***
Author's POV.
Dan lagi-lagi tangan Niall mencengkram bahu Louis dengan erat, "JANGAN DIAM SAJA, KATAKAN BAGAIMANA KEADAAN Y/N DAN BAYINYA!?"
"Aku sudah berusaha semampuku.."
Ucapan Louis terdengar seperti kiamat kecil bagi Niall. Ia langsung melepaskan tangannya yang awalnya mencengkram kerah baju Louis dan menghempaskan tubuhnya dikursi tunggu didepan ruang operasi.
Niall menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.
"Apa maksudmu? Katakan dengan jelas." Ujar Liam dengan nada yang tak kalah bergetar.
"Aku tak bisa menyelamatkan bayinya." jelas Louis yang membuat Niall terperanjat kaget.
"Ja-jadi y/n--" ujarnya terputus.
"Y/n masih hidup, Niall. Hanya bayinya yang tak bisa ku selamatkan." Jelas Lou.
Niall terdiam. Sungguh, ia benar-benar tak tau harus melakukan apa sekarang.
Disatu sisi ia bahagia karena kamu berhasil selamat, namun disisi lain batinnya meringis mengingat semua janjinya untuk menjagamu juga menjaga bayimu yang pernah ia ucapkan pada Harry dulu.
Seolah mengetahui apa yang dipikirkan Niall, Liam menyentuh pundak Niall sambil menguatkannya, "tenang saja, aku akan membantumu mengatakannya pada y/n."
***
Y/N's POV.
Tiga hari kemudian..
"Ayolah, sayang. Makan sedikit saja." Mom masih berusaha meletakkan sesendok bubur itu didepan bibirku.
Aku hanya menggeleng. Sungguh, aku benar-benar tak ingin makan apapun saat ini.
"Kau harus makan agar kondisimu membaik, y/n." kini Liam yang terduduk disamping Dad ikut angkat suara, aku hanya bisa menatapnya dengan datar.
Kenapa mereka tak pernah bisa mengerti?
Aku akan makan jika aku ingin, dan sekarang aku benar-benar tak ingin melakukan apapun.
Dan kenapa mereka semua selalu menatapku dengan tatapan mengasihani seperti ini?
Apa mereka pikir tatapan itu bisa membuatku merasa lebih baik, huh?
"Maam, biar aku saja." Niall tersenyum kearah Mom dan dengan perlahan Mom memindahkan semangkuk bubur kepada Niall.
Dad dan Liam beranjak dari tempat duduknya, "ayolah, Karen. Y/n membutuhkan waktu untuk sendiri."
"Tapi—"
"Tenanglah, Maam. Biar aku yang membujuknya." Ujar Niall berusaha menenangkan Mom dan akhirnya Mom bersedia keluar dari ruang rawatku, begitu juga dengan Liam dan Dad.
Niall meletakkan mangkuk bubur itu diatas nakas samping tempat tidur.
"Aku tau kau belum bisa memaafkanku, dan aku tau semua ini memang salahku, y/n.."
Aku bisa mendengar helaan nafas berat yang berusaha Niall tahan. Entah bagaimana caranya memberitahunya bahwa semua ini bukan kesalahannya.
Akulah yang harus disalahkan karena tak becus menjaga diriku juga bayiku hingga semuanya jadi sekacau ini.
"..kau boleh membenciku karena semua yang telah ku lakukan, tapi kumohon jangan menyakiti dirimu sendiri lebih jauh lagi. Aku tak bisa melihatmu seperti ini."
Walaupun ia terunduk, aku masih bisa melihat matanya yang mulai berkaca.
"I-ini bukan k-kesalahanmu.." Oh, astaga. Kenapa berbicara seperti itu saja rasanya sangat sulit?
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...