24//Masalalu?

34 3 0
                                    

Saat Rian mematikan motornya, masuk ke dalam rumah dan langsung pergi ke dalam kamar nya, nampak seorang perempuan yang berdiri di dekat jendela.

"Windy" desis Rian.

Windy pun langsung menoleh ke arah Rian. Dan memeluk hangat Rian dengan penuh kerinduan.

"Gue kangen sama lo." Ujar Windy sembari memeluk Rian.

"Lo ngapain disini?" Tanya Rian sembari melepaskan pelukan Windy

"lo masih marah sama gue?" Tanya Windy. Namun Rian hanya diam tak berkata apa pun dengan mengekspresikan wajah nya yang penuh amarah

"Ayo tarik hidung gue aya biasa nya kalo gue salah." Pinta Windy sembari memegang tangan Rian

"Lo kemana aja? Dari dulu gue nunggu lo. Gue butuhin lo, tapi lo gak ada buat gue"

"Maafin gue Ri, butuh waktu yang lama buat nyadarin semua nya. Gue emang salah. Please Ri, gue mau lo yang dulu" Jelas Windy

"Sekarang gue udah ngelupain elo. Kan lo yang minta sendiri buat lupain elo."

"Maafin gue Ri, waktu itu gue lagi sedih banget. Gue gak bisa berpikir jernih. Gue masih belum bisa pahamin elo." Ujar Windy menyesal

"Lo udah telat. Rian yang dulu udah mati."

"Rian gue mohon---"

"Mending lo pergi sekarang sebelum gue marah sama lo."

"Gak. Gue gak bakal pergi"

"Gue minta sama lo pergi sekarang."

"Gak, gue gak mau pergi sebelum lo---"

"Pergi!!!" Seru Rian membentak Windy menyuruh nya pergi.

Windy hanya diam sembari meneteskan air matanya. Ia mengerti bagaimana perasaan Rian saat ini. Tak ingin membuat Rian bertambah sedih, Windy pun terpaksa pergi dari rumah Rian.

Windy pergi ke sebuah makam yang sudah mulai tumbuh rumput liar di atas nya. Banyak dedaunan yang menutupi makam tersebut. Windy berdiri sembari menatap makam itu.

"Lo baik-baik aja kan di sana? Gue kangen sama lo. Lo satu-satu nya sahabat yang udah gue anggep kakak sendiri. Gue kangen saran-saran lo yang bikin gue termotivasi."

"Revan, apa lo tau sikap Rian sekarang?" Ujar Windy berbicara pada makam tersebut.

"Semenjak lo pergi hidup Rian bener-bener berantakan. Kalo lo tau pasti lo bakal sedih."

"Kalo elo masih hidup, mungkin aja Rian gak kaya gini sekarang."

"Lo pasti jarang ada yang ngunjungin ya? Gue tau perasaan Rian sekarang itu kaya gimana. Tanpa lo gue bisa apa? Rasa bersalah dia terlalu dalem. Ayo Revan kasih gue solusi biar Rian bisa ceria kaya dulu lagi."

Windy selalu meneteskan air mata saat berada di makam. Windy masih tak menyangka Revan pergi begitu cepat. Windy kembali dalam sebuah kenangan yang menjebak nya dalam kesedihan. Masalalu yang indah ia lewati bersama Revan dan Rian. Namun tidak untuk sekarang, Rian sangat terpuruk sekarang. Hidup Rian sudah tak berarah. Tujuan nya sudah tak jelas dan ia hanya mengikuti alur kehidupan yang terus berjalan.

***

Sebelum bel masuk berbunyi, Rian sudah berangkat lebih pagi tak seperti biasanya, ia pergi menemui Rana untuk menanyakan rumus-rumus soal matematika.

"Rian, lo jangan nyontek" pinta Rana pada Rian yang sangat sibuk membuat catatan kecil berisi contekan.

"Duh Ran, ini genting banget. Semalem gue gak belajar. Entar kalo nilai gue kecil gimana?" Desah Rian

One HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang