Chapter 12

5K 488 55
                                    

Harry

Aku berjalan keluar dari restoran menjauhi diriku dan Alice dari si keparat Julian. Sampai saat ini, aku masih membawa Alice dalam gengamanku dan tidak berniat untuk meninggalkanya. Tetapi Brengsek. Tubuhku sudah mulai bergetar hebat. Keringat ku sudah mulai bermunculan. Otakku seperti di belenggu dengan rantai panas yang sebentar lagi akan meledak. Cepat tinggalkan Alice bajingan! Batinku terus meruntuki diri untuk cepat meninggalkan Alice. Tapi lagi-lagi tak bisa, aku butuh seseorang untuk menemaniku. Oh tidak! Fikirkan lagi brengsek! Kau dapat menyakiti Alice! Kau harus meninggalkanya!

Sialan. Aku butuh kamarku!

Kontan Aku menghentikan langkahku sepihak tak menghiraukan sumpah serapah yang ia lontarkan kepadaku.

"Kau ini kenapa sih! Kau meninggalkan--astaga Harry, wajahmu pucat!" Aku tak menanggapinya dan berusaha keras agar penyakit ini tak muncul sebelum sampai dikamarku.

"Go way Alice."

"A--apa? Tapi Harry, wajahmu sangat pucat."

"JUST GO AWAY! DAN JANGAN COBA-COBA DATANG KE KAMARKU!"

Brengsek! Penyakit ini sudah hampir mengusai tubuhku. Tanpa menunggu respon dari Alice, aku langsung berlari menuju kamarku yang sialnya terletak lumayan jauh dari restoran. Belenggu di kepalaku semakin mencekam. Aku sudah tak bisa menahanya. Bayangan ketika aku membunuhnya muncul kembali seperti film yang di reka ulang.

"Tidak! Brengsek! Aku tidak membunuhnya!"

Aku terus berlari dan mencari jalan paling cepat menuju kamarku.

"Tapi hari ini ulang tahun Harry, Julian."

"Mom..Dad.."

"AKU TIDAK PEDULI! AKU AKAN TETAP PERGI."

"Go Harry! Comeback to your room!"

"NO!"

"Harry.."

"Kita harus pergi Harry!"

"I love you Harry."

"Aku akan menikahinya. Pergi kekamarmu!"

"Diam kau pembunuh!"

"Letakan pisaunya!"

"Aku butuh uang ini Harry. maafkan aku "

"Aku pembunuh. Aku sudah membunuhnya."

"Tidak! Aku bukan pembunuh! Sialan! Brengsek! Keparat! Tidak! Ini tidak mungkin! Aku sangat mencintainya!"

"Harry?" Aku sudah sampai di kamarku saat kepala ini hampir pecah. Brengsek. Aku benci saat semua kenangan busuk itu menghantui ku!

"Kunci pintunya!"

Aku memasuki kamarku dan membanting semua yang terdapat di sekitarku. Pisau lipat itu, Mom, Hari ulang tahunku, seakan menusuku untuk membayar semua yang telah ku perbuat.

"I MUST DEAD! I'M NO KILL HER! AHKK! I'M NO FUNGKING KILL HER!"

"Kau membunuhnya Harry. Kaulah yang memegang pisau lipat itu."

"Tidak! Aku tidak membunuhnya! Aku hanya manusia tak berguna! Aku benci hidup sialan ini! Aku benci si keparat itu! Dia yang membunuhnya!"

Alice

Aku terus berjalan terseok-seok menuju kamarku. Fikiranku jauh memikirkan Harry saat ia menyuruhku untuk pergi. Rona putih yang menghias wajahnya membuatku sedikit khawatir dengan keadaanya. kau harus kembali. Kau harus menemuinya. Aku menggelenkan kepalaku cepat saat teringat ucapan Harry yang memperingatkanku agar tidak coba-coba datang ke kamarnya. Aku benci saat rasa penasaranku tak dapat terbendung dengan baik. kalau begitu kau harus menemuinya Alice. Ya, Aku aku harus menemuinya. Aku harus melihat keadaanya. Bagaimanapun juga, ini sudah tugasku melayani nya saat ia sedang membutuhkann seseorang. Ya, aku harus menemuinya.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang