***
"Harry.. ia sudah tak ada disini ini lagi.." lirih Louis.
Matamu membulat, "a.. apa yang kau bicarakan, Lou?" Tanyamu tak percaya.
"Maafkan aku, aku tak punya hak untuk menjawab pertanyaanmu. Harry sempat berkata bahwa kau bisa meminta Niall untuk menjawab semuanya." Jelasnya.
Sontak kamu langsung berbalik menghadap Niall yang berada dibelakangmu, "k.. kau?" Lirihmu tak percaya sambil menatapnya tajam dengan air mata yang mulai menggenangi matamu.
Niall tertunduk. Tangannya sibuk merogoh saku dan mengambil sebuah amplop biru, "Harry menitipkan ini untukmu." Lirihnya singkat sambil menyerahkan amplop itu padamu.
Dengan tangan bergetar kamu membuka amplop yang diberikan Niall, didalamnya berisi sepucuk surat yang ditulis dengan tulisan tangan Harry. Kamupun mulai membacanya dengan perasaan yang tidak karuan.
***
Dear, Y/N...
Maafkan aku karena tanganku tak bisa menghapus air mata di pelupuk matamu saat ini, karena saat kau membaca surat ini, aku sudah tak lagi berada disampingmu..
Maafkan aku karena telah mengingkari janji dan menyembunyikan banyak rahasia darimu. Namun, kali ini aku takkan membiarkanmu bertanya-tanya lagi. Aku akan mengatakan semuanya, y/n..
Tujuh bulan lalu, dokter memvonis bahwa aku mengidap penyakit Acute Lymphocytic Leukimia atau secara umum banyak orang menyebutnya sebagai kanker darah..
Dokter berkata bahwa aku memang punya kesempatan hidup yang cukup lama hingga kanker ini berhasil menjalar disetiap bagian dalam tubuhku.
Ku akui, itu memang berita yang cukup baik dan memberiku harapan untuk bisa bersamamu 'sedikit' lebih lama. Akupun mulai berusaha mengikuti beberapa tahap pengobatan, namun aku menolak tahap Chemoteraphy.
Karena aku tau jika aku melakukannya, aku akan kehilangan rambut dan setengah dari berat badanku; dan itu akan membuatmu mengetahui segalanya, y/n. Jadi, aku menunda tahap Chemoteraphy sampai waktu yang tepat..
Setiap malam saat sakit yang tak tertahankan mulai menghantam kepalaku, aku akan berdoa agar saat itu bukan waktuku untuk menghadap-Nya. Aku berdoa agar keesokan harinya aku kembali diberikan kesempatan untuk melihatmu lagi..
Aku bahkan selalu melakukannya walau kau sudah menikahi Niall. Karena aku tau bahwa masih ada harapan untukku, karena aku tau bahwa aku masih tetap berada disana; dihatimu..
Hingga suatu ketika aku melihat dan mendengar semuanya..
Saat Liam mengabariku bahwa kau dan Niall sedang berada dirumah sakit karena mengalami kecelakaan dihutan, aku segera bergegas menuju rumah sakit untuk melihat keadaanmu.
Dan saat aku sampai dikoridor ruang UGD, aku melihatmu menangis disamping seorang pria. Kau benar-benar terlihat kacau, air matamu tak henti-hentinya mengalir. Ingin sekali rasanya berlari dan mendekapmu erat sambil membisikkan sesuatu agar kau lebih tenang.
Namun, langkah kakiku terhenti saat kau mulai menceritakan semuanya. Dan air matamu semakin meyakinkanku.
Dan saat itu aku mengerti bahwa sebenarnya hatimu mulai terpaut pada Niall.. kau mencintainya, bukan?
Jangan salah paham padaku, sayang. Namun sungguh, aku sangat lega sekarang..
Seminggu lalu, aku kerumah sakit ini dan mulai menjalani tahap Chemoteraphy karena keadaannya semakin memburuk. Dan akhirnya ketakutanku pun terjadi..
KAMU SEDANG MEMBACA
"INFINITY" [N.H]
FanfictionIni semua tentang kisahmu, y/n. Seorang anak kedua dari keluarga Payne yang baru saja kembali ke London untuk bertemu dengannya.. Harold, Hazza, Styles, Edward.. Entahlah, kamu memang punya banyak panggilan khusus untuk pria bermata hijau satu ini...