***
"..Alissa adalah mantan kekasihku. Kami pernah menjalin hubungan saat kuliah dulu." Jawab Niall enteng.
Kamu sendiri tak tau apa yang sebenarnya terjadi, namun ada sedikit perasaan aneh yang janggal saat mendengar jawaban Niall.
Entahlah, rasanya seperti ingin berteriak.
"Ia bilang Alissa adalah mantan kekasihnya. Tapi, kenapa aku tak pernah tau? Kenapa ia tak pernah menceritakannya padaku?"
"Y/n?" Niall mengibaskan tangannya didepan wajahmu.
"..kau ini sedang berusaha berpikir atau memang sedang cemburu padaku? Kenapa diam seperti patung begitu?"
Nafasmu tertahan sejenak, "aku sudah bilang padamu bahwa aku tak mungkin cemburu.."
"..dan kenapa aku harus perduli tentang hubunganmu dan Alissa? Memangnya siapa kau ini? Aku bahkan tak punya cukup waktu untuk memikirkanmu."
Tanpa kamu sengaja, nada bicaramu meninggi dan terkesan sangat acuh. Lihatlah, nafasmu kini juga memburu.
Niall yang mendengarkan kalimatmu tadi hanya bisa diam dan mencerna setiap kata yang keluar dari bibirmu.
Ia tak punya cukup kata untuk disampaikan.
"Sudahlah, aku sangat lelah. Aku harus istirahat." Kamu merebahkan tubuhmu dan tidur memunggungi Niall.
Niall terdiam mematung.
Ada sesuatu yang sedang berontak dalam hatinya, "y/n memang benar. Apa gunanya ia membuang-buang waktu hanya untuk memikirkanku?"
Rasanya seperti ada sebuah pisau yang kembali menikamnya, sebuah pisau yang sama yang dulu pernah membuat Niall terluka.
Dan dengan mudahnya pisau itu membuka luka yang dulu nyaris telah sembuh.
Niall pikir ia akan mampu menahan rasa sakitnya dengan mudah, namun ia salah akan satu hal..
..ia tak pernah tau jika lukanya akan sesakit ini.
***
"Nnnnggghhhh.."
Kamu meregangkan tubuh sambil mengumpulkan nyawa yang tadinya terpencar saat tidur.
Pandanganmu menyapu seluruh kamar, namun tak ada sedikitpun tanda-tanda keberadaan Niall.
"Dimana Niall?" Bisikmu.
Menyebutkan nama Niall membuat semua kejadian semalam kembali menghantui pikiranmu.
Dengan helaan nafas berat kamu mencoba bangkit daru tempat tidur,
"..bagaimanapun juga apa yang ku lakukan kemarin itu salah. Aku tak sepantasnya berkata seperti itu padanya."
Tok.. tok.. tok..
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanmu.
"Selamat pagi, Nyonya. Perkenalkan namaku Sam, aku membawakan layanan breakfast untuk anda dan Tuan Niall." Seorang pelayan hotel menyapamu ramah.
Alismu terangkat naik, "mungkin kau salah kamar, aku tak pernah memesan room service*."
"Kau memang tak memesannya, Nyonya. Tapi setiap Tuan Niall menginap disini, ia tak akan mau mengambil buffet* atau table service*." Jelas pelayan itu.
"Dimana aku bisa letakkan makanan ini untukmu?"
Kamu menunjuk sebuah meja di depan sofa, "kau bisa meletakkannya disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...