Dalam ruangan yang gelap, hanya ada lampu yang menyala di salah satu sudut kamar Rian. Ia termenung masuk dalam dunia penuh rasa bersalah. Namun lamunan nya terpecah saat dering ponsel Rian berbunyi.
Rana is calling...
Sedikit menunda, Rian pun mengangkat ponsel tersebut dan mulai menekan tombol hijau mendekatkan nya ke telinga.
"Halo" kata Rian
"Ri, lo baik-baik aja kan?" Tanya Rana tanpa basa-basi
"Loh, elo kok tiba-tiba nanyain gue. Hal langkah banget nih. Pasti lo lagi kangen gue kan?"
"Apaan sih lo. Pede banget."
"Abisnya lo aneh gini. Kalo lo bukan kangen gue terus kenapa tiba-tiba nelpon gue?"
"G-gu-gue cuma mau mastiin kalo elo baik-baik aja."
"Ran, lo kenapa?"
"Kenapa? Gue gak papa"
"Bukan itu. Elo kenapa Ran?"
"Kenapa apanya?"
"Kenapa elo bikin gue makin cinta sama lo." Gombal Rian
Sentak Rana pun tertawa terbahak-bahak. Bahkan bukan Rana yang menghibur Rian melainkan sebaliknya.
"Kok elo ketawa sih? Gue ngegombal Ran, bukan ngelawak."
"Abis nya lo lucu. Emm, selera humor gue rendah banget ya?"
Kini bergantian, Rian yang tertawa terbahak-bahak.
"Ri, ko elo ketawa sih? Gue kan lagi nanya. Apa selera humor elo rendah juga?"
"Iya yah. Ngapain gue ketawa?"
"Ko elo malah nanya ke gue sih."
Mereka pun tertawa bersama. Entah kenapa saat Rian mendengar suara Rana sedikit masalah yang menimpa nya kian terlupakan. Rasanya tak ingin kehilangan Rana. Ia bagaikan bintang dalam gelap malam yang kelam, Rana kini telah menjadi semangat Rian, bahagia Rian dan sebagian hidup Rian. Saat disisi Rana, hati Rian selalu merasa damai.
"Ran, besok malem lo ada acara ngga?"
"Kalo dari hari ini lo ngeboking sih kemungkinan gak ada."
"Lo dandan yang cantik ya, nanti kita makan bareng."
"Hmm, nanti gue pertimbangin deh."
"Yaudah, gue tutup dulu ya dulu ya. Gue mau mimpiin lo dulu."
"Yaudah. Mimpi indah ya Ri"
"Love you Ran"
Tut-tut-tut.
PANGGILAN TERPUTUS
Seperti biasanya, walaupun Rian yang berkata untuk mengakhiri perbincangan nya dengan Rana, namun Rana selalu yang lebih dulu memutuskan panggilan.
***
Sesuai kesepakatan, mereka bertemu di salah satu restoran berkelas. Dan tentu nya disana berisikan orang-orang yang berduit. Namun tak aneh jika Rian mengajak Rana kencan disana karena Rian pun anak orang kaya.
Membutuhkan waktu cukup lama untuk Rana berdandan tampil cantik menyesuaikan dengan tampilan orang-orang yang ada di restoran, agar tak menjadi bahan tertawaan orang-orang yang sudah Rana bayangkan sebelumnya. Itu mimpi buruk! Rana tak akan membiarkan hal itu terjadi. Di bacanya pesan dari Rian melalui sms.
Inget ya jam 8 lo harus udah stay disana. Inget jangan sampe telat. Kalo elo telat lo bakal dapet sial.
Rana hanya tersenyum saat membaca pesan singkat yang diterimanya dari Rian. Ia pun tak pernah lupa melampirkan ancaman dalam tiap perjanjian.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Heart
Teen FictionHati ini memang hanya satu. Hati ini berhasil kau dapatkan. Hati ini pula yang harus ku relakan dan ku beri untuk orang yang aku sayang. Menyakitkan itu saat hati dan pikiran tak sejalan, saling beradu mempertahankan apa yang telah di pegang teguh...