***
Niallpun meninggalkanmu bersama Harry, mencoba memberikan kalian waktu untuk berdua.
Harry menatap wajahmu, kemudian menghapus air matamu menggunakan saputangan, "untung saja make up mu tak luntur. Apa kau rela diam didepan meja rias sementara orang lain mengutak-atik wajahmu hingga 2 jam lebih untuk yang kedua kalinya? Uh, itu pasti sangat mengganggu."
Kamu tersenyum, "aku bahagia kau baik-baik saja."
Harry memegang pipimu, "bukankah aku sudah pernah bilang bahwa semua akan baik-baik saja? Percayalah, takkan ada orang lain yang bisa memisahkan kita, okay?" Ia mengecup keningmu sejenak.
"Hei, maukah kau berjanji padaku?" Harry menatapmu dengan dalam sambil tersenyum.
Kamu mengerutkan alismu, "apa?"
"Berjanjilah bahwa selama kau menjadi istri Niall, kau tak akan mengeluarkan kata-kata yang buruk padanya. Berjanjilah bahwa kalian akan selalu akur, okay? Jadilah teman yang baik untuknya. Apa kau mau berjanji?" Ia bertanya.
Kamu berpikir sejenak, "tapi untuk apa? Mengapa kau menginginkanku untuk melakukannya?"
Lagi-lagi Harry tersenyum, ia memandang lurus kearah anak-anak panti yang sedang main kasti, "Niall pria yang baik. Ia mengorbankan semuanya demi kita. Kita harus membalas perlakuannya, setidaknya untuk berjanji akan menjadi teman yang baik baginya." Ia menghela nafas, "jadi, apa kau mau berjanji untukku?"
Kamu mengangguk, "tentu saja."
Harry beranjak dari tempat duduknya, "baiklah. Aku harus pergi sekarang."
Kamu memeluk Harry sebelum ia berbalik dan bersiap pergi.
"Harry!" Lirihmu.
Ia berbalik.
Kamu memandanginya, tuksedo putih dengan sepatu pantofel warna senada yang mengkilap dan rambut sebahunya yang dibiarkan terurai, "Kau terlihat tampan."
Harry tersenyum manis, "semua ini pemberian Niall." Ujarnya lalu melambaikan tangan padamu dan pergi menjauh.
***
Acara pernikahan sudah selesai. Nama belakang Niall suda resmi tertempel dibelakang namamu, kamu sudah resmi menjadi istrinya; dan itu berarti mulai malam ini kamu harus tinggal bersama keluarga Niall.
Cklek~
Kamu membuka pintu kamar Niall. Ada sebuah televisi LED berukuran 48 inch, sebuah ranjang king size dengan lampu tidur bergaya eropa abad pertengahan disamping ranjang, sebuah iMac dipojok ruangan dan tak lupa sebuah sofa panjang berwarna light brown bergaya klasik.
Kamar yang mewah, pikirmu.
Kamupun duduk didepan meja rias berwarna cokelat keemasan yang diatasnya sudah berisi peralatan makeup mu yang sudah ditata, ini pasti ulah Maura, pikirmu tersenyum.
Kamupun menghapus makeup dan bersiap untuk mandi.
Tok, tok, tok~
Seseorang mengetuk pintu kamar kalian.
"Hei, Maam." Sapamu tersenyum melihat Maura.
"Apa ada yang bisa ku bantu? Aku sudah menaruh tas berisi bajumu dilemari, ku harap kau tak kesulitan." Ia tersenyum.
Kamu menggeleng, "semuanya tertata rapi. Bagaimana bisa aku kesulitan?"
"Baiklah, nikmati malam kalian, okay? Selamat malam." Ia tersenyum dan menutup pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...