Chapter 6

5K 535 31
                                    

Suara ketukan pintu yang di ketuk berkali-kali membangunkan alam bawah sadarku. Mataku masih berat seperti ditempelkan alat perekat di kedua kelopak mataku. Semalam, Aku tertidur dengan nyaman lantaran Harry terus memaksaku untuk tidur di atas ranjangnya. Meski kami tertidur satu rajang, aku terus mengancam akan membunuh Harry jika ia berani-berani menyuntuhku walau sehelai rambut saja. Lantas, dengan malas aku beranjak dari ranjang menuju ke arah pintu kamar Harry untuk membukakan pintu. Melirik ke arah jam yang tergantung di dinding, Ini baru menunjukan pukul 6 pagi. Astaga, aku tak habis fikir, mengapa Harry selalu saja di datangkan tamu yang tidak ingat waktu. Sial. Ini masih terlalu pagi.

"Selamat pa---Nona Alice?"

"Nathan?"

Wajah Nathan tampak bingung sekaligus terkejut saat melihatku. Alisnya hampir menyatu dan tatapan nya tak berhenti menatapku. Aku lupa untuk memberitahu Nathan jika aku akan tinggal di kamar ini untuk sementara waktu.

"Kau--kau Kenapa bisa di kamar Tuan Harry?"

"Aku menginap semalam Nat."

"Menginap? Mengapa kau tidak memberitahuku terlebih dahulu?"

"Memberitahumu?"

"Ya. Aku tidak bisa mengizinkan sembarang orang untuk bermalam disini Alice. Kau harus terlebih dahulu izin padaku."

Aku bungkam saat mendengarnya. Nathan mengatakan jika ia tidak bisa mengizinkan sembarang orang untuk bermalam di kamar Harry. That's Question is, why? Ia hanya seorang penjaga, dan aku tahu jika Harry lah yang lebih berhak menentukan siapa yang boleh dan tidak untuk bermalam di kamarnya. Tetapi mengingat kamar Harry di jaga oleh seorang penjaga, tak ada salahnya jika ia melarangku. Well, mungkin ia mempunyai beberapa alasan. Dan aku harus menanyakanya!

"I'm so sorry Nat, aku tidak tahu mengenai hal itu."

"Its oke Alice, aku juga belum sempat melarangmu. Jadi, kita impas." Ucapnya membuatku tersenyum seadanya.

Nathan mengatakan jika ia belum sempat melarangku. Whoa, aku tak tahu jika ia nantinya akan melarangku. Dan well, Apa Harry akan marah padanya? Oh untung Nathan tidak ada saat aku ingin bermalam di kamar Harry. Jika ia ada disana malam itu, mungkin pertengkaran bukan hanya antara Harry dan Ricela saja. Bisa-bisa semalam aku dan Nathan ikut bergabung dalam acara drama yang dibuat oleh Harry dan Ricela.

"Sebelum melarangku?"

"Yes--Actually, jika aku tahu kau akan bermalam disini, aku tidak akan mengijinkanmu." Ucapnya membuatku bertanya-tanya.

"Why?"

"Because--"

"Kau bicara dengan siapa Alice!"

Harry berteriak dari arah dalam membuatku dan Nathan terlonjak kaget. Nathan mengisyaratkanku untuk diam biarkan ia yang menjawab pertanyaan Harry. Dan aku mengangguk tanda setuju.

"Aku Nathan Tuan. Aku ingin menjemputmu untuk menemui Tuan Styles." Seru Nathan membuatku mematung beberapa saat. Nathan menjemput Harry untuk menemui tuan Styles? Apa itu artinya adalah tuan Julian? Ayah dari Harry.

Tidak ada suara yang terlontar lagi dari mulut Harry. Aku dan Nathan sama-sama terdiam dan lagi-lagi, Nathan megisyaratkanku untuk masuk dan melihat bagaimana keadaan Harry. Lantas dengan langkah perlahan, aku kembali memasuki kamar Harry dan melihatnya masih tertidur dengan keadaan memunggungiku.

"Harry." Panggilku lebih terdengar seperti sebuah bisikan.

Ia masih terdiam tak sedikitpun menggerakan tubuhnya. aku sedikit cemas lantaran Harry hanya diam padahal aku tahu jika ia sudah terbangun dari tidurnya. Dengan berani, aku mengitari ranjangnya dan melihat mata Harry yang ternyata masih terpenjam. Astaga.

Bipolar Disorder [h.s]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang