***
"Menikahlah denganku.."
Kamu terkejut, untuk sesaat wajahmu memerah, namun beberapa detik kemudian kamupun terdiam.
Harry beranjak dari posisinya yang sedang berlutut didepanmu dan menggenggam kedua tanganmu, "ada apa? Apa kau tak ingin menikah denganku?" tanyanya murung.
"Tidak, bukan begitu. Aku sangat ingin menikah denganmu, tapi bagaimana dengan Mom?"
Kamu perlahan melepas genggaman Harry. "Sungguh, aku tak ingin mengecewakanmu.."
Seutas air mata turun membasahi pipimu.
Harry tak tinggal diam, ia mengusap air matamu sebelum membawamu kedalam dekapannya, "..maaf karena aku belum bisa menjadi lelaki yang baik dimata ibumu."
Kamu menggeleng.
"Itu sama sekali bukan salahmu, Harry. Kau sudah berusaha begitu keras untukku. Percayalah, semua yang Mom butuhkan hanya waktu. Dan semuanya akan jauh lebih baik."
Harry tersenyum manis, "kau selalu bisa meyakinkanku, y/n. Dan itu menjadi salah satu alasan kenapa aku selalu ingin memperjuangkanmu."
"Dan senyumanmu ini selalu menjadi alasanku untuk merindukanmu, Harry." Perlahan kamu tersenyum sambil menatap manik mata hijau milik Harry yang menggelap.
"Pejamkan matamu.."
Kedua jari Harry mengelus kelopak matamu perlahan. Suara seraknya menuntunmu untuk menutup kedua matamu dengan rapat.
Dan dalam sekejap Harry sudah melayangkan sebuah kecupan hangat dibibirmu dan tak lupa melumatnya pelan.
"Sesulit apapun keadaannya, aku takkan membiarkanmu untuk menghadapinya sendiri, y/n. Aku akan selalu ada disampingmu, dan itu janjiku.."
Kamu hanya bisa tersenyum dan menghempaskan tubuh mungilmu kedalam dekapan Harry.
"Aku mencintaimu, Harold.."
***
"Hei, sweetheart. Ada apa dengan matamu? Kau habis menangis? Harry membuatmu menangis lagi?" Liam datang dari dapur membawa cake gandum.
"Tidak, ia bahkan tak pernah membuatku menangis-"
Liam menghampirimu, "lalu? Ada apa? Ayo, ceritakan pada kakakmu yang tampan ini."
"Harry... D-dia melamarku." ucapmu terbata.
"Wow, what a good news, huh? Lalu kenapa kau menangis?" Liam kembali mengunyah cake-nya.
Kamu merengut, "aku tak ingin membuat Harry terluka jika Mom sampai tau kabar ini. Kau tau jika semuanya akan memburuk jika itu terjadi."
"Sudahlah, jangan di-"
"Hei, ada apa ini? Kalian sedang membicarakan apa? Bolehkah aku ikut bergabung?" Mom datang dengan ceria.
Kamu tersenyum, "tidak, kami hanya membicarakan tentang rencana weekend malam ini."
"Wah, kebetulan. Malam ini, aku akan mengajak kalian bertemu dan makan malam bersama keluarga teman lamaku dan ayah kalian." ucap Mom bersemangat.
Liam terlihat bersemangat, "apa yang kau maksud adalah keluarga Greg?" Tanyanya berbinar.
Mom mengangguk sambil tersenyum, "tepat sekali."
"Greg? Siapa Greg?" Tanyamu mengerutkan dahi.
"Nanti kau pasti akan mengetahuinya y/n. Pergilah keatas dan bersiaplah. Aku sudah menyiapkan sebuah dress diatas kasurmu."
Ujar Mom dan hanya kamu balas dengan anggukan malas.
***
Liam turun ketangga dan melihatmu duduk disofa ruang tamu dengan mini dress merah yang akan kamu pakai untuk makan malam, "kau terlihat seperti bidadari yang belum mandi."
Kamupun menatap Liam tajam, "diam saja Liam."
Liam terkikik, "ada apa? Kenapa kau merengut lagi?"
"Aku tak ingin pergi, Liam. Aku ingin tidur. Lihatlah, kantung mataku bahkan mempunyai kantung mata." kamu merengut, Liam membawamu kedalam dekapannya.
"Sudahlah sayangku, acara ini takkan lama, hanya makan malam biasa." ucapnya menggodamu.
"Hei, kalian sudah siap?" Dad datang dari arah utama dengan tuksedo hitam miliknya.
Liam berseru, "ya, tentu saja, ayo berangkattttt."
***
Setelah sampai, kamu terkejut karena Dad dan yang lain malah membawamu pada sebuah rumah yang arsitekturnya terlihat elegant dan berukuran cukup besar.
Alismu berkerut, "Hei, mengapa sepertinya rumah ini tak asing lagi?"
°•°•°•°
Well, this is my first fanfiction. Jadi maaf kalo masih ada salah-salah kata atau cerita yang terkesan masih absurd hehe.
Jangan lupa vomment(s) ya, sayang.
March, 15th 2016.
Salam cinta,
- Bininya Thomas Sangster♡
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...