Belum ada lima belas menit Rian dirumah, ia langsung pergi keluar rumah. Menghindari rumah yang penuh kesuraman. Rian menancapkan gas motornya dan melaju dengan kecepatan tinggi. Pikiran Rian sangat kacau. Ia pergi tanpa arah. Raut muka yang begitu sangat marah. Rian mencari ketenangan sambil menelusuri jalan. Namun tak ada ketenangan yang membuat hatinya damai.
Dengan jarak yang sangat jauh. Rian masih mengendarai motor nya melewati gedung-gedung yang seolah-olah berlari mengejar dan pepohonan yang tinggi. Terhenti di suatu tempat yang membuat nya luluh dari kemarahan. Motor yang melaju kian cepat kini bergerak lambat dan Rian mematikan mesin motornya. Langkah kaki nya terus berjalan mendekati rumah yang di singgahi oleh ibu nya.
"Rian, malam sekali kamu kesini. Ibumu sedang tidur. Tadi siang ibu mu mengamuk. Tapi sekarang dia sudah tidur dengan tenang."
"Ibu udah makan sus?"
"Di ajak berbicara saja dia sangat sulit. Dia tak mau makan. Dari tadi dia manggil-manggil nama kamu terus"
Ditatap wajah ibu nya. Terdapat wajah kesedihan di dalam nya. Rian menggenggam telapak tangan ibu nya yang melemas.
"Bu, maafin Rian jarang jenguk ibu. Rian kangen ibu. Tapi Rian takut, kalo ada Rian ibu marah sama Rian."
"Rian kangen pelukan hangat ibu yang bikin hati Rian damai"
Tak terasa air mata itu jatuh begitu saja. Rian mencium kening ibunya.
***
Rana yang sedang duduk di bangku termenung memikirkan perkataan Rian yang terus menghantuinya. Selalu terngiang-ngiang di telinga nya suara Rian.
RANA!!! Suara khas Salsa memecahkan lamunan di pikiran Rana. Emang ya tuh anak hobby banget teriak-teriak
'Rian' kata Rana spontan mengucapkan nama R-i-a-n. Tatapan curiga pun tergambarkan dalam raut muka Salsa.
"Lo pasti lagi mikirin Rian ya? Ngaku lo!"
"Apaan sih. Gue nggak mikirin apa-apa kok"
"Ah bullshit! Mending ngaku aja deh lo"
"Hmm, iya nih gue lagi mikirin dia"
"Emang dia ngelakuin apa bikin lo sampe pikiran gitu?"
"Kemaren, dia ngungkapin perasaan nya ke gue"
"Tuh kan, bener yang gue bilang ke elo" Vira nyelonong tiba-tiba ikut nimbrung.
"Dia bilang apa emang?" Tanya Vira
"Katanya dia suka sama gue. Dia mau nunggu gue sampe gue mau buka hati"
"Itu cowo nekad banget ya. Menurut gue sih dia emang beneran tulus suka sama elo"
"Tapi gue masih ragu."
"Ragu kenapa lagi sih?" Greget Andin
"Kalian kan tau sendiri kelakuan nya kaya gimana. Kalo gue pacaran sama dia gue takut terpengaruh."
"Tapi kan lo belum tau nanti nya. Lo mawas diri aja" saran Salsa
Tak terasa perbincangan antara Rana, Vira, Salsa dan Andin memakan waktu 10 menit. Mereka pun pergi ke kantin bersama-sama seperti biasanya. Ketika mereka melewati lapangan basket yang biasanya ramai di kerumuni banyak cewek sekarang sangat sepi. Tak terdengar teriakan histeris kak Tasya cs. Tak terdengar omelan guru dari setadi pagi. Terlihat dari kejauhan gerombolan anak-anak brutal yang biasa bikin rusuh kini terasa sepi tak ada provokator. Sekolah terasa tak bernyawa sepi tak ada yang membuat onar. Ya, dari tadi pagi tak terlihat batang hidung Rian yang biasa berkelakuan kaya setan. Sepertinya Rian tak masuk sekolah. Rana merasa seperti ada yang mengganjal namun selalu tak di perdulikan oleh nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...