Chapter 7

5K 513 22
                                    

Buliran keringat perlahan jatuh seiring aku berjalan mengantarkan pesanan Julian. Aku cemas alih-alih takut Harry tidak senang jika aku lah yang mengantarkan pesananya. Restoran kini sudah mulai ramai seiring matahari mulai menerik, aku sedikit kesulitan mencari keberadaan mereka. Dan tak lama mataku jatuh melihat laki-laki paruh baya yang sedang menikmati segelas Vodka dengan Nikotin di tanganya. Well, sejak kapan restoran ini mengizinkan pelangganya merokok?

Aku berjalan ke arahnya walau ku tak tahu pasti apakah ia Julian atau tidak. Aku tak melihat keberadan Harry di dekatnya membuatku sedikit meragu jika ia bukanlah Julian. Tetapi saat ku menelaah lebih jauh, ia terlihat sama dengan Julian yang pertama ku temui. Lagipula, tidak ada salahnya jika aku bertanya lebih dulu.

"Excusme, apa kau Mr. Styles?" Tanyaku membuatnya menoleh.

"Ya. Apa itu pesananku?"

"Ya, ini pesananmu Mr.Styles." Aku menaruh kedua Sup di hadapanya dengan asap yang masih menggempul jelas. Aku melirik ke arah Julian yang hanya terdiam dan terus memerhatikanku. Walaupun Julian sudah seperti umur ayahku, ia masih terlihat muda dan segar layaknya laki-laki yang baru berumur 30 tahun.

"Baiklah, selamat menikmati tuan." Ucapku dan berlalu permisi.

"Tunggu, Apa kau Alice stone?" Tanyanya dan aku membalikan tubuhku kembali dan tersenyum.

"Ya. Aku Alice Stone tuan."

"Duduklah, aku ingin bicara denganmu."

Aku sedikit terkejut mendengarnya. Apa Julian mengenalku? Atau jangan-jangan Harrylah yang memberitahunya? Batinku terus bertanya-tanya mendapati kejadian seperti ini. Oh my godness, semoga saja ini akan berujung baik.

Dengan canggung aku menduduki kursi yang berhadapan langsung dengan Julian. Harum sup pesanan Julian merasuk memenuhi peciumanku membuat rasa laparku semakin menjadi. Astaga. Aku baru teringat jika sejak semalam aku belum mengisi perutku dengan apapun.

"Alright. Jadi, kau, pelayan pribadi Harry?" Tanyanya seraya mematikan rokoknya ke dalam Asbak.

"Ya Mr.Styles. saya di utus Ms. Ellen untuk menjadi pelayan Pribadi Tuan Harry." Jawabku berusaha tetap ramah dan tersenyum.

"Pagi tadi, Nathan mengatakan padaku jika kau bermalam di kamar Harry. Apa itu benar?"

Pertanyaan Julian bagaikan gemuruh petir yang menyambar persis ke jantungku. Aku berusaha keras untuk mengatakan alasan yang paling kongkrit untuk di ucapkan kepadanya. Julian bukanlah pria tua yang bodoh dan mudah untuk di akali. Beberapa hal mungkin sudah terlihat jelas di matanya jika aku membuat suatu kebohongan dari mulutku sendiri. Sialan. Aku belum bisa menemukan alasan yang paling tepat untuk memberitahunya.

"Semalam aku membangunkan tuan Harry untuk mengajaknya bekeliling sesuai perintah Ms. Ellen padaku. Saat kami berkeliling kakiku tergelincir dan kepalaku terbentur lantai sehingga aku tak sadarkan diri. Saat aku terbangun aku sudah berada di kamar tuan Harry, Mr. Styles." Jelasku dengan lantang berusaha menutupi hal yang sebenarnya.

Aku bisa saja mengatakan jika Harrylah yang menyuruhku untuk tinggal di kamarnya karena ia mengacamku tidak ingin ikut berkeliling denganku. Tetapi entah mengapa, jika aku mengatakan hal yang sebenarnya, hal buruk akan terjadi lagi. Well, berbohong demi kebaikan tidak masalah bukan?

Julian mengangguk dan padanganya menunduk seraya tersenyum miring. Hatiku bedebar-debar alih-alih Julian tak percaya padaku. Bagaimanapun juga ia lebih mengenal Harry di banding siapapun.

"Apa Harry melakukan hal yang buruk, padamu?" Tanyanya lagi.

"Tidak. He is Nice guy Mr. Styles."

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang