Change

2K 120 2
                                    

"Jadi bagaimana pak? Pelaku yang menabrak mobilnya Edward dan Ara masih belum bisa ditemukan?" tanya Alan yang saat ini sedang berada di kantor polisi.

"Kami sudah melihat cctv tapi mobil yang di kendarai pelaku ternyata memakai plat mobil yang palsu. Bisa dikatakan si pelaku memang pintar dalam menyembunyikan jejaknya," ucap seorang detektif yang menyelidiki kasus kecelakaannya Ara tersebut.

"Begitu ya,"

"Iya, nanti akan kami beritahu lagi bila kami sudah menemukan bukti."

"Baik pak, terima kasih." ucap Alan lalu berjalan keluar dari kantor polisi.

Alan pun naik ke dalam mobil limousine milik ayahnya itu dan kembali ke rumahnya. Perjalanan dari kantor polisi ke rumahnya memerlukan waktu 45 menit.

"Aku pulang." ucap Alan saat dia memasuki ruang depan rumah.

"Selamat datang tuan muda," ucap pelayan-pelayan di rumah itu.

"Mama dan papa saya kemana?" tanya Alan.

"Sudah berangkat tadi kembali ke LA,"  jawab seorang dari pelayan-pelayan yang menyambutnya itu.

"Oh, ya udah."

Alan pun berjalan ke lantai dua rumahnya yang besar dan mewah itu. Dia berniat masuk ke dalam kamarnya Audrey yang tidak ditutup pintunya tapi saat melihat adanya Ara di dalam sana, Alan memutuskan hanya mengintip dari pintu sekaligus mendengarkan pembicaraan mereka.

"Hei, Audrey. Sebelum gue kehilangan ingatan, gue orangnya kayak gimana?" tanya Ara kepada Audrey sambil bermain PS bersama Audrey.

"Hm... Gimana ya, kak Ara itu cerewet, keras kepala, suka buat masalah di sekolah, suka bolos, suka tawuran, ya kayak anak-anak troublemaker gitu." jawab Audrey.

"Ooh..." Ara pun hanya manggut-manggut.

Alan pun masuk ke dalam ruangan itu lalu menggeplak kepala adiknya itu dengan kunci mobil ferrarinya.

Pletak!

"ANYING!!! PALA GUE! SAKIT COEG!!!" seru Audrey tanpa menatap ke arah Alan dan sibuk bermain PS.

"Lo jangan ajarin Ara jadi anak troublemaker kayak lo." cibir Alan.

"Hadeh! Mang gue pikirin?! Lagian kan kak Ara memang troublemaker... Tapi dulu sih." jawab Audrey dengan masih berkutat dengan PSnya yang antik itu.

"Emang Alan tau gue kayak gimana?" tanya Ara.

"Tau kok. Elo itu rada-rada pendiam, anggun, bersikap manis, feminim, tidak suka membuat masalah, murid teladan bukan troublemaker." jawab Alan.

"Masa sih? Berarti bertolak belakang dengan gue yang sekarang dong?" tanya Ara lagi.

"Terserah lo mau ngapain yang penting jangan coba bunuh diri karna nggak bisa mengingat ingatan lo itu." jawab Alan dengan cuek lalu berjalan keluar dari kamarnya Audrey.

"Kenapa sih dia? Judes amat sih jadi orang. Padahal kemarin dia bersikap baik eh sekarang bersikap kayak singa kelaparan." cibir Ara.

"Biarkan saja dia dengan dunianya Ra. Maklum orang gila nggak usah di ladenin." ucap Audrey.

Pletak!

"ANYING! FAK! BIADABH! SIAPA NIH YANG LEMPAR BOTOL MIZONE DI KEPALA GUE?!!!" teriak Audrey sambil meringis kesakitan.

"Makanya jangan seenaknya bilang gue orang gila. Cakep gini kok di bilang orang gila sih?" sahut Alan.

"Cakep tapi kalo gila ya sama aja bohong." cibir Audrey pelan.

"Gue dengar lo Rey!" seru Alan.

"Mang gue pikirin," sahut Audrey sambil meledek kakaknya dengan menjulurkan lidahnya.

