Bracelet

1.8K 107 0
                                    

Ara Pov

Gelang ini... Dimana gue pernah lihat ya sebelumnya? Kok terasa begitu tidak asing bagi gue?

Hm... Eh! Si Fabian kemana tuh? Ketinggalan gelangnya nih? Masa gue harus balikin ke kelasnya sih? -_- bikin capek dan menguras tenaga untuk berjalan ke kelasnya. Kasihan kaki gue. Well, intinya gue yang malas di sini.

Gue kantongi aja dah dulu. Nanti kalo ketemu langsung gue kasih gelangnya. Malesin banget kalo kayak gini deh. Ini begitu sangat menguras tenaga dan daya pikir gue, bahkan gue berharap tidak ada lagi yang kayak gini eh malah ada.

Shit...

Kasihanlah diriku dan terkutuklah diriku. Apa gue kena sial dari Alan lagi ya? Soalnya dia kan suka banget kena sial, dan bisa jadi kesialannya berpindah ke gue kalo dia beruntung. Nah, berarti dia culik keberuntungan gue tuh.

"Ararara!!!" seru Christy.

"Apa Christy? Jangan toa bisa nggak?" sahut gue malas.

"Hahahaha... Sorry. Ikut gue sekarang!" seru Christy dan langsung menarik gue mengikutinya.

"Eh? Hah?! Kemana oiy?!"

"Lo bakalan tau nanti deh."

Oke, ini tidak lucu. Sungguh tidak lucu. Christy menyeret gue untuk ikut dengannya ke taman belakang sekolah. Apanya yang 'lo bakalan tau' ini? Maksudnya 'lo pasti tau' mungkin?

Soalnya gue udah bosan lihat taman belakang sekolah ini. Malahan kadang-kadang gue nongki sendirian disini tanpa ada yang tau. Kok berasa gue hantu ya? -_-

Well, intinya hal ini tidak ada yang spesial sebenarnya. Dan apa yang ingin di tunjukkan Christy? Jangan bilang kalo dia baru saja menyadari betapa sejuknya udara disini...

"Ara!" panggil Christy.

"Nah, sekarang apa yang lo ingin tunjukin ke gue?" tanya gue.

"Ikut gue." jawab Cindy lagi dan menyeret gue (lagi). Tanda kutip 'LAGI'.

Ini sebenarnya mau kemana sih? Gue beneran nggak ngerti. Apa otaknya Christy udah korslet kali ya gara-gara belajar rumus-rumus dan teori-teori Fisika kebanyakan?

"Lihat deh, Ra! Ada jalan rahasia!" seru Christy heboh.

"Palingan juga nembus di pagar belakang." cibir gue.

"Ish! Lihat dulu napa sih?!" sahut Christy dan menarik tangan gue untuk ikut dengannya memasuki semak-semak itu.

Yang benar saja! Hei... Gue masih banyak kerjaan yang lebih penting dari ini. Malesin banget kalo harus masuk di semak-semak dan hanya melihat pagar tembok yang jelek itu.

"Lihat yang benar dong! Buka mata lo!" seru Christy.

Malas. Gue malas buka mata gue. Mendingan lo lepasin gue sekarang biar gue bisa balikin gelangnya si Fabian ini sebelum gue di tuduh sebagai pencuri sama Fabian.

"Buka mata lo dulu, Ra!" paksa Christy.

Oke, baiklah. Gue ikuti saja kali ini maunya. Besok-besok gue lebih memilih untuk tidur siang di rooftop daripada harus balik ke sini menatap semak-semak jelek ini.

Gue pun perlahan membuka mata gue. Dan betapa terkejutnya gue dengan apa yang gue lihat sekarang. Ternyata tidak seperti apa yang gue bayangkan. Ini terlalu... Terlalu sangat...

"Indah kan?" sahut Christy.

"Keren! Ternyata ada tempat kayak gini di belakang taman sekolah?"

"Iya dong. Gue yang nemuin duluan tempat ini loh!" pamer Christy.

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang