Chapter 3

5.3K 540 24
                                    

Pic Nathan on Mulmed ;)

Hari ini aku di perintahkan oleh Ms. Ellen untuk mengajak Harry berkeliling kapal. Entahlah, aku harap Harry tidak keberatan jika aku akan mengajaknya berkeliling tempat ini. Ms. Ellen berkata padaku jika Julian ingin putranya tidak hanya diam di dalam kamarnya saja. Pemandangan laut malam ini begitu indah, dan mungkin Harry akan menyukainya. Menghembuskan nafas berat, aku sudah berjalan melewati lorong panjang untuk mejemput Harry berkeliling. Ini sudah pukul 7 malam, mungkin aku akan mengajak Harry sekalian untuk makan malam. Itu juga jika ia berkenan.

"Excusme sir, bisa kau bukan kan pintunya?" Ucapku menepuk pundak seseorang yang sedang menjaga kamar Harry. Ia tersentak dan langsung membuka kedua matanya. Ia mentapku sebentar lalu mengangguk.

"Terimakasih."

"Um, Nona Alice?" Panggilanya kembali dan aku pun berbalik melihatnya

"Ada apa sir?"

"Namaku Nathan, kau bisa memanggilku Natt atau apa saja terserah kau." Ia tersenyum dan aku mengangguk mendengarnya.

"Um oke, Natt. kau ingin mengatakan itu saja?" Tanyaku kembali dan ia menggeleng cepat masih menatapku.

"Tidak--tidak. Aku ingin mengatakan jika sejak tadi sore tuan Harry masih tertidur dan belum terbangun hingga sekarang." Jelasnya membuatku terdiam beberapa saat. Jika Harry sedang tidur, bagaimana aku bisa mengajaknya berkeliling? Apa membangunkanya adalah ide yang bagus? oh kurasa tidak.

Aku mengagguk lalu tersenyum ke arah Natt. "well, sepertinya aku harus membangunkanya. Terimakasih telah memberitahu ku Natt." Ucapku dan langsung berlalu masuk.

Oh C'mon Alice! Tidak sulit kan hanya membangumkan lelaki tampan macam Harry. Mungkin satu dua tepukan di pundaknya ia akan segera bangung dan pergi berkeliling denganmu. Tetapi mungkin saja kan jika sebaliknya, ia akan menendang bokongmu keluar jendela hingga kau menjadi sarapan untuk ikan Hiu.

Tidak. Tidak. Aku tidak boleh berpikiran macam-macam dulu. Yang terpenting sekarang aku harus bisa membangunkanya. Dengan begitu, aku berjalan mendekat ke ranjangnya dan sebisa mungkin untuk tidak membuat suara pijakan kaki sedikitpun. Kamarnya tampak berantakan, botol-botol dan kaleng minuman bertebaran di setiap sisi kamarnya. Bajunya pun juga banyak terdapat di pinggiran sofa. Dan aku dapat mencium bau akohol yang sangat kuat disini. Astaga, Harry pasti mabuk semalaman hingga ia masih tertidur sampai langit sudah kembali gelap seperti ini. Dan oh tuhan, bagaimana bisa aku mengajaknya berkeliling jika ia sedang dalam keadaan mabuk.

Tapi apa yang akan di katakan Ms. Ellen jika malam ini aku melaggar perintahnya. Oh itu akan lebih. Lebih menyeramkan.

Aku medekat dan melihat Harry yang sedang terlelap dengan posisi tengkurap. Mulutnya sedikit terbuka dan mengeluarkan dengkuran yang cukup besar. Mungkin ia masih sangat kelelahan. Apa aku tega untuk membangunkanya?

"Harry, Harry bangun. Ini aku Alice. Ini sudah malam Harry. Kau tidak ingin makan malam dahulu?" Ucapku seraya meduduki pinggiran kasurnya.

Ia tak kunjung bangun. Selimutnya yang menutupi hingga tengkuknya membuatku sedikit kesulitan untuk menyentuhnya. tidak--maksudku tentu saja untuk membangunkanya lebih cepat.

