Chapter 28

4.5K 414 32
                                    

Tak lama, perlahan-lahan mata Harry terbuka. Ia tersenyum saat melihatku. Aku terus mengusap bagian di wajahnya dan tersenyum manis. Harry tak membuka suara alih-alih menikmati semua yang ku lakukan. Melihatnya seperti ini membuat pipiku memerah. Aku teringat kejadian semalam dimana ia begitu hebat, dan terkadang aku berfikir jika aku tidak dapat menandinginya.

"Harry?"

"Hmm?"

Tanganku terus turun seraya mengusap rahangnya. "Malam ini aku akan datang menemui Julian." Dengan ragu aku berucap.

Harry diam tak membalasku. Matanya masih terpejam dan tak lama ia membukanya. "Untuk apa?"

Aku tersenyum. "Ia menyuruh semua pegawai kapal untuk berkumpul. Mungkin karena sebentar lagi kapal ini akan berlabuh."

Mata Harry terus melihatku. Ia tak membuka suara namun pandanganya tetap terkunci kepadaku. "Kau ingat saat kita bertemu Julian dan Istrinya di lorong? Aku bersamamu bukan saat itu?"

Ia mengangguk. "Iya aku ingat."

Aku tersenyum. "Tidak apa-apa kan jika aku menemuinya?"

"Ya, Aku akan mengantarmu."

Aku tersenyum lembut dan mencium bibirnya. "Terimakasih."

---------

Aku belum bisa Mencari tahu siapa pembunuh yang sedang berkeliaran di kapal ini. Beberapa orang belum dapat ku curigai namun beberapa di antaranya sudah dapat menarik perhatianku. Aku ingin sekali meminta bantuan kepada Harry mengenai hal ini. Tetapi kurasa itu bukanlah ide yang bagus.

Kami sedang berjalan menuju Aula besar yang terdapat di ujung lorong kapal. Dan kurasa aula itu mempunyai kapasitas yang lebar dan juga luas. Harry sedang berjalan di sebelah ku dengan tangan kami yang saling terkait. Aku melirik ke arahnya, dan seperti biasa, Alis nya mengkerut dan bibirnya mangatup rapat. Sesekali ia membasahi bibir bawahnya lalu meremas tanganku yang berada di genggamanya. Aku tersenyum, aku tahu ia tidak menyukai hal ini, namun ia memaksakan dirinya untuk tetap mengantarkanku.

"Alice."

"Ya Harry?"

"Apa itu ruanganya?" Langkah kami melambat seraya melihat ke arah depan. Masih beberapa jarak lagi dari tempat itu, aku melihat beberapa pegawai kapal yang sedang berbincang di depan Aula. Mengapa mereka berbincang disitu?

"Kurasa benar itu tempatnya. Aku belum pernah mengunjungi Aula kapal ini Harry."

Harry tersenyum lalu melepaskan kaitan tangan kami. Sontak, aku mengernyit melihatnya. "Aku hanya bisa mengantarkanmu sampai sini babe, aku masih mempunyai urusan lain dengan Zayn." Jelasnya dan dengan ragu aku mengangguk.

"Oh Baiklah."

Sebelum pergi Harry langsung mencium bibirku yang semakin lama semakin di lumatnya. Aku melengos dan tertawa. Aku tahu, jika tidak segera di hentikan bisa berbahaya. "Hei?" Harry mengekerutkan dahi dan aku tertawa singkat.

"Kita masih mempunyai banyak waktu Harry."

Ia mendengus kesal. "Ya. Kita mempunyai banyak waktu." Ujarnya sarkas membuatku semakin tertawa.

"Baiklah, sampai jumpa Harry."

"Temui aku jika kau sudah selesai nanti Alice."

Aku mengangguk dan berlalu meninggalkanya. Dengan langkah lamban aku berjalan menuju sekumpulan pegawai yang sedang berbincang di depan pintu Aula. Beberapa di antara mereka sudah ku kenali. Aku juga melihat Roy dan Roran, si kembar yang sudah lama sekali tak kulihat.

"Hai."

"Whoa Alice! Long time no see ya!" Roran memeluku singkat dan bergantian dengan Roy.

"Ah ya. Sudah lama sekali." Aku tersenyum.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang