Rain & Basketball

1.9K 130 6
                                    

Sudah seminggu sejak Ara keluar dari rumah sakit dan sampai saat ini dia tidak mengingat apapun mengenai ingatannya dari umur 14 tahun hingga sekarang.

Banyak yang ingin membuat Ara mengingat kembali ingatannya, tapi mereka tau bahwa bila mereka memaksa hal itu ada kemungkinan Ara bisa stres dan psikologinya terganggu.

"Alan!" seru Ara yang langsung melongos masuk ke kamarnya Alan.

"Ngapain lo?" sinis Alan.

"Ih, gue mau ajak lo main. Kan baru kali ini gue diijinin keluar rumah, semenjak keluar rumah sakit gue dikurung di kamar mulu, bosenlah guenya." cibir Ara.

"Kok lo malah jadi nyolot gini ya?" ucap Alan sambil memijit dahinya pelan.

Dan seperti yang dibilang, karena Ara tidak mengingat ingatannya dari umurnya 14 tahun hingga sekarang, dia pun tidak mengingat mengenai dirinya yang pendiam dan jarang bicara.

Ara kembali seperti Ara yang dulu sebelum ia berjanji tidak menjadi seorang bad girl lagi. Ara juga tidak ingat kalau ibu kandungnya telah meninggal, itulah sebabnya ayahnya Ara dan ibu tirinya Ara sengaja tinggal di luar negri untuk sementara waktu.

Mereka takut bilamana mereka mengatakan soal kematian ibu kandungnya Ara, Ara mungkin akan stres dan mulai mencoba mengingat ingatannya dan pada akhirnya dia malah berakhir di rumah sakit jiwa.

Itulah sebabnya Ara di tinggal bersama Alesha sementara Tiara, Nayla dan Flora di bawa keluar negri bersama-sama ayah dan ibu mereka itu.

"Kak Alan! Mana charger iphone gue! Iphone gue tercinta ini menandakan tanda-tanda ingin segera mati." sahut Audrey yang melongos masuk juga ke kamar kakaknya itu.

"Tuh ambil aja di meja belajar gue." ucap Alan tanpa melihat ke arahnya Audrey.

"Kak Ara?! Ngapain kak Ara di kamarnya kak Alan?!" seru Audrey histeris.

Ya, memang Ara sudah jarang main ke rumah mereka belakangan ini dan juga jarang main ke kamarnya Alan mungkin karena udah kenal budaya malu. Tapi Ara kan tidak ingat sama sekali soal itu, jadi dia bersikap seperti biasa saja.

"Ya ajak Alan main dong! Selow aja juga Rey, nggak usah pake acara histeris gitu. Ceileh alay banget dah lu," cibir Ara.

Alan kembali memijit dahinya pelan sementara Audrey hanya cengo melihat perubahan 360° dari sikap Ara yang ia kenal selama ini.

"Apa yang terjadi dengan kak Ara?" ucap Audrey pelan dengan masih dalam keadaan cengonya.

"Hah? Lo ngomong apaan sih Rey? Nggak jelas lu." sahut Ara.

"Lo masa nggak ingat sih? Udah sono keluar dari kamar gue! Lo punya kamar kan? Jangan bersarang di kamar gue." usir Alan.

"Lu kata gue hewan?!" cibir Audrey.

"Iye, udah sono lu semut. Get out from my dari markas gue." ucap Alan dan Ara hanya terkekeh gaje. "Lo juga get out dari markas gue." ucap Alan kepada Ara.

Ara pun keluar sambil menghentak-hentakkan kakinya dan mulutnya di buat mengerucut seolah menunjukkan dirinya sedang super hambak dan sebal kepada Alan.

Alan hanya tidak menggubris hal itu karena dia bisa gila melihat perubahan Ara yang super drastis ini. Memang Alan tau bagaimana sikap Ara sebelum dia berubah, tapi Alan memang masih belum terbiasa dengan Ara versi terbaru ini. (Emang android apa pake versi segala -_- apalah si author ini)

Alan pun kembali menutup pintu kamarnya dan kembali memegang hpnya dan berusaha menghubungi seseorang yang berada di sebrang sana.

***

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang