***
Kalianpun memesan sebuah kamar. Kamu langsung beranjak kekamar mandi untuk membersihkan diri.
"Kau sakit?" Ujarmu saat melihat Niall terlungkup kedinginan disofa kamar.
Niall menggeleng, "hanya kedinginan."
Kamu mendekat dan memegang kening Niall, "badanmu panas."
"Tak apa. Ini hanya kedinginan." Ujarnya.
"Tidurlah dikasur." Ujarmu. Niall menggeleng.
"Ku mohon, sekali ini saja jangan membuatku berdebat denganmu." Ujarmu menarik Niall.
Niallpun akhirnya bangkit dan tidur dikasur. Kamu menyelimutinya, "bagaimana denganmu?" Tanyanya.
"Tak usah khawatir. Tunggu sebentar, aku akan mencarikan obat dan meminjamkan alat kompres." Kamupun keluar kamar dan mencari bantuan terdekat.
***
Lima belas menit kemudian kamupun datang membawa sebuah baskom dengan air hangat juga handuk dan obat-obatan.
Niall terlihat sudah tertidur.
Kamu menghela nafas dan menarik sebuah sofa tunggal dan menempatkannya disebelah tempat tidur.
Kamupun memeras handuk kemudian mengompres Niall secara perlahan, namun ia tetap saja terbangun.
"Mmhh.. kau? Sudah datang?" Tanyanya.
"Sstt.. jangan banyak bertanya. Minum obat ini." Kamu menyodorkan sebuah pil dan segelas air. Niallpun bangkit untuk meminumnya.
"Berbaringlah, aku akan mengompresmu." Ujarmu. Niall berbaring, kamupun mengompresnya secara perlahan. Matanya terpejam menahan sesuatu.
"Kenapa? Terlalu panas ya?" Tanyamu. Niall tersenyum kecut. "Astaga, maaf-maaf. Tunggu, aku akan ambilkan sedikit air dingin." Ujarmu.
Niall mencegat tanganmu, "tak usah. Ku mohon jangan pergi lagi."
Kamu mematuhi keinginan Niall dan duduk disofa itu.
"Jika aku sakit, aku tak ingin berada sendirian. Ntah kenapa aku merasa takut. Dan itu masih berlaku sampai sekarang. Biasanya jika aku sakit, Mom, Dad dan Greg bergantian menemaniku dan aku akan tidur dengan Greg dimalam hari. Ini memang kekanak-kanakan, aku tau. Tapi sungguh, saat kau pergi tadi, aku benar-benar takut." Niall kembali menjelaskan sedikit tentang bagian dari dirinya yang selama ini tak kamu ketahui.
Kamupun tersenyum, "baiklah, aku takkan pergi kemana-mana. Sekarang kau bisa tidur, aku akan tetap disini."
Niall menggenggam tanganmu dengan erat, telapak tangannya berkeringat; ia tak berbohong, ia benar-benar takut.
"Benarkah?" Tanyanya. Kamu mengangguk dan balik menggenggam tangan Niall, "tidurlah." Kamupun menyalakan tv dan perlahan tertidur.
***
Saat pagi hari Niall terbangun, pertama kali yang ia lihat adalah dirimu yang tertidur disofa dan menindihkan kepalamu disamping kasur kalian.
"Ia tak melepasnya." Lirih Niall saat melihat tangan kalian yang masih berpegangan.
"Mmmhh.." kamupun terbangun, refleks Niall menutup matanya dan pura-pura tertidur.
Kamu melihat Niall yang tertidur pulas, "beristirahatlah. Kau pasti sangat lelah kemarin." Lirihmu kemudian mengambil handuk kompresan yang melekat didahi Niall lalu memeriksa panas badannya.
"Sudah turun." Lirihmu. Kamu menaikkan selimut Niall hingga kebagian dadanya. "Aku mandi dulu, okay?" Ujarmu pada Niall yang masih tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...