Sesuai lokasi yang di beritahu Windy, Rana pun pergi menuju caffe. Ia mulai masuk dalam caffe tersebut, dan terlihat Windy yang sudah menunggu nya di salah satu meja yang sudah ia pesan. Windy terlihat sangat cantik nan anggun. Rana pun mulai mendekat ke arah Windy.
"Ini Windy kan?" Tanya Rana memastikan.
"Iya, ayo duduk."
Rana pun duduk di kursi yang sudah Windy pesan.
"Lo mau pesen apa?" Tanya Windy yang hendak memesan minuman
"Gue coklat panas aja."
"Ok."
Mereka pun mulai membuka pembicaraan yang berawal dari Windy.
"Lo pacar nya Rian kan?" Tanya Windy pada Rana yang membuat Rana sedikit gugup
"I-iya."
"Tapi kenapa tadi lo bilang temen nya Rian?"
"Itu... itu gue---"
"Iya gue ngerti elo itu pemalu. Rian udah ceritain semuanya ke gue tentang lo makanya sekarang gue mau ketemu sama lo."
Rana hanya memperhatikan Windy sembari mendengar perkataan nya dengan baik tanpa mengucapkan sekata patah pun. Tiba-tiba saja Windy mengeluarkan sebuah album foto dan memberikan nya pada Rana.
Rana pun meraih album foto tersebut dengan kebingungan, di lihat nya foto-foto dengan berbagai macam moment. Dilihat nya pula ada dua anak laki-laki dan satu perempuan.
"Lo liat dua cowo itu." Ujar Windy
"Iya gue liat, ini siapa?" Tanya rana sangat heran.
"Itu Rian sama Revan. Dan cewe itu gue."
Rana masih tak mengerti maksud dari semua ini. Tampak muka sangat bingung yang tergambarkan.
"Dulu, kita sahabatan. Dari masih kecil kita udah bareng. Lo tau Revan itu siapa?"
Rana hanya menggeleng-gelengkan kepala nya sembari terus memandang foto tersebut.
"Revan itu kakak nya Rian. Walaupun mereka gak lahir dari rahim yang sama. Tapi Revan sayang banget sama Rian. Revan anggep Rian kaya adik kandung nya sendiri. Gak ada perbedaan yang bisa misahin mereka"
"Tiga tahun yang lalu, maut yang misahin mereka. Dulu, waktu ayah nya marah banget sama Rian, sampe Rian di tampar sama ayah nya gara-gara ketauan ikut tawuran. Dia pergi dari rumah, dia lari sampe gak tau kalo ada mobil yang lagi lewat, tapi Revan nyelametin Rian dari tragedi maut itu. Disamping Rian yang selamat, tapi Revan ketabrak. Dia sempet koma tiga hari di rumah sakit. Tapi sayang, nyawa Revan gak bisa ketolong lagi. Dan setelah tragedi itu, ibu kandung Revan depresi berat yang bikin dia akhirin hidup nya gantung diri. Disitu pun, ayah nya bener-bener sedih. Disamping suasana yang masih berduka karena kepergian Revan, dia juga kehilangan istri sah nya yang bener-bener di cintai nya. Dan mulai saat itu, ayah nya selalu menyalahkan Rian penyebab kematian istri dan anak sah nya. Mulai detik itu juga, ayah Rian selalu memperlakukan istri simpanan nya yaitu ibu nya Rian bukan kaya istri nya sendiri. Karena ibu Rian gak kuat ngadepin nya, dia sekarang jadi gila. Dan dia udah ada di rumah sakit jiwa sekarang. Semenjak saat itu, Rian selalu merasa bersalah. Dan waktu itu, Rian bener-bener butuhin gue, tapi apa yang gue lakuin? Gue sama kaya ayah nya Rian. Salahin dia. Gue marah sama Rian, gue bikin Rian tambah ngerasa bersalah dan gue gak bisa ngertiin perasaan Rian. Itu penyebab dia jadi kaya gini sekarang. Gue kenal banget sikap dia yang asli nya. Dia itu baik, dia itu penurut dan hidup nya gak berantakan kaya sekarang."
Rana hanya diam benar-benar tak menyangka. Ternyata di balik brutal nya Rian ada hati yang rapuh. Ada sebuah rasa bersalah yang membelenggu bertahun-tahun. Selama ini Rana telah salah menilai Rian. Ia tak mengetahui betul tentang Rian. Hatinya sangat tersentuh saat mendengar penjelas Windy menceritakan segalanya yang menjadi penyebab Rian seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...