***
Sudah satu jam tangan Niall setia menggenggam erat tanganmu sambil berharap agar kamu segera sadar.
"Niall, sudahlah. Tak usah khawatir, ia akan sadar kembali dalam beberapa menit kedepan. Aku sudah memberikannya obat penenang." Jelas Louis.
Niall menghela napas, "aku takkan bisa tenang melihat keadaannya yang seperti ini."
"Kau tau Lou? Aku selalu berpikir, jika saja saat itu aku tak menyuruh y/n untuk menerima perjodohan ini, mungkin sekarang ia takkan sesedih ini." Lirihnya.
Louis memegang bahu Niall, "jangan pernah berpikir seperti itu lagi. Takkan ada laki-laki yang bisa mencintai y/n setulus dirimu, Niall. Lihatlah, sudah berapa banyak kau korbankan perasaanmu demi melihatnya bahagia? Hanya kau yang bisa mencintainya sebaik ini." Ujar Louis menguatkan.
Niall hanya bisa tersenyum tipis.
"Nnghh.." lirihmu yang baru tersadar sambil mengerjap-erjapkan matamu.
Niall terlihat berbinar dan makin mengeratkan genggamannya, "akhirnya kau sadar juga." Ujarnya sumringah.
"Kenapa kau masih ada disini?" Tanyamu datar sambil menghempaskan genggaman tangan Niall.
"Y/n, ia hanya--" ujar Louis terpotong saat Niall beranjak dan menahannya, "sudahlah, Lou. Aku baik-baik saja." Lirih Niall.
Kamu membuang muka dan enggan menatap Niall.
"Ekhmm.. aku.. keluar dulu." Pamit Niall.
Louis hanya menatap punggung Niall yang perlahan mulai menjauh dan akhirnya ia berbalik menoleh kearahmu.
Tangan Louis mengelus lembut rambut dikepalamu, "hei, ada apa?" Lirihnya.
Kamu hanya terdiam menatap lukisan yang terpampang didinding. Matamu mulai terlihat berkaca-kaca.
"Kau tak seharusnya membenci Niall, y/n. Semua ini bukan salahnya.." Louis menatapmu lekat.
Seketika kamu menoleh kearah Louis dan menatapnya tajam, "jika saja pria itu tak berlagak seperti seorang pahlawan, maka aku bisa menemani Harry dan memberikan Harry kasih sayang yang harusnya ia dapatkan disaat hari-hari terakhirnya." Ucapmu ketus.
Louis tersenyum sejenak. Tangannya merogoh saku untuk mengambil ponsel.
"Seminggu lalu, aku bertemu Niall dicafé rumah sakit. Aku mulai bertanya sedikit demi sedikit dan akhirnya akupun merekam semuanya.."
***
Mata Louis menyapu seluruh sudut café untuk mencari tempat duduk yang cocok, sampai akhirnya ia melihat Niall yang sedang termenung sambil menatap Cappuccinonya yang mulai dingin.
"Hei, ada apa?" Tanyanya.
Niall terbangun dari lamunannya dan menatap Louis yang tau-tau sudah berada disampingnya, "oh, hei." Sapanya ramah.
"Kenapa kau kemari? Apa ada yang sakit? Apa y/n sakit?" Tanyanya.
Niall menggeleng, "Harry memintaku untuk datang." Jawabnya singkat.
"Harry?" Tanya Louis dengan alis yang berkerut, "untuk apa ia menyuruhmu kemari?"
Niall menyodorkan amplop berwarna biru keatas meja, "bacalah." Lirihnya sambil menghela nafas panjang.
Louispun membuka amplop dan mulai membaca secarik surat didalamnya.
"Harry menyuruhku berjanji untuk memberikan ini pada y/n saat waktunya nanti." Jelas Niall,
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...