Tampak kondisi Rana sudah lebih baik. Ia pun berangkat sekolah seperti biasa. Namun hari ini ayah memaksa untuk berangkat di antar bersama Rani juga. Rasa rindu akan suasana kelas, super ribet nya teman-teman Rana dan ceramah guru-guru saat memarahi Rian yang membuat Rana ingin cepat kembali ke sekolah.
Benar saja, saat Rana baru masuk ke sekolah hendak berjalan menuju kelas bersama Rani, ia melihat Rian yang sedang di marahi pak Seno. Entah ulah apa yang telah ia lakukan pagi ini. Pak Seno terlihat sangat marah pada Rian, namun seperti biasa Rian menghadapi nya dengan sangat santai tak ada wajah takut sedikit pun, bahkan Rian mengajak pak Seno bergurau dan tak memperdulikan raut wajah pak Seno yang benar-benar garang. Tatapan sinis dari pak Seno sudah bukan lagi hal yang langkah bagi Rian, bahkan Rian sudah bersahabat dengan raut muka bengis seperti itu.
Rana berpaling pada keadaan sekolah. Ia melihat Salsa, Vira dan Andin yang sedang berdiri di depan kelas. Saat Salsa melihat Rana, bukan hal yang asing lagi. Spontan Salsa berteriak memanggil nama Rana yang membuat kedua teman nya pun ikut menoleh ke arah Rana. Mereka langsung berlari mendekati Rana dan sebuah pelukan dengan penuh kerinduan yang Rana dapati.
"Rana, gue kangen sama lo." Desis Salsa melepas rindu walau hanya satu hari.
"Na, gue ke kelas ya." Ujar Rani pada Rana.
"Oh, iya. Hati-hati ya"
Rani hanya membalas nya dengan senyuman yang terpaksa. Tanpa pikir panjang, Rani langsung meneruskan langkah nya menuju kelas.
Saat Rani hendak menaruh tas nya di bangku, tampak bubur terbungkus dalam kotak yang di lapisi plastik.
'Loh, ini bubur dari siapa?' Batin Rani heran.
"Tadi Rian nitipin bubur ini buat Rana." Ujar Indah menyampaikan amanah.
"Gue yang kasih bubur ini ke Rana?"
"Iya. Soalnya dia gak bisa kasih langsung. Tadi dia di panggil pak Seno."
"Oh, yaudah Thanks ya."
Sejenak Rani menatap bubur itu. Tampak terlihat sebuah kertas yang di lipat. Dan benar saja itu surat yang di tulis Rian untuk Rana. Karena rasa ingin tahu Rani yang sangat tinggi, tanpa pikir panjang ia membuka surat tersebut.
Abisin ya bubur nya. Tenang aja gak ada formalin nya ko. Kalo engga di makan, lo bakal kena kutukan.
Surat yang di tulis Rian seperti bukan untuk Rana melainkan untuk musuh nya. Karena isi surat tersebut tak ada kata-kata romantis sedikit pun. Hanya ada ancaman di dalam nya. Isi surat ini membuat Rani tampak heran dan merasa aneh. Namun berbeda dengan Rana. Mungkin Rana akan merasa senang walaupun tak ia gambarkan dari tingkah nya, karena ia selalu menyembunyikan nya dalam hati. Bagi Rana ini adalah bentuk perhatian Rian padanya. Karena Rana tahu betul bagaimana sikap sejati nya. Namun sayang, Rasanya berat untuk Rani memberikan bubur titipan Rian untuk Rana. Seperti ada setan dan malaikat yang berpendapat selalu berlawanan membisiki telinga nya.
'Sorry ya Rana' Batin Rani sembari membuang bubur tersebut di tong sampah.
Rani tak memberikan bubur tersebut pada Rana namun ia membuang nya. Rasanya Rani tak bisa melihat Rana bahagia. Selalu tumbuh rasa benci pada Rana.
RANI! Teriak Rian dari kejauhan yang mulai mendekati Rani.
"Lo udah kasih bubur nya?" Tanya Rian dengan suara terputus-putus.
"Udah ko. Tapi sorry Ri---"
"Kenapa?"
"Rana.. ngga mau nerima bubur lo. Bahkan dia buang bubur nya" Dusta Rani dengan muka memelas sambil menunjukkan bubur tersebut di tong sampah.
![](https://img.wattpad.com/cover/64379626-288-k551302.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...