Rana terhempas jatuh ke lantai. Sentak Rian langsung berlari memeluk Rana yang terbaring lemas dan darah tiba-tiba saja keluar dari hidung Rana. Penglihatan Rana tiba-tiba saja kabur, dan kepala nya mengalami pusing yang sangat hebat.
"Rana, jangan tutup mata elo." Pinta Rian sangat panik
"Rani! Ini salah elo! Ga seharus nya elo ada disini. Kalo Rana ga bawa elo kesini mungkin elo udah jadi gelandangan sekarang! Lo tuh gak tau terimakasih! Elo tuh cewe paling jahat yang pernah gue kenal. Dan elo emang gak punya hati!" Ujar Rian angkat bicara karena sangat kesal pada Rani.
Rani merasa hatinya telah di hancurkan oleh perkataan Rian. Ia pun berlari keluar dan pergi membawa mobil.
***
Tanpa membuang waktu Rana di lari kan ke rumah sakit. Dokter membawa nya ke UGD karena kondisi Rana yang kitis. Ayah pun yang sedang bekerja langsung pergi ke rumah sakit saat Rian menghubungi nya. Ayah sangat panik dan begitu takut akan kehilangan Rana.
"Rian, dimana Rana?"
"Rana ada di UGD om, om gak usah khawatir. Rana lagi di periksa dokter."
"Apa penyakit nya tambah parah?" Gumam ayah begitu khawatir
"Maaf om, penyakit nya tambah parah? Apa maksud om Rana punya penyakit?"
Tiba-tiba saja pasien kecelakaan yang hendak masuk UGD melintas di hadapan ayah dan Rian.
"Rani" desis ayah melihat pasien itu adalah Rani
Ya, usai konflik yang telah terjadi dirumah, Rani mengalami kecelakaan. Rani pun kritis dan langsung di larikan ke UGD
Cemas ayah menjadi-jadi. Kedua putri mengalami kritis. Sepanjang waktu ayah terus berdo'a untuk keselamatan kedua putrinya. Air mata itu terjatuh begitu saja. Ayah berharap tak akan kehilangan kedua putrinya.
"Ya Tuhan... Jangan Engkau ambil kedua putri ku. Beri mereka kekuatan. Jangan Kau ambil sebagian hidupku, sebagian nafas ku sekarang. Aku belum siap" batin ayah.
Usai dokter keluar, ayah pergi menemui dokter untuk membicarakan kondisi Rani sembari mengisi administrasi. Sedangkan Rian masuk ke dalam ruangan dimana Rana di rawat.
Dengan langkahan yang sangat pelan, Rian menatap Rana dengan penuh kesedihan. Terdapat kecemasan Rian yang ia tutupi dari orang-orang yang melihat nya. Namun kecemasan yang bercampur kesedihan itu terpecah saat Rian melihat kondisi Rana yang sedang terbaring lemah di atas kasur dengan berbagai macam alat medis yang membantu Rana agar bisa bernafas, melihat detak jantung yang stabil dan pemasukan cairan melalui infus.
"Rana, elo sakit apa? Lo yang kuat ya. Gue bakal nunggu elo disini sampe elo sadar. Lo udah janji kan sama gue gak bakal pergi lagi? Lo gak boleh ingkarin janji elo Ran." Kata Rian yang duduk di samping Rana sembari menggenggam tangan Rana yang melemas. Air mata Rian tak bisa ia tahan. Sungguh menyakitkan melihat Rana terbaring tak berdaya. Bertahan hidup dengan bantuan alat medis.
Sedangkan kondisi Rani masih kritis. Rani masih belum bisa di kunjungi siapa pun.
***
Setiap hari sebelum berangkat sekolah dan sepulang sekolah Rian selalu pergi ke Rumah sakit untuk mengunjungi Rana dan Rani.
Saat hari ketiga Rana dan Rani tertidur lelap tanpa belum membuka matanya, Rian datang mengunjungi Rana dengan membawakan seikat bunga mawar putih dan boneka teddy bear untuk Rana. Rian sangat berharap Rana akan segera sadar.
"Om.." sapa Rian pada ayah yang sedang memandang Rana
"Rian, kamu rajin banget kesini. Rana sampe sekarang belum juga sadar. Om harap sih Rana bakalan cepet sadar, om gak mau kehilangan Rana"
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...