***
"Pakailah jaketku." Ujar Harry sambil memakaikan jaket kulitnya padamu.
Kamu tersenyum, "terimakasih."
"Naiklah, biar ku antarkan kerumahku dulu. Kau harus mengganti bajumu. Pinjam saja baju Gemma, ia pasti takkan keberatan." Ujarnya menatapmu.
Kamu menggeleng, "tak usah, aku pulang naik taksi saja. Aku ingin istirahat sebentar." Ujarmu.
"Baiklah, jaga dirimu. Dan ingat satu hal, aku akan selalu disini. Semuanya akan baik-baik saja, okay?" Dia memegang kedua pipimu dengan tangannya yang dingin karena habis terguyur hujan.
Kamu tersenyum dan menggigit bibir bawah Harry, "terimakasih.. terimakasih atas semuanya, sungguh.. aku mencintaimu." Ujarmu.
"Aku mencintaimu." Lirih Harry.
***
"Louis? Untuk apa ia kemari?" Kamu melihat sebuah mobil BMW milik Louis terparkir didepan rumahmu.
Louis adalah seorang dokter muda berusia 25 tahun. Tiga tahun lalu, Dad merekrutnya menjadi dokter pribadi keluarga kalian.
Dan tepat saat kamu ingin menginjakkan kaki untuk masuk, Louis keluar dari pintu rumahmu diikuti Liam yang menggendong Mom yang tak sadarkan diri.
"Hei, hei, ada apa ini?" Tanyamu panik.
"Nanti akan kujelaskan semua, tolong bukakan pintu belakang dan jaga Karen disana." Kamu mengikuti kemauan Louis dan segera membuka pintu belakang.
Louis duduk dikursi kemudi dan Liam segera mengatur GPS untuk menemukan rute terbaik menuju rumah sakit.
***
Kamu keluar dari ruang inap Mom dan melihat Louis yang baru saja menutup telfonnya.
"Jadi, apa yang terjadi?" Tanyamu.
Louis menyuruhmu duduk disampingnya, "jantung dan darah tingginya kumat bersamaan. Ditambah lagi ia tak makan dan minum apapun dari kemarin, ia mengalami dehidrasi ringan."
"Kau tau? Ini bisa berakibat fatal untuknya. Ini masalah yang cukup serius. Ia sepertinya mengalami stress yang mendalam." Lanjut Louis.
Air matamu terjatuh. Lututmu lemas seketika, apa yang harus kamu lakukan sekarang?
Louis menenangkanmu, "kau hanya perlu membuatnya sedikit lebih tenang, dan semuanya akan membaik." Ia tersenyum.
Kamu hanya menatap Louis dengan tatapan nanar, "kau.. kau tak tau.." ujarmu bergetar.
"Aku tau. Aku tau semuanya. Liam menceritakannya secara rinci tadi." Louis mencoba memberi pengertian.
"Sudahlah, y/n. Sekarang sudah larut malam, akan kuantarkan kau pulang kerumah. Kau harus ganti baju. Biar Liam yang sementara menjaga ibumu, ayahmu barusan menghubungiku, lima belas menit lagi ia akan tiba kesini." Louis tersenyum menguatkan.
"Terimakasih.." lirihmu.
Itulah Louis. Selama ini kamu mengenalnya hanya sebagai orang yang sangat humoris, namun hari ini kamu sadar bahwa ia adalah laki-laki yang sangat baik..
***
Sudah seminggu kamu dan Liam juga ayahmu dan Louis bergantian menjaga Mom, namun tak ada kemajuan. Ia mau minum, namun tetap bersikukuh tak ingin makan.
"Mom, makanlah." Liam menyuapi Mom bubur.
Mom menepisnya, "aku belum lapar, Li." Ujarnya.
Air matamu nyaris menetes melihat Mom yang terlihat begitu kurus dengan kantung mata yang lebar, "ekhmm.. aku, aku harus keluar sebentar." Kamupun beranjak.
***
"Ku mohon, lakukanlah sesuatu. Apapun, demi ibuku. Dan aku berjanji akan memberi sepuluh persen saham rumah sakit ini untukmu."
Suara seorang pria yang terlihat menggunakan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana jeans panjang memenuhi lorong.
"Maafkan aku, Sir. Ini bukan masalah uang. Aku dan timku sudah berusaha sekuat yang kami bisa." Dokter lawan bicara pria itu terlihat menunduk.
"Kau ini dokter macam apa?! Kau dokter terbaik di Inggris, bukan?! Dan apa yang bisa kau buktikan?! Kau bahkan tak bisa membuat kondisi ibuku membaik!" Pria itu tetap bersikukuh dengan topiknya.
Kamupun berjalan kearah mereka berdua dan mencoba menenangkan pria itu.
"Entahlah, walaupun dokter mempunyai kewajiban untuk menyembuhkan pasiennya, mereka hanyalah manusia biasa. Sembuh atau tidaknya pasien bukan seratus persen tergantung dari seberapa hebat dokter tersebut. Bagaimana jika Tuhan menghendaki ibu pria itu tak sembuh? Dokter juga pasti takkan bisa berbuat apa-apa, bukan?" Batinmu.
Dan dengan langkah mantap, kamu mendekati pria itu dan menepuk lembut pundak belakangnya, "maaf, Sir. Tapi-"
"Niall?" saat pria itu berbalik, kamu mengenalinya. Ia adalah Niall.
"Y/n? Kau? Kenapa kau disini?" Tanya Niall yang terlihat keheranan saat mengenalimu.
***
Kamu dan Niallpun memutuskan untuk mengobrol dikantin rumah sakit.
"Dan mengapa kau disini?" Tanyamu saat sudah selesai menceritakan tentang ibumu.
Niall tersenyum, "sama seperti kasusmu. Namun, ibuku lebih parah. Ia benar-benar tak mau makan. Dan itu membuat kondisinya menurun drastis." Jelas Niall.
Kamu menghela nafas panjang sambil memainkan gelas yang berisi cappuccino yang sudah dingin.
"Aku tak bisa melihatnya begini terus, sungguh.." Niall melihat keluar jendela kedai yang diguyur hujan.
Kamu menatap Niall dengan jengkel, "kau kira aku bisa melihat ibuku tersiksa begini?!"
"Bukan, bukan begitu maksudku.." Niall menjelaskan.
"Lalu?" Tanyamu.
Niall menghembuskan nafas panjang sebelum menatapmu, "kita harus menikah."
"Apa katamu?! Bisa kau ulang?!" Kamu melotot.
"Tak ada jalan lain, dan ini memang satu-sarunya jalan, y/n. Kita harus menikah." Niall menghela nafas.
Nafasmu sesak, "kau masih ingat pria yang membantuku saat kita bertabrakan didepan Nandos? Namanya Harry. Ia sudah menjadi kekasihku selama lima tahun. Dan kau tau? Aku sangat mencintainya. Bagaimana mungkin aku bisa meninggalkannya dan menikah denganmu begitu saja? Apa kau gila?!" Nafasmu memburu, air matamu mulai berjatuhan.
"Ini demi-" ujar Niall terpotong.
"Demi apa?! Demi ibu kita?! Tidak, aku takkan melakukannya. Sudahlah, percuma berbicara denganmu." Kamu mengambil tas dan bersiap untuk pergi.
"Y/n, tunggu-" ujarnya.
Kamu berhenti sejenak, namun tak ada niatan berbalik.
"Aku akan tetap menunggu jawabanmu. Ingatlah, takkan ada cara lain." Lirihnya putus asa.
Tanpa aba-aba kamu langsung melanjutkan langkahmu dan berjalan dengan air mata yang masih tetap menetes dengan deras..
°•°•°•°
Y/nnya sok jaim yak, diajakin kawin sama bang Nayell malah sok mau nolak. Elah, nikmat Allah mana lagi yang kau dustakan y/n?:")
Btw vomment(s)nya jangan dilupa lagi ya, love y'all Xx
Kecup manis,
-Selingkuhannya Jastin Bieber♡
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...