***
Y/N's POV.
"Nghh..." lirihku sambil menghela nafas panjang. Dengan refleks tatapanku menyapu seluruh ruangan dan melirik jam dinding yang menunjuk kearah angka tujuh.
Aku terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat kejadian kemarin malam. Bukannya semalam aku tertidur diruang keluarga?
Ugh, ini pasti ulah Niall. Ia selalu saja merepotkan dirinya sendiri.
Ngomong-ngomong dimana Niall? Apa dia sudah berangkat bekerja?
Cklek~
Suara pintu kamar yang terbuka refleks membuat pandanganku mengarah kearah pintu masuk kamar.
Niall memasuki kamar dengan kaos abu-abu polos dan celana drawstring berwarna senada. Kaosnya terlihat cukup basah dengan keringat, aku bisa menebak bahwa ia baru saja selesai dengan acara jogging paginya.
Niall membuka earphone yang terkait ditelinganya dan duduk disofa.
"Kau harusnya tak bangun sepagi ini. Aku tau semalam kau pasti kelelahan." Ujarnya sambil menatapku yang masih terduduk ditempat tidur.
Aku tak membalas ucapannya, "kau pulang jam berapa semalam?" tanyaku.
"Maaf, aku pulang terlambat. Aku sudah bilang pada klien-klien dari Russia itu untuk pulang lebih awal, namun mereka masih saja bersikeras melanjutkan meeting." Jelasnya.
"Aku mencoba menghubungimu berulang kali, Niall." Lirihku.
Niall menundukkan kepala, "ponselku mati, aku sungguh minta maaf."
Aku tak punya cukup kata untuk disampaikan. Tidak, aku tidak marah padanya. Aku hanya kasihan padanya, ia pasti sangat sibuk dan kelelahan semalam.
"Kau seharusnya tak perlu menungguku dan tidur lebih dulu." Suara lembutnya kembali memecah lamunanku.
Aku mengambil langkah dan beranjak menuju sofa lalu duduk disebelahnya, "aku takkan bisa tidur jika kau belum pulang."
Niall tersenyum, "bilang saja jika kau memang ingin tidur denganku."
Aku hanya memukul lengannya sambil melayangkan tatapan tajam kearahnya namun ia hanya tertawa kecil. Dasar..
"Jadi, apa isi meeting kemarin?" tanyaku sambil meraih segelas air mineral dimeja.
Aku tak mendengar jawaban apapun dari bibirnya, ia malah terlihat sedang berpikir.
"Niall?" lirihku menghamburkan pikirannya, "ada apa? Apa ada masalah dengan pekerjaan kantor?" tanyaku memastikan.
Niall menggeleng cepat, "tidak, semuanya berjalan dengan lancar."
"Lalu apa yang membuatmu termenung?" tanyaku lagi.
"Justru karena semuanya berjalan dengan lancar, mereka malah membawaku kepada pilihan yang rumit." Jawabnya menggantung.
Aku mengerutkan alis, "maksudmu?"
"Proyeknya benar-benar sukses hingga mereka memintaku untuk bertemu dengan atasan mereka secara langsung untuk membicarakan beberapa pekerjaan besar agar semuanya rampung tepat waktu.." Ujarnya,
"..dan itu artinya aku harus terbang ke Russia hari ini juga." Tambah Niall dengan nafas berat.
Mataku membulat, "a-apa? Ha-hari ini juga?"
Niall mengangguk, "aku benar-benar minta maaf karena tak meminta ijin darimu terlebih dahulu."
Oh, astaga Niall. Bisa-bisanya dia.. Ugh.
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...