"Harry? Kau mendengarku? Ayolah Harry bangun." Ucapku kembali kini dengan mengguncang pelan tubuhnya. Ia tak kunjung membuka matanya namun tak lama ia bergumam jika aku sangatlah mengganggu tidurnya saat ini. Ia berbalik memunggungiku Dan astaga keajaiban apa lagi ini tuhan? Harry tidur hanya memakai boxer tanpa baju. Aku memandangi setiap inchi yang terpahat di tubuh indahnya. Oh bagaimana bisa aku begitu terpesona hanya karena melihat punggungnya yang lebar dan berkeringat itu. Ia begitu sempurna, rambut panjang ikalnya kini ia ikat dan menapakan leher dan rahangnya yang tegas. Aku rela seharian jika di tugaskan untuk memandanginya. Semoga saja ia tidak mengetahui jika aku begitu ingin merasakanya. Astaga, ia mahluk mu yang paling begitu menggoda tuhan.

"Harry apa kau--"

"Astaga Alice! Bisa kah kau pergi saja!?" Tiba-tiba Harry terbangun dengan wajahnya yang sangat menyeramkan seraya menatapku. Ia terduduk dan menampakan beberapa tatto yang terpahat indah di tubuhnya. Aku masih termenung kedati ia sedikit membentakku. Aku memilih untuk kembali berdiri dan memundurkan langkah kakiku sedikit kebelakang tanpa melihatnya.

"Ma-mafkan aku Harry. Tapi sejak tadi siang kau belum memakan apapun." Ucapku berusaha menjelaskan. Sebenarnya, tujuanku bukan itu. Aku hanya ingin ia ikut berkeliling denganku seperti yang di perintahkan Ms. Ellen. tetapi melihat Harry yang begitu marah, tak mungkin aku mengucapkan yang sejujurnya kepada Harry.

"Apa pedulimu?"

"Aku--aku peduli kau Harry. bukan sudah sepantasnya aku peduli padamu? karena sekarang aku adalah pelayan pribadimu." Jelasku membuatnya diam lalu tak lama ia tertawa menyeringai. Suasana kamarnya semakin mencekam melihat Harry yang seperti ini. Ia menyeramkan.

"Kau di bayar hanya untuk hal bodoh seperti ini? Heh, betapa bodohnya kau Alice Stone." Ucapnya sakarstik lalu menyibakan selimutnya dan turun dari ranjangnya seraya berjalan mendekat ke arahku. Kini jarakku denganya hanya tinggal beberapa langkah.

"Apa yang kau inginkan?" Tanyanya kembali seraya mentapku tajam. Melihat kedua flatshoes ku lebih menarik dari pada harus menatap mata hijaunya yang sangat mengitimidasiku. Astaga, bahkan keringat di telapak tangaku sudah mulai bermunculan. Hal ini sangat bertolak bekakang dengan cuaca malam ini yang begitu dingin. Sial. Mengapa ia membuat semua ini begitu berat?

"Aku hanya ingin mengajakmu berkeliling Harry."

Dengan kasar aku menyeka beberapa bulir keringatku yang mulai meluncur bebas mengenai kelopak mataku. Tawa Harry kini menggema. Ia tertawa remeh seakan-seakan perkataanku adalah hal konyol yang patut untuk di tertawakan. Ini benar-benar di luar dugaan. Aku tak habis fikir mengapa laki-laki tampan seperti Harry harus bersikap sangat bajingan. oh Damn it! Bahkan aku hampir lupa mengenai perkataan Ms. Ellen jika aku harus tetap bersikap Perfesional terhadapnya. Bagaimanapun juga ia adalah putra Julian-Laki-laki paruh baya yang dapat Ms. Ellen gunakan untuk lahan uangnya saat ini. Mengingat itu, Well, akan ku wujudkan.

"Its sound stupid Alice Stone."

"Aku memang bodoh. Tapi aku butuh kau untuk ikut berkeliling denganku."

"Bagaimana jika aku menolak?" Tanyanya kembali. Pertanyaanya seperti bongkahan batu besar yang ia lemparkan hingga akhirnya mengenai pas di puncak kepalaku. Dammit! Aku harus menjawab apa! Apa aku harus bertanya dengan--Nathan? Oh itu terdengar bodoh. Dan kuakui ucapan Harry benar jika perkataan ku terdengar bodoh. Tapi maaf, jika sudah menyangkut pekerjaan aku rela menjadi bodoh. Oke sorry about that. Aku sudah katakan, Bagaimana pun juga Aku akan terus bersikap perfesional dan sabar menghadapi Harry.

Dan tak lupa, aku terus mengingatkan diri jika faktanya Harry adalah putra dari Julian, Si laki-laki luar biasa yang sangat di hormati itu.

...

This part special for finxstyles . Btw, read she story tooo ;) thankyou xx

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang