Setelah selesai membersihkan tubuhku, aku melihat jam sudah menunjukan hampir jam delapan malam. Ini artinya aku harus menemui Ms. Ellen di ruanganya. Dengan begitu, aku langsung memakai kemeja berkerah kendati menutupi bercak merah akibat ulah Harry tadi sore. Aku menyisir rambutku seraya menggerainya. Entahlah, aku hanya ingin Ms. Ellen tidak melihat sedikitpun bekas merah di leherku. Tidak hanya terasa canggung, namun pasti ia akan menaruh rasa curiga padaku.
Setelah selesai, aku keluar dari kamarku dan tak lupa mengunci pintunya. Lorong yang menggiringku menuju rangan Ms. Ellen cukup ramai. Beberapa penumpang dan staff karyawan berlalulalang mengingat ruanganya cukup dekat dengan restoran. Sesampainya, aku mengetuk pintu ruanganya sampai suara Ms. Ellen terdengar untuk menyuruhku masuk.
Perlahan aku membuka pintunya dan melihat Ms. Ellen sedang menduduki kursi kerjanya dengan kaca mata bulat yang bertengger di wajahnya. Ia meliriku sekilas lalu menyuruhku untuk duduk. Ia nampak serius dan sibuk dengan banyak berkas-berkas diatas mejanya. Dengan ragu aku menduduki kursi di depanya dan terus memerhatikanya yang tak kunjung membuka suara.
"Well, aku senang kau menepati janjimu. Tepat jam delapan." Ujarnya lalu menegakkan tubuhnya dengan netra yang sekarang menatapku.
"Apa kau memerlukan sesuatu dariku Ms. Ellen?"
Ia terkekeh lalu membuka kaca matanya. "Tidak. Hanya saja aku ingin memberitahumu sesuatu." Jelasnya membuat keningku mengekerut.
"Apa itu?"
"Semalam, salah satu karyawan yang bertugas di gudang menemukan penjaga ruangan mesin tewas bersimbah darah. Tubuhnya banyak terdapat bekas tusukan pisau. Aku tak mengerti siapa yang melakukanya." Ia mendesah lalu memerhatikan kacamata yang sedang ia mainkan dengan jari-jarinya.
Mataku membulat mendengarnya. Aku meneguk ludahku berat. Ini baru pertama kalinya terjadi pembunuhan selama hampir tiga bulan aku bekerja di kapal ini.
"A--apa? Semalam?"
"Ya. Hanya aku, Sean dan dua orang pegawai kapal yang bekerja di bawah---dan sekarang di tambah kau yang sudah mengetahui hal ini. Aku hanya ingin kau mencari tahu siapa seseorang yang membunuh penjaga ruangan mesin itu."
Nafasku tercekat. Apa dia bercanda?
"Ta-tapi--"
"Kau tahu bukan jika aku tidak terima penolakan?" Timpalnya, menyeringai.
Oh Dammit! Yang benar saja! Aku harus mencari tahu siapa pembunuh penjaga mesin itu? Sial. Ini sangat menyusahkan.
"Haruskah aku? Bukankah pegawai di sini sangatlah banyak?" Ujarku menahan kesal. Kala itu ia menyuruhku untuk menjadi pelayan pribadi Harry dan sekarang mengapa harus aku lagi yang mencari tahu siapa pembunuh sialan itu.
"Jika kau menolak, aku akan memberhentikanmu menjadi pelayan pribadi Harry, Alice."
"Dan aku tak akan mengizinkamu lagi untuk bertemu denganya." Ia mengancam dengan halus.
Aku menunduk meremas ujung bajuku. Oh sialan. Aku benci jika di berikan dua pilihan yang sulit. Aku memang tidak ingin sama sekali mencari tahu siapa yang membunuh penjaga mesin itu. Namun disisi lain, aku lebih tak ingin berhenti apa lagi berjauhan dengan Harry.
"Bagaimana?"
"Maaf Ms. Ellen, aku tak bisa."
Ia mengkerutkan dahi dan menajamkan alisnya. "Jangan bodoh, tentu kau bisa."
"Maafkan aku."
Ia tertawa sekilas tanpa mengeluarkan suara. "Baiklah jika itu pilihanmu. Dua hari lagi, kapal ini akan berlabuh. Kau bisa berkemas dan turun dari kapal ini secepatnya, Alice."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar Disorder [h.s]
Fanfiction[24 Mai 2016]"Bipolar Disorder adalah jenis gangguan Jiwa/psikologis yang penderitanya mengalami perubahan Mood yang sangat extrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua k...