Chapter 34

4K 388 127
                                    

Harry.

Semuanya sudah berkumpul di ruang tengah penginapan. Melihat ke jam, waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Dan hal itu menunjukan jika kami hanya mempunyai beberapa jam untuk menyelamatkan Alice. Pikiranku sejak tadi tidak bisa berpikir dengan kongkrit. Semua terasa ada yang mengangguku. Sial. Kau harus tetap fokus Harry! Waktu mu tak banyak!

"Sesuai rencana, Louis dan Anna tetap stay di dalam mobil untuk memantau keadaan di pelabuhan." Intruksi Sean di ikuti anggukan oleh Louis dan Anna.

"Harry, Zayn dan aku akan memasuki ruang kendali mesin. Dan untuk Niall dan Liam, aku butuh kalian di dalam ruang kemudi, hidupkan semua kamera cctv terutama di bagian lorong. Pantau semua kegiatan yang ada di dalam kapal itu. Dan kabari kami jika ruangan mesin kosong." Jelas Sean membuat kami mengangguk mengerti.

"Ohya, Dan kau Nath. Tetaplah disini. kami perlu seseorang untuk menjaga semua barang-barang kami." Ujar Sean dan Nathan mengangguk.

Masing-masing dari kami mengantung senjata hanya untuk berjaga-jaga. Tidak banyak yang kami rencanakan untuk menyelamatkan Alice. Dan aku tak peduli jika aku harus mati sekalipun di saat aku menyelamatkanya. Ini semua urusanku, resiko ku dan tak seharusnya ia yang menerima semua ini.

"Harry? Kau baik-baik saja?" Anna bertanya seraya menepuk bahuku.

"Ya, i'm fine."

Ia mengangguk dan berlalu mengikuti Louis yang sudah lebih dulu keluar.

"Julian tak sebodoh yang ku kira ternyata." Zayn tersenyum miring seraya menghidupkan putung rokoknya.

"Dia bajingan kaya. Wajar saja semua dapat ia raih dengan mudah."

Aku mengangguk menyetujui ucapan Sean dan berlalu keluar. Kami menaiki mobil sewaan agar cepat sampai di pelabuhan. Kota ini sudah mati, mengingat waktu sudah menunjukan pukul 1 malam. Tak ada percakapan di antara kami. Semuanya fokus melihat gerak-gerik sisi jalanan alih-alih takut sesuatu yang tak di inginkan datang.

Author.

Mereka sudah masuk ke dalam kapal dengan mudahnya. Beberapa kali Harry berpikiran janggal jika ada yang tak beres di dalam kapal ini. Kini Liam dan Niall sudah berada di ruang kendali dan menyalakan semua cctv kapal.

Louis dan Anna tetap berada di dalam mobil. Sejauh ini semuanya nampak aman terkendali. Beberapa jam lagi fajar akan terbit, dengan begitu mereka lebih mempercepat gerak mereka untuk menyelamatkan Alice.

Harry berjalan di urutan paling depan di ikuti Sean dan Zayn di belakangnya. Mereka sudah hampir tiba di ruang mesin. Penutup kepala dan jaket tebal sudah menutupi sebagian tubuh mereka. Sesampainya di pintu ruang mesin, bau pekat bangkai yang sudah membusuk merasuki penciuman mereka. Sebisa mungkin mereka menahan rasa mual yang sudah bertengger di ujung tenggorokan mereka. Dammit.

Sial. Disini bau sekali! Runtuk Harry.

Dengan perlahan Harry membuka pintu ruang mesin yang terbuat dari besi yang sudah berkarat. Harry teringat jika ia pernah sekali mengujungi tempat ini. Namun bukan untuk menyalamatkan seseorang, melainkan membunuh seseorang.

"Harry kau tahu dimana Alice di tahan?" Zayn bertanya.

"Ya. Kurasa ia berada di dalam sini. Lebih baik kita bergerak cepat." Jawab Harry. Mereka semua mengangguk dan lansung memasuki ruangan mesin.

Gelap, bau, bising, Damn.

Dengan perlahan mereka terus melangkahkan kaki mereka hingga tiba di pertengahan ruangan mesin. Sampai saat ini Harry tidak dapat melihat keberadaan Alice. pencahayaan yang minim dan juga bau busuk yang mencekam membuat kinerja berpikir mereka sedikit menurun.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang