***
Author's POV.
Keesokan paginya Liam terbangun dengan kepala yang masih terasa berat akibat sisa alkohol semalam.
"Kenapa aku bisa berada disini?" Liam menyapu seluruh ruangan dan mendapati dirinya yang sedang terbaring dikamar adiknya sendiri.
Liam mencoba bangkit dan memegangi kepalanya yang benar-benar terasa pening. Sialan, ia benar-benar tak bisa mengingat semuanya secara utuh.
Diingatannya hanya ada Louis yang tiba-tiba masuk kedalam pub dan menjemputnya untuk pulang kerumah.
Ia kemudian meraih segelas air yang terdapat dimeja samping tempat tidur dan meneguknya hingga habis. Sungguh, minuman beralkohol ini membuat tenggorokannya terasa sangat kering.
Dengan perlahan Liam melangkahkan kakinya menuju arah dapur untuk mengambil beberapa gelas air mineral lagi.
***
Y/N's POV.
"Y/n?" suara seorang laki-laki memecah konsentrasiku yang sedang fokus memasak.
Aku mengecilkan api kompor sebelum menoleh ke asal suara. Sudah kuduga, itu memang suara Liam. Ia terlihat berdiri disamping kulkas sambil memegang sebuah gelas air yang sudah kosong, ia pasti kehausan dan ingin mengambil segelas air lagi.
Aku tersenyum sambil menatap Liam sekilas, "hei.." sapaku lembut sebelum kembali beralih kearah nasi goreng yang nyaris matang.
"Kenapa kau bisa disini?" tanyanya dengan nada yang datar.
Aku memindahkan telur mata sapi kedalam piring saji, "kenapa? Apa kau tak suka bahwa aku disini?"
"Jangan memberiku pertanyaan balik. Ku tanya, kenapa kau bisa disini?" Aku bisa mendengar helaan nafas Liam yang mulai memberat.
"Aku ingin menemanimu saat Mom dan Dad sedang tak ada disini."
"Kau tak perlu melakukannya. Aku bukan anak kecil lagi." Ucap Liam dengan nada dingin.
Sontak aku membalikkan tubuh menghadapnya, "apa kau benar-benar tak menyukai kehadiranku disini?"
Liam tak menghiraukan ucapanku dan malah membuka pintu kulkas untuk mengambil segelas air. Ada apa dengannya? Ia bahkan tak menatap mataku tadi.
"Ayo sarapan. Aku membuatkan nasi goreng kesukaanmu." Aku berusaha mencairkan suasana sambil membawa sebuah nampan yang berisi dua porsi nasi goreng dan dua gelas jus jeruk kearah meja makan.
"Makan saja duluan, aku tidak lapar."
Suara datar Liam memecah keheningan ruang makan. Saat aku menoleh, ia sudah beranjak menuju kearah tangga.
"Li-"
"Apalagi?" ia menghentikan langkah kakinya namun tubuhnya tetap setia membelakangiku.
"Apa kau mau kuantarkan makanan ini kekamarmu?"
Liam membalikkan tubuhnya dan kini tatapan dingin dari mata Liam langsung menyorot tepat kearah wajahku,
"Kau ini kenapasih? Aku sudah bilang bahwa aku tak lapar dan aku bukan anak kecil lagi yang perlu kau manjakan. Apa tadi aku kurang jelas menyampaikannya?"
Rasanya seperti ada sesuatu yang membuat tenggorokanku tercekat. Selama ini Liam selalu menyukai segala masakanku.
Ia akan tersenyum manis sambil melahap apapun yang ku masakkan untuknya dan ia akan berkata, "kau tau? Masakanmu yang terbaik.."
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...