Accident

2K 132 6
                                    

Bunyi klakson mobil milik Edward berbunyi dari depan rumahnya Ara. Ara pun bergegas keluar dan mendapati Edward sedang menunggunya di dalam mobil.

"Sorry lama kak, baru aja gue anterin adek-adek gue ke rumahnya tante gue," ucap Ara.

"Iya, nggak apa-apa. Shall we go now?"

"Oke."

Mereka pun pergi menuju ke mall untuk membeli barang yang ingin di beli oleh Edward. Saat mereka sibuk berkeliling mall, Ara menabrak seseorang.

Bruuk!

"Awch," ringis Ara.

"S-sorry, lo bisa bangun?" tanya orang itu sambil menjulurkan tangannya untuk Ara.

Ara berdiri sendiri tanpa memegang tangan orang itu, Ara langsung memijit pelan kepalanya yang sedikit terbentur.

"Lo nggak apa-apa Ra?" tanya Edward.

"Iya, gue nggak apa-apa." jawab Ara.

"Ara?" sahut orang tadi.

Ara pun mendongakkan kepalanya. "Abi? Ngapain lo disini?" tanya Ara.

"Gue tadi habis dari timezone hahahaha, biasa... Main-main dikit. Habis gue bosan sih," jawab Fabian.

"Eh, lo kalo jalan tuh lihat-lihat! Kasihan teman gue jadi jatuh!" seru Edward.

"Udah, udah kak. Dia ini Fabian, teman gue sedari kecil, dan Fabian... Ini kak Edward, kakak kelas gue." ucap Ara berusaha menenangkan kedua manusia yang siap beradu kekuatan.

"Oh." ucap Fabian singkat.

"Oh ya, Ra. Urusan kita sudah selesai disini, ayo pulang." ajak Edward lalu menarik tangan Ara.

"Sampai jumpa, Abi!" sahut Ara.

"Iya, Ara." balas Fabian.

Sesampai di parkiran Edward bertelefon dengan seseorang yang tidak di kenal Ara, tapi Ara tidak mau ambil pusing jadi Ara memilih untuk mengotak-atik hpnya.

"Ayo, jalan." ucap Edward setelah menutup telfonnya.

"Oh, iya."

Edward pun mengantar Ara pulang ke rumahnya dengan kecepatan diatas seratus karena jalanan sedang tidak macet dan juga Ara harus buru-buru pulang untuk siap-siap ke salon.

"Edward, pelan-pelan dikit nanti kita kecelakaan," ucap Ara mengingatkan.

"Tenang aja, gue udah mahir dalam hal begini jadi lo nggak usah khawatir oke?"

"Tapi seram tau!" seru Ara.

"Tapi lo harus cepat-cepat kan?" sahut Edward pula.

Ara hanya mendengus lemah karena memang dia harus cepat-cepat pulang dan menyusul kakaknya dan ketiga adiknya yang sudah duluan ke salon.

"Edward,"

"Ya?"

"Pelan-pelan... Gue takut." ucap Ara.

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang