Chapter 2

6.5K 652 37
                                    

Pagi ini kapal tidak terasa mengampung seperti biasanya. Cuaca pun sudah kembali cerah menampakan pesona biru yang menjulang luas. Para awak sudah berkumpul di tempat yang di sediakan Ms. Ellen untuk kami. Di tanganku sudah ada satu ransel perlengkapan untuk bermalam di Villa milik lelaki luar biasa itu, Harry. Semalaman aku menunggu untuk bertatap langsung bagaimana rupa lelaki itu. Apakah ia sangat tampan Seperti yang di katakan Yohana? dan aku juga penasaran dari kata 'Licik' yang di peruntukan untuk lelaki luar biasa itu. Sebenarnya apa yang pernah ia lakukan?

Tak lama Ms. Ellen datang dengan membawa tas berukuran sedang kearah kami. Ia terlihat sedikit kesulitan membawa tasnya sendiri. di luar ruangan juga terdapat 2 penjaga yang bertugas untukknya. Aku dan Anna saling tukar pandang melihat Ms. Ellen kembali menampakan senyumnya yang lebih lebar di banding semalam. Kapal kami sudah berlabuh di pulau indah milik lelaki luar biasa itu dan Saat ini kami sedang di beri arahan dari Ms. Ellen untuk tetap menjaga etika dan etitut kami saat di Villanya nanti. Aku sedikit mengekerutkan dahi mendengar perkataan Ms. Ellen jika pengusaha ini sudah menginjak kepala lima. Mungkin bukan aku saja yang terheran dengan ini. Bahkan salah satu dari kami bergumam jika Ms. Ellen sedang bergurau di siang bolong.

Tapi kenyataanya Ms. Ellen tidak pernah berbohong terhadap apapun, atau bisa di katakan belum. Kami di perintahkan Ms. Ellen untuk turun dari kapal pesiar ini dan berlalu ke dalam kamar yang yang sudah di sediakan. Dengan senang hati kami melakukannya, sampai-sampai Anna tersandung kecil karena terlalu bersemangat seperti yang lainya.

Hari ini kami sudah kembali menepatkan barang-barang kami ke dalam kapal. Kamarku bersebelahan dengan kamar Anna. Dan di depan kamarku terdapat Kamar Roy dan Roran. Hanya mereka berdualah yang sekamar di antara para pegawai. Mereka kembar. Dan aku sering mendengar sedikit keributan di antara keduanya. Dan aku berusaha tak peduli dan tidak mengikut campuri urusan mereka.

Suara ketukan pintu membuatku memberhentikan kegitanku dan berlalu mebukakan pintu. Anna, ia tersenyum ke arahku dan menarik tanganku keluar tanpa meminta persetujuan dari ku dulu. "Hei Anna! Kau ingin membawaku kemana!" Tanyaku sedikit menahan langkahku yang sedang di tariknya.

"Memangnya kau tidak ingin melihat si laki-laki luar biasa itu?" Tanya Anna lalu menghentikan langkahnya dan menghadapku.

"Ya aku ingin. Memangnya ia sudah datang?"

"Iya! Dan laki-laki itu sudah menunggu kita di bagian depan kapal."

"Menunggu siapa?" Tanyaku memastikan.

"Menunggu para pegawai kapal ini Alice." jawab Anna dan kembali menarikku.

Aku berjalan keluar ke bagian depan kapal, ternyata Anna benar, semua pegawai sudah berada disini. Dan terlihat beberapa penumpang yang tidak ku kenal ikut menunggu datangnya lelaki luar biasa itu. Teriknya matahari membuatku ingin pergi kedalam. Aku baru saja melangkahkan kakiku, saat pintu utama terbuka dan keluarlah beberapa petugas dengan seorang laki-laki paruh baya yang berada di tengahnya. Rasa penasaranku semakin tinggi. siapakah dia? Dan siapa laki-laki yang berada di belakangnya? Ia tampak lusuh dan tidak memandang ke arah kami. Wajahnya terus ia tundukan dan sesekali ia menyisir pelan rambut panjangnya kebelakang.

Sebentar lagi pertanyaan-pertanyaan ku akan terjawab. Lelaki paruh baya itu tersenyum dan menunjukan kewibaanya kepada kami. Setelan jasnya yang terlihat mahal dan menawan sangat sepadan jika ia dapat menyewa kapal sebesar ini. Tetapi Berbanding balik dengan lelaki tinggi di belakangnya. Ia hanya memakai kaus putih berlengan pendek dengan celana jeans selutut. Ia tampak tak suka berada di tengah-tengah kami. Sampai sekarang pun aku tak bisa memastikan bagimanakah rupa wajahnya yang tertunduk itu.

Ternyata Ms. Ellen benar. Dan perkataan Yohana salah. Kami semua salah berfikir jika lelaki luar biasa itu berumur 21 tahun. Pria paruh baya bernama Julian itu lah yang di sebut sebagai lelaki luar biasa selama ini. Harapan ku pupus, entah mengapa. Tak sesuai harapan. Aku menyesal telah memikirkan bagaimana rupanya semalam. Dan tak terduga jika umur lelaki luar biasa itu sama seperti umur ayahku.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang