ramai nya jalan penuh dengan kendaraan yang melintas dan di kelilingi oleh gedung-gedung yang tampak berlarian mengejar. Rana memegang erat jaket Rian, karena ia mengendarai motor lumayan cepat.

"Ran, biar gue yang nentuin tempat nya ya" ujar Rian sembari mengendarai motor nya

"Apa? Gue ngga denger" sahut Rani tak sadar kepalanya berada di bahu Rian karena ia tak mendengar jelas perkataan Rian. Dan Rian hanya tersenyum berpura-pura tak sadar.

"Biar gue yang tentuin tempat nya." Ujar Rian dengan sengaja mengecil kan suara nya.

"Hah?! Lo ngomong apa sih" tanya Rian mencoba mendengar perkataan Rian yang membuat nya lebih dekat lagi dengan Rian.

Rian pun berhenti di tepi jalan. Dan langsung saja menoleh ke arah Rana.

"Rana sayang ku yang amat sangat bolot, kali ini pacar lo yang ganteng ini yang bakal nentuin tempat nya." Jelas Rian

"Apa lo bilang? bolot?"

"Iya elo bolot banget."

"Isshh." Kesal Rana

"Biar pun bolot tapi gue tetep sayang ko."

Raut muka Rana yang tadi cemberut berubah menjadi memerah dan terpancar senyuman manis dari bibir nya.

"Yaudah, kita jalan lagi ya."

Rana pun hanya mengangguk. Perjalanan pun di lanjutkan. Membutuh waktu 30 menit untuk sampai di tempat. Saat tiba di tempat yang di tuju Rian memarkirkan motor nya.

"Ri, ko kita ke restoran sih? Seharus nya kita ke toko buku aja. Kan lumayan bisa baca-baca."

"Gue laper. Udah, lo nurut aja. Kan gue yang nentuin tempat nya. Jadi terserah gue." Jelas Rian

"Tapi---"

Rana juga belum selesai berbicara, Rian langsung menggandeng tangan Rana. Agar ia tak lagi berbicara dan mau masuk bersamanya.

Mereka pun duduk di tempat yang kosong dan tak lama, pelayan restoran menghampiri mereka menanyakan makanan yang akan di pesan. Selesai memesan, mereka menunggu. Sambil menunggu Rana mengeluarkan buku dari dalam tas nya.

"Na, apa gue harus baca buku setebel itu?" Tanya Rian saat Rana mengeluarkan buku yang lumayan tebal.

"Iya harus. Buku ini bermanfaat banget, lengkap juga."

"Kalo gini caranya gue harus demo sama penerbit buku nya. Dia mau bikin gue setres apa suruh baca buku setebel itu."

"Rian, udah gak ada gunanya lo protes. Penerbit nya gak bakal dengerin ocehan elo."

"Oh iya, elo suka pelajaran apa?" Sambung Rana

"Gue suka nya elo."

"Rian, bukan itu. Tapi pelajaran apa yang lo suka? Biar lo lebih santai belajar nya."

"Apa aja deh. Yang penting elo yang ngajarin gue"

Rana hanya menggeleng-gelengkan kepala nya sembari tersenyum kecil. Ia pun mulai menjelaskan materi yang di bahas. Walaupun Rian tak begitu serius, tapi Rana tetap kekeh tak menyerah begitu saja.

"Mending kita makan dulu deh. Liat tuh, makanan nya udah manggil-manggil gitu."

"Nanti deh, lo pahamin ini dulu"

"Dikit aja, gue laper banget" pinta Rian sembari memakan makanan yang ia pesan tadi walaupun Rana selalu menghalangi nya.

Akhirnya Rana mengalah, Rana pun memakan makanan yang di pesan nya. Tak di duga ternyata Rana makan lebih lahap di bandingkan Rian.

Tiba-tiba saja terlihat flash dari kamera dan suara potretan terdengar oleh Rana. Saat Rana menoleh ke arah Rian, benar saja ia memfoto Rana saat sedang makan.

"Lo lucu ya kalo lagi makan" ujar Rian sembari tertawa

"Rian! Jangan di foto, gue lagi jelek gini. Siniin ngga hp nya. Cepet hapus!" Desah Rana tak mau di foto

Rana mencoba meraih ponsel Rian, namun Rian tak hanya diam dia mencoba menjauhkan ponsel tersebut yang membuat Rana kesulitan untuk mengambil nya.

Saat di perjalanan pulang, terasa tetesan air hujan terjatuh membasahi baju mereka. Dan tetesan itu bertambah deras. Hujan tak bisa ia hindari. Mereka pun berhenti di halte yang ada di dekat jalan agar tak basah di guyur hujan.

"Kita neduh disini aja dulu ya, ujan nya deres banget." Jelas Rian

"Kenapa? Gak papa kali Ri. Gue suka hujan kok." Sahut Rana sembari berlari membiarkan dirinya di basahi air hujan

"Tapi gue gak suka."

Kesukaan mereka memang bertolak belakang. Rana sangat menyukai hujan. Karena hujan akan memadam kan api yang akan membuat nya trauma akan kejadian kebakaran. Dan Rian tak menyukai hujan, karena hujan berhubungan dengan air. Rian pun memiliki trauma dengan kolam renang. Yang membuat nya sampai sekarang tak bisa berenang.

"Rana, ayo sini! Ntar elo sakit."

"Lo aja yang kesini" jawab Rana sembari menari-nari di bawah hujan yang membasahi baju nya.

Karena Rana tak mau mendengar perkataan Rian, ia pun terpaksa mendekat ke arah Rana dan langsung menarik pergelangan tangan nya membawanya ke halte. Sampai di halte, tanpa pikir panjang, Rian pun melepaskan jaket yang ia pakai dan langsung memakaikan nya pada Rana yang mulai kedinginan.

"Kan udah gue bilang, lo jangan ujan-ujanan entar sakit." Ujar Rian sambil memakaikan jaket pada Rana

Terasa hangat saat Rian memakaikan Rana jaket. Rasanya seperti Rian memeluk nya erat. Rana hanya diam dengan bibir nya yang memucat dan tangan nya memutih kedinginan.

Melihat Rana yang kedinginan, Rian memang tangan Rana dan mulai menggosokkan tangan nya agar terasa lebih hangat. Rian benar-benar memperhatikan Rana. Bahkan Rana tak menduga nya, ia bisa seperti ini.

Mereka menunggu hujan sampai benar-benar reda. Sangat lama mereka menunggu. Dan ketika hujan mulai reda, mereka kembali melanjutkan perjalanan nya yang sempat terhenti karena hujan.

Sesampai dirumah, Rana pun turun dari motor.

"Makasih ya" ucap Rana dan Rian bersamaan. Selang beberapa detik mereka pun tertawa.

"Thanks ya udah nemenin gue hari ini." Ujar Rian

"Makasih juga ya udah---"

"Rian!" Teriak Rani saat membuka pintu yang membuat Rana menghentikan perkataan nya.

"Lo mau masuk dulu ngga?" Tanya Rani

"Lain kali aja deh. Gue mau langsung cabut aja."

"Ran, gue pulang dulu ya." Kata Rian pada Rana

Rana pun tersenyum dan saat mulut nya terbuka ingin mengucap kata, Rani mendahului nya.

"Hati-hati ya Ri" ujar Rani

Rana pun mengurungkan niatnya. Dan Rian hanya membalas nya dengan acungan jempol. Tak banyak basa-basi Rian langsung menancap gas dan pergi.

Ini lah kebiasaan Rian yang baru. Rian yang sudah mulai berubah sedikit demi sedikit dengan bantuan Rana yang membuat perubahnya lebih meningkat. Rana adalah satu-satunya alasan untuk Rian bisa berubah seperti sekarang. Rana yang membawa nya dari kegelapan menemukan titik terang. Rana adalah semangat nya sekarang untuk berani menghadapi kehidupan di samping kondisi keluarga nya yang benar-benar hancur. Rana telah mengembalikan semua kebahagiaan yang dulu pernah tersisih kemudian menghilang begitu saja tanpa jejak. Rian benar-benar menyayangi nya.

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang