Chapter 13

4.5K 409 65
                                    

Harry melepaskan pelukanya lalu tersenyum ke arahku. Suara angin dan air laut yang menabrak kapal menemani setiap deru nafas kami. Aku memerhatikan setiap inchi yang terpahat indah di wajah Harry. Jarak kami sangatlah dekat hingga bulu-bulu halus di sekiran mulut dan dagunya dapat terlihat jelas di mataku. Bibirnya, oh astaga. Bibir pink itu terbentuk indah sekaligus--menggoda. Ia begitu kenyal dan lihai saat menyentuh permukaan bibirku malam itu. Oh tuhan, bisakah aku mencobanya sekali lagi?

"What are you looking Alice?"

Aku tersentak dari dunia khayalku mendengar Harry berbicara. Ia terkekeh singkat seraya menyisirkan rambut panjangnya kebelakang.

"Kau ingin aku cium?"

Mataku sukses mebelalak mendengar ucapanya. Astaga, kenapa harus bertanya dulu sih.

"A-apa? Ti--tidak."

"Benarkah? Padahal aku juga ingin menciumu." Ujarnya lalu mengerucutkan bibirnya.

Cium saja bodoh. "Dasar Pervert!"

Ia tertawa kecil dan dengan mudahnya ia membalikan tubuhku cepat menghadap ke arah lautan. Lagi-lagi ia dapat membuat tubuhku mematung. Jatungku seakan berhenti berdetak membuat aliran darahku juga ikut terhenti. Ia memeluku dari belakang dan menaruh dagunya di atas pundaku. Aku bisa merasakan deru nafasnya dengan jelas yang terhembus mengenai sisi wajahku. Kedua tanganya turun menyelusuri perutku lalu membekapnya erat. Kupu-kupu yang hampir tertidur di buatnya terbangun kembali dan kini lebih mendesak. Aku melirik wajahnya yang sedang tersenyum lembut seakan menikmati setiap detik pesona lautan yang menjulang luas. Tak sadar akupun ikut tersenyum melihatnya.

"Apa ada ingin kau tanyakan padaku Alice?" Tanyanya refleks membuatku mengangguk cepat.

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Tapi dengan satu syarat." Ujarnya membuatku mendengus. Terakhir kali ku menyetujui persyaratanya, ia memintaku utuk tinggal dikamarnya.

And now? Bisa saja lebih buruk.

I rolled my eyes. "Aku sudah menduga. Pasti ada udang di balik batu."

Mendengar ucapanku, Ia tertawa kecil sehingga membuat tubuhku sedikit bergertar. Aku sudah kelewat nyaman dengan pelukanya sehingga tak sadar aku sudah menyenderkan punggungku menempel ke atas dadanya. Dan tanganku menimpah tanganya yang berada di atas perutku. Oh my god.

"Well, apa syaratnya, tuan Styles." Ujarku sedikit mendongak melihatnya.

"Mudah, setiap aku menjawab pertanyaanmu. Kau hanya boleh diam dan mendengarkan. Tak boleh memotong atau menambahkan pertanyaan lain sebelum aku menyuruhmu kembali bertanya. Bagaimana kau setuju?" Jelasnya membuatku mengangguk setuju.

"Lalu, bagaimana jika aku lupa?"

"Aku akam menciumu."

Mataku lagi-lagi hampir keluar dari tempatnya. Hei! Bagaimana jika aku lupa dan terus memotong ucapanya! Astaga. Ia benar-benar pintar sekaligus licik.

"B-aiklah. Tapi hanya kecupan tidak lebih."

"its okay. Well, apa pertanyaan pertamamu."

Terdapat banyak sekelibat pertanyaan di dalam otakku yang ingin sekali kutanyakan kepadanya. Tapi aku harus lebih berhati-hati dan lebih mengontrolnya. Mungkin, aku akan memulai dengan pertanyaan yang lebih ringan.

"Apa kau membeciku?"

Ia terkekeh dan lebih mengeratkan pelukanya di tubuhku. Oh pipiku terasa terbakar saat ini.

"Tidak aku mencintaimu."

"A--pa?"

Cup!

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang