Aku mengelap buliran keringat di sekitaran pelipis ku. Pencahayaan lorong yang sangatlah minim menemani langkah kaki kami yang menggema. Langkah kami tergesa-gesa seakan ingin melesat cepat sampai di kamar Harry. Aku tidak tahu, atau tepatnya aku tidak tahu pasti, apa yang sedang terjadi dengan Harry hingga selarut ini. Sungguh, difikiranku hanya ada Harry, Harry, Harry dan Harry. Semakin cepat ku berjalan, semakin cepat hembusan angin yang menembus dan menusuk, permukaan kulitku. Sial. Kenapa lorong ini terasa sangat dingin.
Masih beberapa jarak dari kamar Harry, aku memicingkan mata melihat beberapa pasang kaki yang turut serta berdiri di hadapan kamar Harry, kira-kira ada tiga pasang. Lampu kecil bersinar merah yang terpasang di langit-langit lorong, tak dapat membantu netraku mengetahui siapa si tiga kaki pasang itu. Sampai akhirnya, Niall memberitahuku secara tidak langsung jika mereka adalah Zayn, Liam dan Louis. Oh gadis batinku mendengus lega saat mengetahui jika mereka bukanlah Julian, Ms. Ellen atau parahnya lagi, Ricela.
"Zayn! Liam! Louis! Kami sudah membawa Alice!" Niall berteriak menggemakan Lorong.
"Niall! Tanpa kau teriakpun mereka sudah melihatnya! Lebih baik perecepat langkah kakikmu itu!"
Niall tersenyum kikuk dan menggaruk tengkuknya yang kurasa tidak sama sekali gatal. Zayn, Liam, Louis yang mendengar tapak kaki yang di hentakan teburu-buru, sontak menoleh ke arah kami.
"Oh syukurlah, Alice."
"Dimana Harry, Zayn!"
PRANG!!
AHKK IWANT KILL...
PRANG!!
MY SELF!!
"A--pa itu H-hary?" Tanyaku melihat mereka secara bergantian. Bodoh! Mengapa mereka diam saja!
"Somebody please answer me!"
Nathan akhirnya berjalan mendekat ke arahku lalu meletakan satu tanganya di bahuku dan meremasnya lembut. "Ya. Itu Harry, Alice. Tepat kepulanganya dari kamar Julian, aku mendengar Harry berteriak histeris, memecahkan segala barang yang ada di kamarnya secara membabi buta. Ia sering melakukan ini setiap malam--"
"Sering katamu?"
"--ya. Tolong, dengarkan penjelasanku dulu, oke."
Aku mengagguk. "Ia sering melakukan ini jika usai bertemu dengan Julian, atau pun siapapun yang dapat membuatnya teringat dengan--maksudku yang dapat membuatnya teringat dengan masa lalunya bersama Julian. Ia sering mabuk, dan menghancurkan semua barang. Tapi kali ini berbeda, Alice. Sudah hampir tiga jam Harry tak kujung berhenti dan semakin lama, kurasa keadaanya semakin parah. Aku atau pun yang lain kecuali dirimu tak dapat menolong. Jadi, kami mohon, tolong lah Harry, Alice. Buatlah ia tenang dan merasa disayangi. Berikan perhatianmu agar ia berhenti melukai dirinya sendiri. Aku mohon Alice.."
Dadaku terasa tertusuk ribuan jarum saat mendengarnya. Pikiran ku melayang ketika aku hendak mengajak Harry berkeliling kapal pada malam hari. Aku masuk dan mememukanya sedang tertidur dengan bau pekat akohol dan kamar yang sudah sangat berantakan. Aku sudah sering mencium bau akohol di kamarnya, tetapi saat aku bertanya kepada Nathan. Dan astaga, pria itu hanya bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan hanya mengatakan 'Oh c'mon Alice, peopple like drunk.' Brengsek!
PRANG!!
"Astaga kurasa penya--kemarahan Harry sudah mencapai puncaknya." Lirih Niall yang dilirik tajam oleh Zayn.
"Aku akan masuk. Aku harus menenangkanya."
"Biar ku temani Alice." Seru Zayn menahan pegelangan tanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar Disorder [h.s]
Fanfiction[24 Mai 2016]"Bipolar Disorder adalah jenis gangguan Jiwa/psikologis yang penderitanya mengalami perubahan Mood yang sangat extrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua k...