Chapter 20

4.6K 404 27
                                    

Harry

Suara pintu terbuka. Aku mendongah melihat Alice masuk dengan sekotak sereal di tanganya. Aku mendengus lega, semenjak kejadian semalam entah mengapa rasa paranoid ia akan meninggalkanku semakin bertumbuh. Namun aku tidak tahu pasti apakah ia berbohong padaku atau tidak. Sikapnya dan tatapanya semalam, sedikit menunjukan jika ia sudah tahu penyakit yang ku alami. Tapi aku tahu, cepat atau lambat ia akan mengetahuinya dan mungkin.. ia akan langsung meninggalkanku.

"Harry, kau ingin sereal? Aku punya rasa... wow, ini rasa pisang. Kau suka?" Tanyanya memerhatikan deskripsi yang terdapat di kotaknya.

"Ya, aku suka."

"Kau dapat dari mana sereal itu?" Tanyaku dan ia menoleh.

"Anna, ia punya banyak stok sereal di kamarnya."

"Anna?"

"Ya. Dulu ia teman pelayanku di restoran."

Aku mengangguk melihat ke arah luar jendela. Salju putih semakin banyak menutupi kapal ini. Aku baru teringat jika sebentar lagi malam natal akan tiba. Dan itu menandakan jika tujuan kami sudah dekat. Dan rencanaku akan semakin matang. Aku harus bertemu dengan Zayn setelah ini.

"Harry, kau mau pake susu atau tidak?"

Aku menyeringai, berniat menggodanya. "Aku mau, tapi langsung dari tempatnya."

Ia menoleh dan mengernyit. "Maksudmu?"

Aku menunjuk payudaranya dengan daguku dan langsung melebarkan senyumku.

Alice yang meyadarinya langsung membuang muka dariku. Pipinya memerah, dan--oh lihat dia, Dia sangat cantik. Aku menyukai setiap inchi yang berada di tubuhnya. Walaupun aku belum merasakanya secara langsung, namun aku tahu, ia pasti sangat sempurna.

"Hai kenapa pipi mu memerah begitu?"

"Sudah diam kau Styles!"

Aku tertawa dan ia mendegus. Tak lama, ia berjalan kearahku dan memberiku semangkuk sereal rasa pisang. Well, Pisang dan susu, wow kombinasi yang sempurna.

"Harry, kau jadi ingin ketempat gym?" Tanya Alice seraya memasukan sesendok sereal ke dalam mulutnya.

"Tidak. Aku ingin menemui Zayn setelah ini."

Kulihat Alice sedikit menegang di tempatnya, namun segera ia tutupi dengan kembali memasukan sesendok sereal kedalam mulutnya.

"O-oh oke. Mau aku temani?"

"Jika kau tidak keberatan."

"Tentu tidak Harry! Mana mungkin aku keberatan. Well, u-untuk apa kau menemui Zayn?" Ia bertanya dengan sedikit tidak yakin. Aku mulai curiga dengan sikapnya yang seakan ada hal yang di tutupi oleh nya dan juga Zayn.

"Ada yang ingin ku bicarakan denganya."

Alice mengangguk dan kembali memakan serealnya. Aku pun dengan cepat menghabisi sereal ini dan berlalu ke kamar mandi. Aku harus menanyakanya dengan Zayn.

Alice

Oh tidak. Tidak. Tidak. Harry ingin menemui Zayn. Untuk apa? Oh sialan, ku harap Zayn bisa menutupi semua hal yang ku tanyakan kepadanya semalam. Aku tidak ingin Harry tahu jika aku sudah mengetaui penyakitnya. Aku sedang tidak ingin
Mencari keributan denganya. Aku sedang menunggu waktu yang tepat, lagipula aku belum ingin meninggalkanya. Oh shit! tapi apa aku bisa meninggalkanya!

"Alice!"

Harry memanggilku dengan intonasi yang cukup tinggi. Sontak aku berlari menuju kamar mandi untuk melihat keadaanya.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang