Mulai Kesepian

2.6K 147 0
                                    

Alan Pov

Pagi ini gue berangkat lebih awal karna sekalian latihan dikit dulu di lapangan basket sekolah. Baru aja gue mau lepas landas bareng mobil gue si cowok menyebalkan itu barusan keluar dari mobilnya dan menjemput Ara. Ck. Emang gue pikirin?! (Author: Jelas banget lo mikirin -,-)

Gue cuek aja melihatnya tapi saat mata gue dan mata cowok itu berpapasan, dia malah tersenyum dan gue hanya memasang muka datar dan langsung memalingkan wajah dengan cuek.

"Argh! Dia pikir dia siapa sih?!!!" geram gue sambil memasukkan bola di ring basket dengan kasar.

"Wah wah... Ada yang duluan nih."

Siapa?

Ah. Si bocah sialan Renaldy. Oh ya! Dia kan kemarin ember soal alamat rumah gue! Awas lu, bocah!!! Belum pernah makan bola basket utuh-utuh kan?! Sini gue suapin pake bumbu lezat yang mematikan!

"Woy bocah! Siapa yang nyuruh lo ember soal alamat gue ke Cindy hah?!" marah gue ke Renaldy.

"Emang napa? Dia beneran langsung ke rumah lo kemarin?! Gila! Beneran datang! Hahahahahah!!!"

"Woy bocah! Nggak lucu tau!!!" seru gue dan...

Pletak!

"Alan! Sakit tau!" jerit Renaldy.

Renaldy itu lumayan jago meskipun tubuhnya kerdil (pendek maksudnya). Makanya sering gue panggil 'bocah'. Dia bahkan bisa menyamai three pointnya gue dan semua shoot gue. Lumayanlah sebagai seorang kerdil... Tapi bukan berarti gue hina orang kerdil ya! Malah gue kagum loh! Meskipun pendek tapi mereka bisa sehebat itu.

"Itu akibat ember sama Cindy soal alamat gue!"

"Tapi Cindy yang minta kok!" jawab Renaldy.

"Maksud lo?" tanya gue.

"Ya apa yang nggak mungkin untuk seorang Cindy yang sedang di mabuk asmara karna jatuh hati pada kapten basket sekolah kita." jawab Renaldy.

"Trus lo kasih gitu aja alamat gue?!!!"

"Ya nggaklah! Dia kasih bayaran dongs heheh... Dia traktir gue makan sepuasnya di restoran Jepang kemarin!" jawab Renaldy.

"Wow... Gue takjub dengan kejujuran lo." ucap gue dengan sinis.

"Upsi!!! Ketahuan..."

"Dasar bocah! Mau lo makan sepuasnya di restoran Jepang juga tinggi badan lo nggak bakalan naik-naik!" seru gue.

"Ih! Nggak usah sangkutpautkan dengan tinggi badan gue!!!" marah Renaldy.

"Siapa suruh ember alamat gue!"

"Rasain!"

"Awas ya lu, bocah!!!"

~~~

"Huaaaahhhhhh... Capeknya!!!" seru gue seusai mencetak angka yang ke-350.

Berlatih bermain basket selama 3 jam seusai sekolah ternyata lumayan menguras banyak energi juga ya? Bakalan susah bergerak gue nih sebentar malam saat tidur gara-gara pegal semua badan gue.

"Capek ya?" sahut Renaldy.

"Ya, begitulah." jawab gue.

"Eh, Alan. Ada Cindy tuh sana!" bisik Renaldy.

"Trus?" tanya gue dengan datar dan masih dengan napas yang memburu karna berlari dan melompat terus daritadi.

"Dia kan ketua cheers sekolah kita, kenapa nggak lo suruh aja dia pake baju cheersnya trus ngedukung elo dan berteriak, 'Alan! Go! Go! Go! Alan! Go! Go! Go! Fight!' gitu..." sahut Renaldy.

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang