Chapter 18

4.2K 422 27
                                    

Harry, tidak normal, Bipolar. Oh sialan. Kata-kata itu terus terngiang di otakku. Sudah hampir dua minggu aku bersamanya--maksudku berada di dekatnya, Harry tak separah apa yang Ricela katakan. Ia bersikap manis akhir-akhir ini walaupun semua yang di katakan Ricela bersifat fakta tanpa pengecualian. Ia memang nenek lampir yang menyebalkan. Ia memberitahuku tentang semua ini dan tiba-tiba menghilang dengan sejuta pertanyaan. Aku tidak tahu rencana apa yang terdapat di balik wajah cantiknya itu, tetapi yang jelas, memberhentikanku menjadi pelayan pribadi Harry adalah salah satunya.

"Kau nampak pucat, Al. Kau sakit?" Anna bertanya.

"Uh, apa terlihat begitu?"

"Ya. Kau seperti sedang memikirkan sesuatu." Ujarnya membenarkan tantanan rambutnya.

Aku menulusuri kamar Anna yang mempunyai barang-barang yang cukup banyak. Tiba-tiba terlintas di otakku untuk menanyakan kepadanya mengenai penyakit Harry yang Ricela maksudkan. Oh terkutuklah diriku karena tidak mengetahui apa-apa mengenai Bipolar.

"Um..Anna."

"Ada apa Al?" Ia melihatku dari pantulan kaca seraya mengoleskan lipstik bewarna merah maroon ke bibirnya.

"Apa kau tau tentang penyakit, um..Bipolar?"

Ia mengernyit. "Bipolar?"

"Ya. Penyakit itu, kau mengetahuinya?"

Ia menoleh dan berdiam beberapa saat. "Kurasa itu salah satu penyakit yang menyangkut dengan keadaan psikologis seseorang." Ujarnya lalu kembali menghadap cermin.

Aku mengigit bibir bawahku. "Kau yakin?"

"Ya. Kurasa begitu."

"Jadi, Mengapa kau bertanya seperti itu?" Tanyanya kembali.

Aku tak mungkin memberitahu Anna tentang hal ini. Masih terdapat banyak sekelibat pertanyaan di otakku yang ingin ku tanyakan kepadanya. "Um, apa kau tahu ciri-ciri penderitanya?" Topik pengalihan.

Anna kembali terdiam dan membuka mulutnya namun ditutup kembali. Ia menyisir rambutnya perlahan seperti adegan slow motion yang di putar.

"Um, Seperti ia bisa berlaku kasar terhadap seseorang tanpa sadar. Atau mungkin ia dapat mengamuk karena hal kecil yang ia tidak suka. Dan kemungkinan besar, sifat kelembutanya akan timbul setelah ia melakukan hal kasar kepada sesorang. Well, Kurang lebih seperti itu." Jelas Anna membuat tubuhku menengang.

Ricela benar.

Fikiranku terlempar jauh saat mengantarkan makanan kepada Julian. Ia mengantakan padaku jika Harry dapat bersikap kasar dan lembut dalam satu waktu. Julian Benar, istrinya benar. Mereka benar, astaga mereka benar. Oh tidak, mereka tidak benar! Oh brengsek!

"Alice, kau mendengarku?"

Aku tersentak berusaha mengumpulkan puing-puing kesadaranku. Terakhir kali aku melihat Anna sedang menduduki kursi riasnya, namun sekarang, ia sudah di ambang pintu kendati menunggu jawaban dariku.

"Uh maaf Anna aku tidak mendengarmu."

Ia mendegus. "Aku ingin restoran. Kau tidak apa ku tinggal?"

Aku mengangguk dan tersenyum. "Go ahead. Aku akan membersihkan tubuhku."

Ia tersenyum dan menutup pintu kamarnya. Aku masih berkutik dengan fikiranku. Mempunyai penyakit kejiwaan bukanlah hal yang yang lazim--maksudku, Harry nampak biasa saja layaknya pria-pria kebanyakan. Tapi lagi-lagi aku tertampar keras jika semua yang mereka katakan tidak mengada-ngada. Mereka benar, oh sialan!

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang