Aku masih termenung memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi nanti jika Harry tetap menolakku. Aku tidak tahu mengapa ia begitu tidak suka dengan kehadiranku sebagai pelayan pribadinya. Apa aku bearoma seperti ikan busuk? Ah, its sound stupid. Aku bukanlah mayat yang baru di temukan di tengah laut. Lantas, apa aku harus menanyakan kepada Harry mengapa ia begitu kasar dan sangat mengitimidasi saat aku berada di dekatnya. Oh Tidak Tidak. Bahkan membayangkan aku menanyakannya saja bulu kudukku sudah mengindik ngeri.
"Well, aku akan ikut denganmu." Lontarnya seraya melipat kedua tangan ke depan dada. Tubuhnya ia sandarkan ke Lemari bajunya tanpa melepas pandangnya dariku.
"Benarkah?"
"Ya. Tapi dengan satu syarat."
Aku tidak langsung menyetujui apa yang barusan ia timpalkan. Pasalnya aku masih ragu dengan apa yang akan ia katakan padaku. Walapun hanya satu syarat, aku menganggap satu syaratnya merupakan tiket masuk paling cepat menuju Neraka.
"Hei? Bagaimana? Kau masih ingin aku ikut denganmu tidak?" Tanyanya kembali.
Setelah menelaah beberapa kemungkinan yang akan terjadi. Aku lebih memilih mengagguk sebagai jawabanya. Melihat jawabanku, Ia menunduk dan tersenyum miring seraya menggaruk hidungnya dengan jari telunjuknya. Aku tahu. Tuhan tahu. Ini akan berakhir dengan buruk.
"Aku senang kau menerimanya syarat ku Alice."
"Well, Kau belum mengatakan apa Syaratnya Tuan Styles." Seruku menyuarakan pertanyaan yang sejak tadi ku pendam. Sial. Sikapku sudah mulai lancang pada Harry. Tapi bagaimanapun juga, ialah yang menyebabkan penyakit--tidak beretika ku kambuh. Aku tidak peduli apa yang akan terjadi nanti.
"Whoa, Santai lah sedikit Alice. Aku tidak akan memberikan syarat yang macam-macam padamu." Ucapnya dan berlalu menduduki sofa yang berhadapan dengan ranjang besarnya. Ia memberiku isyarat untuk ikut bergabung denganya menduduki sofa.
Aku bergeming sesaat dan memaksa kakiku untuk berjalan dan menduduki ujung sofa tempat paling jauh dari tempat yang ia duduki. Ia menatapku tanpa ku balas pandanganya. Karpet berwarna cream ini lebih menarik walaupun tak seindah wajahnya.
"Aku hanya ingin kau tinggal bersamaku." Serunya membautku menoleh.
"Tinggal bersamamu?"
"Ya. Tinggal bersamaku Di kamar ini"
"A--apa?"
"Kau menolaknya? Well, kalau begitu--"
"--Are you crazy! Aku bisa di pecat oleh Ms. Ellen jika tinggal bersamamu Harry!" Potongku membuatnya tertawa menyeringai. Ia mengangkat satu kakinya untuk bertumpu dengan kaki sebelahnya lalu menautkan jari-jarinya tanpa melihatku.
"itu pekara yang mudah. Aku pastikan Ms. Ellen tidak akan memecatmu. Bahkan aku bisa membuatnya tidak memarahimu kembali. Tetapi ingat, kau harus tinggal bersamaku mulai dari malam ini. Dan seperti janjiku, aku akan menemanimu berkeliling malam ini. Bagaimana, Alice? Deal?"
Tawaran yang menarik.
"Deal."
"Kau memang Gadis pintar."
----
"Jadi, sudah berapa lama kau bekerja di kapal ini?" Tanya Harry.
"Sekitar dua bulan yang lalu." Jawabku lalu menyesap sedikit coklat coffe ku.
Kami sedang berjalan di bagian depan kapal. hanya ada kami berdua di sini. Beberapa penumpang mungkin lebih memilih menyembunyikan dirinya di balik selimut.
"Kau punya Rokok?" Tanyanya kembali tanpa melihatku.
"Kau tahu kan disini terdapat larangan untuk merokok."
"Ya. Aku tahu. Tapi itu hanya berlaku di dalam. Tidak untuk di luar." Belanya kali ini melihatku.
Ya Harry benar. Aku sering melihat Sean sedang memantik rokoknya saat air laut sedang tenang.
"Mungkin kau bisa memintanya dengan Sean."
"Who?"
"Sean, ia asisten nahkoda kapal ini Harry. Kurasa ia mempunyai banyak stok rokok di kamarnya." Terangku mencoba membantunya.
"Bagaimana kau tahu?"
"Well, aku pernah sesekali melihatnya sedang merokok jika air laut sedang tenang." Jelasku menerawang tubuh Sean yang masih di balut seragamnya menikmati benda kecil yang mengeluarkan asap.
"Jadi kau sering memerhatikan Sein?"
"Its Sean. Not Sein."
"Ya Sean. Kau dekat denganya?"
"Tidak begitu. Well, aku jarang sekali bertemu denganya--so aku tidak terlalu mengenalnya." Jelasku dan Harry hanya mengangguk seraya Menyisir rambutnya kebelakang.
Rambutnya ikalnya bertebangan karena tertepa angin malam yang cukup kecang. Aku sedikit meliriknya yang sedang memandang ke arah laut dengan memegang tiang peyangga sisi kapal. Harry yang ku lihat saat ini bukanlah harry yang ku kenal saat di kamarnya. Ia memang tidak banyak bicara, tetapi sikapnya lebih tenang seperti air laut yang membawa kami saat ini.
"Lebih baik kita masuk. Aku sudah bosan." Serunya dan aku mengangguk.
Di lorong panjang ini hanya terdengar telapak kaki kami. Ini sudah pukul 9. Dan Harry mengatakan jika ia sudah mengantuk. Hell. Bagaimana bisa ia sudah mengantuk padahal ia baru terbangun. Alasan klasik.
"Dimana Nathan?" Aku bertanya saat kami sudah sampai di depan kamarnya.
"Who Nathan?"
Aku mendengus melihatnya. Benar-benar laki-laki menyebalkan. Bahkan penjaga kamarnya saja ia tidak tahu.
"Dia penjanga kamarmu Harry." Ucapku datar.
"Kau mengenalnya?" Tanyanya tak kunjung menyentuh kenop pintunya.
"Ya. Aku mengenalnya."
"How Can?"
"Bisa kita cepat masuk? Udara disini sangat dingin."
Ia hanya menatapku getir dan akhirnya ia membuka pintu kamarnya. Harry tak kunjung berjalan saat ia sudah berada di ambang pintu. Ada apa? Mengapa ia berhenti?
"Ada apa Harr--"
"Fuck! Kenapa kau bisa di kamarku!"
Aku terlonjak kaget saat ia membentak seseorang yang kuyakini kini berada di dalam kamarnya. Astaga. Kenapa ia bisa kembali menjadi Harry yang kasar dengan sangat cepat.
Dan akui aku cukup takut melihatnya yang seperti ini. Aku meneguk ludahku berat saat teringat perjanjianku padanya. malam ini dan seterusnya, Aku--Alice Stone, akan menemani Harry Styles tanpa batasan waktu dan tempat. Ya tuhan.
Aku tidak berkutik saat Harry melangkah kakinya lebih masuk kedalam. Dengan perlahan aku mengikutinya seraya menatap Punggung lebarnya yang kini tepat berada di hadapanku. Aku cemas. Pasalnya saat ini waktu sudah hampir larut. Entahlah, mengapa sudah malam seperti ini masih ada seseorang yang berani masuk ke dalam kamar orang lain tanpa seizin pemiliknya. Well, jika ia Nathan, aku tidak heran. Ia kan penjaga kamar Harry. Jadi, wajar saja jika ia bisa masuk kedalam tanpa seijin pemiliknya.
"Hai Harry."
Oh. Itu bukan Nathan. Suaranya terdengar lembut meski ku tak bisa melihatnya. Dan aku tahu. Itu adalah suara Wanita.
..
Pendek ya?
Maaf ya. Haduh gue lagi mlz bgt nih buat update wkwk. Lagi pula emg ada yg nungguin?
Ehya btw hari minggu ada yg mau ke Net. Gue ada di sana lohhh. Mau nonton emak ue Jessse je. Eaks eaks.
Ydh, dari pd bnyak bct. Gue pergi dulu ya mau mimpiin ayang harreh. A6
vot komen jan lupa. Oke.
Bayyy
KAMU SEDANG MEMBACA
Bipolar Disorder [h.s]
Fanfiction[24 Mai 2016]"Bipolar Disorder adalah jenis gangguan Jiwa/psikologis yang penderitanya mengalami perubahan Mood yang sangat extrim. Istilah ini mengacu pada suasana hati yang dapat berganti secara tiba-tiba dan sangat bertolak belakang seperti dua k...