Sebal

3.1K 163 0
                                    

Ara Pov

Argh!!! Rasanya bete tingkat dewa deh! Gue kenapa sih?! Malu-maluin banget gara-gara sebal dengan Alan dan Cindy tadi di sekolah, gue tanpa sadar berteriak saat pelajarannya pak Haris. Aduuuhhh malunya tuh... Pake bingitz lagi! Pak Haris hanya cengo lihat gue teriak, soalnya gue kan terkesan alim gitu. Nah, kalo alim dan pendiam di kelas tiba-tiba teriak dengan tampang kusut kayak anak-anak pembuat onar kan sangat patut di pertanyakan!

Mana lagi Reza malah cekikikan lihatin gue kena tegur dari pak Haris. Teman-teman sekelas juga geleng-geleng kepala, tertawa, cengar-cengir tidak jelas, bahkan ada yang rekam saat gue teriak dan di upload langsung ke instagram, dan siapa lagi yang rekam kalo bukan Kezya, sepupunya Reza.

Lupakan tentang semua itu!

Yang sekarang menjadi topik utama adalah kenapa hati gue terasa begitu sangat panas dan gerah ya? Padahal Alan kan bukan siapa-siapanya gue, dia hanya teman gue sedari kecil.

Oh iya, gue lupa kasih tau tentang tante Retha yang udah gue anggap kayak mama sendiri. Belum lama dia menikah dengan papaku. Papaku menikah lagi karna berhubung memikirkan kedua adikku yang masih kecil yang ingin memerlukan kasih sayang ibu, jadinya ayahku menikah lagi.

Untungnya tante Retha orangnya baik dan tegas juga kalau ada yang salah. Dia tidak seperti ibu tiri pada umumnya yang biasanya jahat, galak, dan sadis. Dia baik sekali malah. Dia adalah rekan bisnis papa dan memang dia juga kehilangan suaminya saat kecelakaan mobil dua tahun yang lalu. Dia juga membawa putrinya yang masih kecil, namanya Flora. Flora sangat manis dan menggemaskan tapi kadang iseng. Dia suka sekali nempel-nempel dengan kedua adikku dan untungnya mereka saling akur karna sama-sama nakal dan isengnya. -_-

Back to the point!

"Kak Ara!!!" panggil Flora.

"Eh, Flora. Kenapa?" tanya gue.

"Itu... Ada kakak yang ganteng sekali nyariin kak Ara. Siapa tuh kak? Pacarnya kakak ya?" tanya Flora.

"Eh? Nggak, Flora. Kak Ara nggak punya pacar." jawab gue ke Flora lalu pergi keluar rumah melihat siapa yang memanggil gue.

"Ara? Hm. Sorry ya, gue ganggu mungkin," sapanya.

"Reza? Tumben lo kesini." jawab gue.

"Heheh... Gue mau kasih ini nih, tadi lo belum sempat catat semua materi yang diajarkan pak Haris kan? Jadi gue pinjamin deh catatan gue." balas Reza.

"Wah, makasih banyak ya Reza. Sorry gue malah buat lo kerepotan gini, manalagi lo antarin ini dari rumah lo yang lumayan jauh." jawab gue.

"Ah, nggak apa-apa kok. Kan kita teman, teman harus membantu teman." balas Reza.

"Haha... Makasih ya, Reza."

"Iya,"

"Mau minum apa?" tanya gue.

"Ah, nggak usah repot-repot, Ra. Gue mau langsung pulang juga kok." jawab Reza.

"Eh? Nggak usah sungkan deh. Mau minum apa? Gue nggak apa-apa kok. Lo nggak ngerepotin gue, hanya saja gue ngerasa nggak nyaman aja lo udah capek-capek datang kerumah gue pinjamin gue catatannya elo, trus guenya malah nggak ngasih lo minuman. Pasti lelah kan lo jalan dari rumahnya lo?"

"Hm. Oke deh, gue minum air putih aja." jawab Reza.

"Oke, tunggu bentar ya. Masuk aja gih..."

"Oh, oke. Maaf mengganggu."

"Nggak apa-apa, anggap aja kayak rumah sendiri." jawab gue lalu menuju ke dapur mengambil air putih.

"ARAAAAAA!!!!!!!" apaan lagi nih? Siapa yang teriak-teriak... -,-

Basketball LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang