Alan masih terus menjenguk Ara di rumah sakit selama lima hari, dan senantiasa berada di samping Ara menggenggam tangan Ara, berharap agar Ara segera bangun dari tidurnya yang lama.
"Ara..." panggil Alan pelan.
Ceklek
Dokter pun memasuki ruangan itu membuat Alan sedikit terkejut dan sempat melepaskan genggamannya pada tangan Ara, karena dia tidak ingin orang lain memergokinya sedang menggenggam tangan Ara.
Alan tidak ingin ada yang salah paham dengan pemandangan itu, itulah sebabnya dia langsung melepaskan genggaman tangannya di tangan Ara.
"Eh, dokter... Kirain siapa," ucap Alan.
"Oh ya, kamu sering sekali kesini menjenguk Ara, kamu pacarnya Ara ya?" tanya dokter itu sambil memeriksa detak jantung Ara.
"B-bukan dok, saya temannya Ara sekaligus tetanggaan dengan Ara," jawab Alan.
"Oh... Oh ya, saya ingin bilang kalau pasien yang koma seperti Ara itu bagusnya kalau di ajak bercerita," ujar si dokter.
"Hah? Maksud dokter?" tanya Alan.
"Pasien yang koma biasanya tidak sadarkan diri di dunia nyata, akan tetapi dia sadar hampir sepenuhnya di dunia alam tidur, itulah sebabnya mengajak dia berbicara dari dunia nyata mungkin mampu membantunya tergerak untuk bangun," jawab dokter itu.
"Ooh..."
"Ya, tapi doakan saja. Jika dia sadar, itu sudah merupakan suatu anugrah jika dia tidak sadar, ya ada kemungkinan dia bisa meninggal."
"Meninggal?!" seru Alan kaget.
"Iya, itu berarti dia sudah tidak berniat hidup kan? Itulah sebabnya mengajaknya berkomunikasi juga perlu untuk meminimalisir dia berpikiran untuk mati saja." jelas sang dokter.
"Hm..."
"Ya, udah, saya keluar dulu. Kalau ada apa-apa pencet saja tombol yang ada di dekat monitor itu, nanti suster-suster datang membantu." ucap si dokter lalu keluar dari ruang itu.
Ceklek
Pintu pun kembali tertutup. Alan pun berjalan mendekati jendela yang ada di ruangan itu. Alan tersenyum melihat beberapa anak kecil berlarian sambil membawa layang-layang.
"Ra, mending lo cepat bangun deh. Lihat anak-anak itu, mereka berlarian sambil berusaha menerbangkan layang-layang mereka," ujar Alan yang masih menatap ke arah jendela.
"Gue jadi ingat pas kita kecil, biasanya lo, gue dan Abi suka sekali main layang-layang di tanah lapang ujung kompleks. Biasanya layang-layang lo yang nggak pernah terbang, trus udah gitu pas terbang malah elo nggak pegang layang-layangnya dengan kuat sehingga layang-layangannya elo terbang entah kemana..." ucap Alan.
Alan pun berbalik dan kembali duduk di samping tempat tidur dimana Ara berbaring dengan kondisi masih sama, belum sadarkan diri.
"Bangun ya, Ra. Lo nggak mau main layang-layang sama gue dan Abi? Hahahaha... Kayaknya kekanak-kanakkan banget ya?" ujar Alan.
"Lo bangun dong, masa gue di biarin kayak orang gila bicara sendiri mulu. Jangan tidur terus Ra, nanti lo nggak bisa belajar lagi. Btw, Christy, Chris dan Robert besok tiba di Indonesia loh... Mereka dari bandara langsung ke sini jengukin elo, makanya lo bangun ya Ra..." ujar Alan lagi.
"Banyak orang menunggu elo untuk bangun dan kembali berkumpul bersama-sama dengan kami semua. Lo jangan tidur mulu Ra, lo tau... Sakit tau nggak membuat orang menunggu." ujar Alan lagi.
***
"Ada perkembangan dengan Ara nggak, Alan?" tanya Alice yang baru saja datang membawa makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Basketball Love
Teen Fiction[Sequel Hot Boy vs Stupid Girl] Kenapa jarak diantara kita begitu terbentang jauh? Bukankah kita bersahabat? Lalu kenapa kamu memilihnya? Apa aku tidak pantas untukmu? ------------------------------- Dilarang menjiplak ataupun meniru karya saya tanp...