"Ish anak ini!" seru Alan.

***

Pagi ini, seluruh murid di sekolahnya Alan dan Ara menjadi shock seketika melihat seseorang yang mereka kenal dengan baik malah berubah total seperti bukan orang yang mereka kenal.

"KYAAAAA ARA GUE!!! APA YANG TERJADI DENGAN ARA GUE?!" seru Christy dengan sangat sangat cengo dengan apa yang ia lihat sekarang ini.

"Buset dah." tambah Robert.

"Njir kok malah kelihatan cantik ya?" sahut Chris.

Ya, saat ini Ara sedang datang ke sekolah dengan penampilan barunya yang ia sendiri tidak tau kalau dirinya yang sebelum hilang ingatan tidak pernah bergaya seperti ini.

Ara memakai baju yang sedikit pres, roknya pendek 4 cm diatas lutut, rambutnya digerai dan kacamatanya dilepas, polesan lipgloss tipis mempercantik bibir Ara yang memang aslinya pink, dan sepatu nike pink-ungu menghiasi kakinya.

"WHAT THE HELL...?!" seru Renaldy, temannya Alan yang pendek tapi jago main basket.

"Serius itu Ara?!" sahut teman-teman satu timnya Alan.

"Njir cantik amat!" sahut yang lainnya.

Ara yang mengetahui dirinya menjadi topik pembicaraan malah sembunyi di balik Alan yang memang jauh lebih tinggi di bandingkan dirinya yang tingginya hanya 160cm.

"Alan, apa ada yang salah dengan penampilan gue?" tanya Ara setengah berbisik.

"Ya, memang salah banget. Tidak hanya salah banget, tapi salah besar." jawab Alan dengan datar.

"Masa sih? Kayaknya gue biasanya berpenampilan gini deh," ujar Ara sambil menatap kembali penampilannya.

Alan ingin sekali memberitahu Ara tentang sosok Ara yang sudah berubah, tapi pastinya bila ia memberitahukan hal itu, sama saja dia memaksa Ara mengingat ingatannya yang dokter bilang tidak boleh dipaksakan untuk diingat karena Ara mengalami trauma.

Selain itu, jika Ara mengingat sosok dirinya yang telah berubah, pasti dia akan teringat kembali tentang ibu kandungnya yang sudah meninggal. Karena alasan Ara berubah menjadi seorang anak yang baik-baik itu karena permintaan terakhir dari ibu kandungnya.

Alan mana mungkin setega itu membuat Ara terpaksa mengingat semua kenangan dan ingatan mereka dulu. Dan juga, Alan tau bisa-bisa Ara mengingat soal kecelakaannya yang menyebabkannya hilang ingatan.

Bisa-bisa Ara menyalahkan dirinya atas kecelakaan tersebut. Apalagi Edward kan sudah meninggal, sementara Ara masih hidup dan hidup tanpa mengingat kecelakaan itu.

"Alan! Apa yang lo buat sama Ara gue?!" seru Christy dengan wajah yang menyeramkan.

"Jangan salahkan gue dong, Ara sendiri yang mau berpenampilan begitu. Gue udah bilang kemarin tapi dia nggak mau," jawab Alan dengan kesal.

Ya, siapa yang nggak kesal coba? Masih pagi gini udah di todong sama cewek super galak yang terus-menerus ingin sekali menelan Alan hidup-hidup.

"Ara serius lo suka berpenampilan begini?" tanya Christy.

"Memang salah ya gue berpenampilan gini? Toh kalian semua juga kan kayak gini penampilannya." jawab Ara dengan santainya.

"Ara gue telah lenyap di telan dunia kyaaaaa!!!!!!!!" seru Christy dengan histeris plus sok dramatis.

"Sok dramatis lo," cibir Chris.

"Ngomong-ngomong kalian siapa ya?" tanya Ara kepada Christy, Chris dan Robert.

***

Tbc.

Udah. Cukup. Capek. Gue nulis part ini di saat gue sedang dalam perjalanan liburan ke tempat tujuan. Well, semoga kalian suka dan jangan pada baper dan pada ngebo ya sama part ini 😜

Seeya! Vomments yang banyak ya 😘😘😘

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang