***
Louis membuka pintu kamar rawat Niall.
"Ia sangat terlihat ketakutan saat aku mengambil jarum suntik, jadi aku memberinya obat penenang. Sekarang ia masih tertidur." Jelasnya.
Kamu dan Cam beranjak dari tempat duduk kalian, "jadi bagaimana keadaannya?" Tanyamu.
Louis tersenyum simpul, "tak usah khawatir. Lukanya memang cukup dalam, namun sudah ku jahit. Dan sendinya akan pulih beberapa hari kedepan. Besok pagi Niall sudah boleh pulang."
"Terimakasih, Lou." Ujarmu tersenyum pada Louis.
Louispun mengangguk dan beranjak pergi.
"Sekali lagi aku mewakili semua penanggung jawab acara untuk minta maaf atas apa yang terjadi. Dan aku sudah bicara pada pihak administrasi untuk melunasi semua biaya yang dibutuhkan Niall.." ujar Cam menyesal.
Kamu menggeleng, "tidak, sungguh. Ini bukan salah kalian, ini memang murni sebuah kecelakaan. Dan katakan pada teman-teman juga atasanmu, aku dan Niall tak akan mempermasalahkan ini." Lirihmu tersenyum.
"Kau sungguh wanita yang baik." Lirih Cam.
"Baiklah, aku benar-benar harus kembali ke perkemahan. Yang lain pasti sudah kewalahan mengatur pasangan lainnya." Ujar Cam.
Kamu tersenyum dan memeluk Cam hangat, "hati-hati dijalan. Dan terimakasih karena telah mau menjadi teman berkeluh kesahku." Ujarmu tertawa kecil.
"Ingat, kau punya kontakku. Hubungi aku jika ada masalah, okay? Teman pasti akan selalu ada jika temannya membutuhkan. Ku jamin itu." Ujarnya.
"Terimakasih banyak, Cam." Lirihmu tersenyum.
Cameronpun berlalu dan kamu kembali masuk kedalam kamar rawat Niall.
***
Niall terlihat tertidur lelap dengan kaki yang diperban dan tangan kanan yang sedang dialiri infus sejenis vitamin karena semalam ia kehilangan banyak tenaga dan nyaris dehidrasi.
Kamu mendekati kasur Niall dan mengelus kepala Niall dengan lembut, "kau pasti sangat lelah." Lirihmu kemudian beranjak kesofa samping tempat tidur Niall.
Cklek~
Pintu kamar Niall terbuka perlahan.
"Harry?" Lirihmu refleks beranjak dari sofa saat melihat Harry yang tiba-tiba datang.
"Liam menghubungiku. Ia bilang bahwa Niall mengalami sebuah kecelakaan. Ia juga bilang bahwa orang tuamu juga dirinya tak bisa datang kemari karena mereka sekarang sedang berada di London, bibi buyutmu meninggal. Jadi ia menyuruhku datang kemari, apa kondisi Niall baik-baik saja?" Tanya Harry mendekat kehadapanmu.
Tanganmu bergetar menyentuh pipi Harry dan matamu menatap lurus kedalam mata hijau milik Harry.
"Hei, ada apa?" Lirihnya meraih tanganmu yang tertempel dipipinya kemudian menggenggamnya erat. "Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya lagi.
Bibirmu bergetar, tak ada satupun kata yang mampu keluar dari mulutmu sekarang. Kamupun menghempaskan tubuhmu kedalam dekapan Harry, memeluknya dengan sangat erat.
Sesaat Harry terlihat bingung akan apa yang terjadi, namun tangannya tak bisa berhenti untuk menjadi pelindungmu, ia balas mendekapmu erat dan mengelus rambutmu dengan perlahan lalu mengecup ujung kepalamu.
"Aku merindukanmu, Harold.." lirihmu dalam dekapan Harry sambil terpejam menahan air mata.
"Aku juga merindukanmu, sangat.." lirih Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...